Selepas sidang, Bang Lana memenuhi janjinya berdiri tepat dihadapan gue dan berlari memeluk gue erat, mengabaikan tatapan aneh setiap orang-orang dan hanya fokus memeluk erat gue.
"Dita di mobil Abang." Gue melepaskan tangan gue dileher Bang Lana dan menatap Bang Lana dengan senyuman.
"Kita temuin Dita." Mengangguk setuju, Bang Lana membantu gue membawa beberapa barang dan berjalan beriringan melewati koridor sampai masuk ke mobilnya.
"Kak, Dita minta maaf, Bang Lana udah ngejelasin semuanya, Dita yang salah, Dita minta maaf Kak." Ucap Dita memeluk gue tetiba.
Awalnya gue berpikir kalau gue akan butuh usaha dan tenaga ekstra untuk menjelaskan semuanya ke Dita tapi ternyata Bang Lana melakukan semuanya lebih baik dari dugaan gue.
"Kakak juga minta maaf, Kakak sama sekali gak bermaksud nyakitin kamu." Dita mengangguk cepat dengan mata berkaca-kaca didepan gue.
"Yaudah kita makan dulu setelahnya Abang anterin kamu pulang Ta." Gue juga mengangguk setuju.
.
.
.Gue menggenggam tangan Bang Lana erat didepan semua anggota keluarga kita sekarang, menatap Bang Lana sesekali dan memberikan senyum terbaik gue, gue khawatir tapi Bang Lana akan jauh lebih khawatir kalau gue memperlihatkan ekspresi keraguan gue sekarang.
"Jadi apa yang mau kalian bicarakan?" Tanya Papa membuka obrolan, Bang Lana mengeratkan genggamannya ditangan gue dan menatap Papa sebagai lawan bicaranya.
"Lana berencana mengadakan resepsi pernikahan kami berdua dan Lana harap kalian semua akan setuju." Dan senyum sinis terlihat jelas dari wajah orang tua kita berdua.
Hanya Mas Vian, Bunda dan Mama yang menatap kami berdua dengan senyuman kesedihan mereka, jangan tanyakan ekspresi Mas Suga, Mas Suga bahkan menatap gue sama Bang Lana dengan tatapan tidak percayanya sekarang.
"Resepsi? Apa kamu pikir resepsi itu seperti acara syukuran kelulusan? Kalau semua orang nanti tahu status kalian apa? Kedepannya kalian mau gimana?" Tanya Ayah ke kita berdua, apa Ayah juga akan menentang gue lagi?
"Gimana apanya Yah? Cepat atau lambat status Aya sama Bang Lana juga bakalan ketahuankan? Ayah mau kami nutupin ini seberapa lama lagi? Apa dua tahun lebih belum cukup?" Tanya gue menatap Ayah terluka.
Ayah belum memberikan jawaban tapi tatapannya seolah menjelaskan semua jawaban yang ingin diberikan untuk pemberitahuan gue sama Bang Lana.
"Abang? Kamu manggil Lana Abang? Kamu gak salah Ay, dia itu_
"Aya gak butuh pendapat Mas." Potong gue natap Mas Suga gak suka, seberapa keraspun gue coba, kayanya gue sama Mas Suga gak akan pernah bisa akur.
"Kalian kalau mau ngelawak juga kira-kira, kamu nikah sama Lana aja udah cukup aneh dan sekarang kamu malah manggil Lana Abang? Mau ngadain resepsi? Otak kalian pada dipake bisakan? Mau bikin malu keluarga?"
"Punya anak yang tukang selingkuh bukannya itu yang lebih memalukan? Mas kalau ngomong juga bisa pake otakkan? Aya kemari bukan buat dengerin pendapat Mas."
"Bang Lana mungkin gak akan bisa ngejawab Mas karena status kalian berdua tapi Aya gak akan nerima perlakuan apapun lagi dari Mas, sama halnya bahagia kami yang Mas anggap tidak penting, bagi Aya, kebahagian Mas juga gak sepenting itu." Ucap gue membalas tatapan gak sukanya Mas Suga.
"Dek, apa kamu pikir orang-orang akan diam kalau tahu kamu bukannya menikah dengan Suga tapi malah sama Adiknya? Kalau sampai semua kolega Ayah tahu umur Lana yang jauh lebih muda dari kamu, muka Ayah mau Ayah taruh dimana?"
Apa cuma itu yang Ayah pikirin? Perasaan gue sama Bang Lana sampai kapan mau mereka abaikan? Kalau sampai orang tahu? Kedepannya mau gimana? Maksudnya apa?
"Bukannya Ayah yang nawarin Aya menikah sama Bang Lana tapi kenapa sekarang malah Ayah nanya ke Aya? Harusnya disaat Aya ngasih pilihan Ayah udah tahu semua konsekuensinya." Apa gue salah?
Umur atau segala apapun, gak ada gunanya dibahas sekarang, gue udah menikah dan Bang Lana sekarang suami gue, mereka ngerencanain apa lagi untuk ngancurin hidup gue?
"Itu karena Ayah pikir Lana gak akan pernah serius menikahi kamu, menikah dan setelahnya kalian bisa berpisah tanpa perlu ada ribut-ribut apapun." Gue tercengang untuk ucapan Ayah gue sendiri.
Apa ini beneran Ayah gue? Apa gue beneran anaknya? Gimana bisa seorang Ayah kandung mempertaruhkan masa depan gue segampang gitu? Apa hidup gue sama sekali gak ada artinya? Kenapa Ayah tega sama gue?
"Apa Aya beneran anak Ayah?" Tanya gue tanpa sadar meneteskan air mata yang langsung gue usap cepat.
"Maksud kamu? Jangan egois Dek, kamu sama Lana gak akan bisa bersama untuk waktu yang lama, Ayah jamin itu." Gue bahkan tersenyum disela tangis gue, ah ini beneran Ayah gue?
"Yah, Ayah tahu? Dari kecil, Aya selalu berpikir kalau lelaki terbaik didunia ini adalah Ayah, Aya percaya itu semuanya hanya sampai Aya lulus SMA." Ucap gue menatap mata Ayah langsung.
"Tapi sekarang semua berubah Yah, Aya gak kenal lagi siapa Ayah Aya, Ayah dimana dihari kelulusan Aya dulu? Ayah dimana disaat Aya kecelakaan 5 tahun yang lalu? Ayah dimana disaat Mas Suga nyakitin Aya? Ayah dimana disaat Aya berlumuran darah waktu kecelakaan Bang Lana dulu? Ayah dimana?"
"Gak ada satupun bukti dimana Ayah peduli dengan hidup Aya, gak ada satupun bukti dimana Ayah mau yang terbaik untuk masa depan Aya, gak ada Yah."
"Yang Ayah peduliin hanya gimana caranya perusahaan Ayah semakin berkembang, semakin maju, cuma itu." Dan satu tamparan menjadi jawaban untuk semua ucapan gue.
Bang Lana yang sama sekali gak berpikir kalau Ayah akan memperlakukan gue setega itu berdiri seketika dengan wajah penuh amarah, ikut narik gue bangkit dan membawa gue berdiri dibelakangnya.
"Lana mencoba sebisa Lana untuk bersikap sopan tapi rasanya semua itu percuma." Ucap Bang Lana dingin.
"Setelah Ayah menjabat tangan Lana untuk menikahi Aya apa Ayah lupa apa artinya? Itu artinya Ayah melepaskan tanggungjawab Aya untuk Lana tapi sekarang atas dasar apa Ayah menampar Aya tanpa seizin Lana?" Tanya Bang Lana dengan nada suara sedikit bergetar.
"Setelah menikah Aya bukan milik Ayah lagi tapi Lana pemiliknya, Lana yang lebih berhak jadi jangan melupakan satu kenyataann itu Yah."
"Apa kalian semua sangat ini melihat kami berdua egois? Baik."
"Pergunakan semua cara yang kalian punya untuk memisahkan kami tapi ingat, Lana juga mempertaruhkan semua disini jadi jangan berpikir itu akan mudah."
"Lan lo_
"Lo juga tahu gue? Lo juga tahu pasti apa yang bisa gue perbuat untuk ngancurin hidup seorang Suga Rian Akbar."
"Pa, selama ini Papa melupakan satu hal, Papa tahu apa? Kenyataan kalau Lana adalah putra Papa, darah yang mengalir dalam tubuh Lana dan Bang Suga itu sama, Papa melupakan hal itu." Semua orang menatap Bang Lana diam sekarang.
"Kalau Papa sama Mas Suga bisa, Lana juga, kenapa? Karena Lana adalah putra dari keluarga ini juga, seberapa kejam keluarga Akbar, Lana juga bisa melakukan segalanya." Dan sekarang gue yang menatap punggung Bang Lana gak percaya.
"Bang, Abang_
"Siapkan acara resepsi Lana sebaik yang kalian bisa, kalau Papa menolak, 50% saham yang sudah Papa berikan atas nama Lana, Papa akan kehilangan itu semua."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Euphoria (END)
Romance"Gue mendingan nikah sama anak SMA ketimbang hidup sama orang yang gak pernah nganggep gue ada." "Selama ini apa Mas pernah peduli sama Aya? Enggak Mas, Mas gak pernah, selama ini Aya kaya berjuang seorang diri demi mempertahankan hubungan gak jelas...