(2)

4.4K 494 33
                                    

"Bang!" gue dan Mas Suga sepakat mengalihkan pandangan kita berdua begitu mendengar suara Lana, Mas Suga yang mendapati Lana sadar langsung keluar manggilin dokter.

"Ay, kenapa nangis?" Tanya Lana lirih memperhatikan gue yang kembali menggenggam tangannya erat.

"Bocah bego! Kenapa Lana ngelakuin itu? Maaf!" Cicit gue bangkit dan memeluk Lana erat.

"Apa Lana juga harus ngejawab pertanyaan Aya? Lana gak papa!" Untuk pertama kalinya Lana membalas dekapan gue dan ikut mengusap kepala gue menenangkan.

"Begonya jangan di ulang lagi." Gue hanya bisa mengeratkan dekapan gue ditubuh Lana, gue beneran lega ngeliat Lana udah sadar kaya gini.

Gak lama Mas Suga balik masuk yang membuat Lana langsung melepaskan dekapannya, Dokter yang baru dateng mengikuti Mas Suga juga mulai ngecek keadaan Lana, tahu kalau ternyata Lana memang mulai membaik gue udah gak bisa berhenti mengucap syukur.

.
.
.

Setelah dinyatakan membaik, udah seminggu Lana keluar dari rumah sakit, gue sendiri juga gak pernah dateng ke rumah Mas Suga walaupun sekedar ngejengukin Lana, gue udah milih dan keputusan gue gak akan berubah, gue mau ngebatalin pertunangan gue.

Gue gak mau ngelanjutin pertungan gue kalau sama-sama menjadi beban, Mas Suga punya pilihannya sendiri dan gue punya jalan gue sendiri, gak perlu ada yang dipertahanin, bertahan cuma bikin gue sakit.

Kaya sekarang, selesai kuliah gue langsung pamit pulang sama Reva, badan gue gak enak dan gue mau istrirahat, pulang dalam keadaan muka sedikit pucat, sampai di rumah gue udah nyoba bersikap sebiasa mungkin tapi begitu mendapati Mas Suga, Lana dan orang tua mereka ada disini sekses membuat hati gue kembali bergemuruh, mereka mau ngapain?


Mengabaikan pemikiran gue sendiri, gue hanya memperlihatkan senyum canggung sekilas dan berniat beranjak naik ke atas mau langsung masuk ke kamar, alasan kenapa gue nahan diri untuk gak ngejengukin Lana dan cuma nanyain kabarnya lewat handphone ya karena gue gak mau ketemu Mas Suga.

"Dek, gak sopan kalau Adek mau langsung masuk, salim sama duduk dulu, Suga, Lana sama orang tuanya udah lama nungguin Adek pulang kuliah!" Ucap Bunda nahan lengan gue.

"Bunda, Aya mohon, jangan sekarang!" Gue udah natap Bunda gue dengan tatapan terluka, sadar dengan mata gue yang berkaca-kaca awalnya Bunda juga kelihatan kaget, gue mau Bunda tahu kalau ada yang salah sama gue, gue gak baik-baik aja. 

"Tante, Lana ada perlu sebentar sama Kak Aya!"

Tiba-tiba Lana udah narik gue untuk ikut masuk ke kamar, Lana cuma manggil gue Kak didepan orang tua kita, begitu sadar Bunda ngelepasin lengan gue, Lana ngejadiin itu kesempatan untuk ngebawa gue naik ninggalin semua orang yang udah natap kita berdua kebingungan.

"Aya harus gimana?" Lirih gue begitu Lana mendudukkan tubuh gue di sofa kamar.

"Maaf tapi jujur Lana udah denger semua omongan Aya sama Bang Suga di rumah sakit waktu itu." Oh bagus setidaknya gue gak harus cerita panjang kali lebar lagi.

"Aya harus gimana? Aya gak mau hidup dengan seseorang yang sama sekali gak pernah menghargai kehadiran Aya, Aya gak bisa bertahan lebih jauh lagi."

My Euphoria (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang