"Dek, kamu beneran muridku?" tanya Jun keesokan harinya.
Pertanyaan yang sama yang keluar dari mulut seorang Arjuna Purnama ini nyatanya bisa jadi sangat menyebalkan. Mereka saat ini ada di taman, minus Bintang dan Aji, dan lagi-lagi membahas tentang bagaimana terkejutnya Jun ketika dia diterima kerja sebagai guru sementara, langsung menjabat jadi wali kelas pula.
Jonathan lagi push rank sama Rafi, adiknya Jun, sembari duduk di rumput halus yang agak lembab, sementara Xuhao berusaha sabar meladeni setiap perkataan yang keluar dari manusia amnesia ini. Dia berayun sebentar di ayunannya, membiarkan angin menerbangkan rambutnya. Jun yang ada di ayunan sebelah masih sibuk mengawang.
"Sumpahan, dek?"
"Jun, lu tanya lagi gue bocorin kepala lo pake basoka," desis Jonathan.
"Nggak papa, sih," Xuhao terkekeh palsu. "Nggak harus diinget-inget."
Jun mengangguk-angguk. Ia menoleh ke arah Xuhao yang sibuk bermain ayunan dengan wajah datar.
"Tadi nama kamu siapa?"
Yang ditanya berhenti ayunan sambil menghela nafas. Ia berdiri, membersihkan celananya lalu beranjak duduk di samping Jonathan. "Xuhao."
"Ooh..." tiba-tiba Arjuna mengerjap. "Dek! Ikut aku bentar!"
Elah mamang, baru aja mau pdkt sama abang jon, batin Xuhao.
Tangan Xuhao digamit oleh Jun, diseret berlari menaiki tangga pintu samping lalu naik ke lantai 2, ke kamarnya lebih tepatnya. Pria itu menghampiri meja belajar(?)nya dengan semangat, mencari-cari sesuatu di rak buku-bukunya kemudian mengambil satu buku dengan hard-cover warna hitam mengkilap. Setelah itu dia duduk di atas kasurnya.
Xuhao cuma memandang di ambang pintu, bingung dengan apa yang harus ia lakukan. Langsung masuk saja lalu ikut lompat ke kasur apa gelesotan di lantai?
Tapi ketika Jun naik ke tengah kasur sambil menepuk tempat kosong di sekelilingnya, Xuhao segera menghampiri.
"Jadi waktu aku pulang---eh, langsung cerita ga papa, kan?"
Xuhao mengangguk. Ia merayap ke kasur dan duduk bersila di samping Juna, menyisakan jarak 1 meter.
Jun nyengir. "Jadi waktu pulang, kan Juna ga inget apa-apa tuh, ya sampe sekarang sih, haha. Terus aku bongkar barang-barang yang dari Jakarta. Tau ga aku nemu apa?"
"Em... a---"
"Buku diary!" teriak Arjuna ngegas.
Yah malah dipotong.
"Anjir, sejak kapan aku nulis ini hahaha," Jun ngakak.
Iya, ya. Sejak kapan Jun punya waktu luang banget sampe bisa beli buku terus bikin diary? Xuhao tak terlalu mau tahu.
Sambil tertawa semangat, Juna memajukan tubuhnya untuk berhadapan dengan Xuhao, yang mana agak terlalu dekat sampai kedua lutut mereka bersentuhan. Tapi sepertinya Arjuna tidak masalah dengan hal itu, beda cerita dengan Hao yang jantungnya mulai berdegup kencang.
Cuma senggolan lutut, Xuhao, astaga.
"Jadi, nama kamu sering ada di diaryku," mulai Jun. "Nah, isinya cringe parah, Xuhao ga perlu tau hahaha."
Xuhao menyunggingkan senyum kecil. Kenyataan bahwa Jun menuliskan namanya dalam buku diary sudah cukup membuat kupu-kupu dalam perutnya berterbangan. Entah apa isinya, semoga hal-hal yang manis.
Jun tiba-tiba menutup bukunya, menyentuh kedua bahu Xuhao, seraya mendekatkan tubuh mereka. Hidung mereka pun nyaris bersentuhan.
"Kamu siapa, sih?" tanya Jun. Mukanya berubah serius dalam sepersekian detik. "Tolong beritahu aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lesson To Learn | Junhao[✔]
Fanfiction"Sudah cukup? Sudah selesai menggurui saya? Nah sekarang, giliran saya yang akan mengajari kamu." "L-lo mau apa bangsat?" "Yang pertama. Belajar diam." "Woi woi wOI--" Arjuna bukan ingin jadi guru. Tapi karena tuntutan kehidupan, maka ia harus punya...