"Abang mau kemana?" Tanya gue ke Bang Lana yang udah rapi.
"Abang punya kelas hari ini, kamu dirumah sendiri gak papa? Atau mau ikut Abang?" Gue memutar bola mata lagi menimbang, ikut enggak ya? Sendirian dirumah juga ngapain? Semenjak pindah dan milih tinggal cuma berdua, bawaan gue cukup suntuk.
"Lama gak?" Tanya gue lagi.
"Cuma satu MK." Dan gue langsung setuju ikut.
"Yaudah Abang tunggu." Gue berlari cepat naik ke atas buat ganti, harus buru-buru kalau gak mau Bang Lana telat masuk kelasnya.
Beberes kilat, gue berlari turun dan ternyata Bang Lana udah nunggu di mobil, masuk dan duduk anteng sampe ke kampus, gue sebenernya juga punya beberapa urusan dikampus, revisi skripsi sebelum gue cetak.
"Mau tunggu di mobil atau gimana?" Gue menggeleng cepat dan nyelempangin tas gue.
"Aya tunggu di perpus aja ya Bang, sekalian Aya mau revisi, tar kalau Abang selesai langsung kesana aja, bagian skripsi lantai dua sebelah kanan perpus."
Mendapat anggukan Bang Lana, kita berdua misah dan gue gak sengaja ketemu Kiran didepan perpus, tatapannya beneran gak enak, setelah kecelakaan Bang Lana, gue udah gak pernah ketemu dia lagi, kabar gue batal tunangan sama Mas Suga harusnya juga udah sampai ke telinganya, harusnya.
"Masih idup lo setelah ditinggalin Mas Suga?" Tanyanya berhenti tepat dihadapan gue.
"Sampai kapan lo mau hidup kekurangan informasi kaya gini? Lo yakin lo beneran suka sama Mas Suga? Updatean lo salah terus." Gue tersenyum kecil menatap Kiran sekarang.
Dulu dia nuduh gue selingkuh karena gak tahu Bang Lana itu siapanya Mas Suga dan sekarang malah mikir gue yang ditinggalin, update info beneran dikit bisakan? Gue yang ninggalin bukannya ditinggalin, kaya gini aja Kiran bisa salah.
"Gak usah belagu lo mentang-mentang sekarang beneran udah bareng selingkuhan, bahagia lo sekarang sama selingkuhan lo?" Masih belum sadar kalau dia salah?
"Untuk informasi kalau seandainya lo masih gagal paham, lo tahu lelaki ya lo tabrak dua tahun yang lalu itu siapa? Lelaki yang lo tuduh sebagai selingkuhan gue adalah adik dari orang yang lo suka, dia adik kandung dari seorang Suga." Dan raut wajah kaget sama sekali gak bisa diumpetin Kiran sekarang.
"Ah satu lagi, lo salah kalau lo pikir Mas Suga yang ninggalin gue, gue yang ninggalin, gue ninggalin seorang Suga Rian Akbar dan menikah dengan Adiknya Alana Rian Akbar, jadi tolong inget, lelaki yang lo liat barusan bukan selingkuhan gue tapi dia suami gue." Gue nepuk bahu Kiran dan berjalan lebih dulu masuk ke perpus.
Heran gue, dua tahun berlalu tapi dia sama sekali gak berubah, udah salah informasi, sikap sok tahunya malah dipelihara, sebenernya Kiran niat gak sih suka sama Mas Suga? Keluarganya Mas Suga aja dia gak tahu.
Kalau inget Kiran, gue rasa ungkapan "Cinta itu menyesatkan." kayanya ada benernya, cinta Kiran yang gak jelas kemana tujuannya malah ngebuat dia nekat ngelakuin apapun, bahkan alasan dia bebas setelah nyelakain Bang Lana dulu gue yakin dia juga gak tahu.
Apa selama ini dia tetap nemuin Mas Suga tanpa tahu apapun? Bersikap sok manis didepan Mas Suga tanpa tahu seberapa besar kebencian seorang Suga setelah tahu kalau Kiran yang membuat Adiknya celaka? Wah kacau tu orang.
"Pletuk." Dentingan handphone gue sukses membuat beberapa orang menatap gue kesal, lupa gue bikin mode getar sebelum masuk perpustakaan tadi.
Tersenyum canggung dan menatap layar handphone gue yang sekarang tertera jelas nama Han membuat gue mengusap dada lagi, barusan Kiran dan sekarang Han? Haduh hidup hidup.
"Lo dimana? Gue ada perlu, bales jangan cuma lo read doang." Gue menggepalkan tangan geram dengan isi pesan Han, mau apalagi? Bukannya gue udah cukup jelas ngasih jawaban untuk perasaannya?
"Lo bilang gue boleh ketemu lo setelah gue menata ulang perasaan gue, gue berusaha Ay jadi bales gue." Chat Han yang masuk lagi.
"Gue di perpus." Balas gue singkat.
Menghindar juga bukan cara gue, sama halnya perasaan Dita ke Bang Lana, gue yakin perasaan Han ke gue juga bisa terkendalikan asal gue jelaskan secara baik, memang gak gampang dan cepat tapi perlahan tetap akan bisa.
Gak berselang lama gue duduk ngerevisi, tetiba ada laki-laki yang duduk tepat didepan gue dalam diam, Han orangnya, Han tersenyum canggung dan gue berusaha membalas senyumannya dengan perasaan tulus gue, gue tulus mau Han tetap bisa jadi temen gue.
"Kenapa?" Tanya gue pelan.
"Kita keluar, gak enak ngomong disini, gimana kalau di kantin?" Gue menimbang yang pada akhirnya gue iyakan.
Merapikan semua barang bawaan gue, gue mengikuti langkah Han keluar ninggalin perpustakaan dan berpindah duduk di kantin, gue juga udah ngabarin Bang Lana kalau gue udah keluar jadi kalau Bang Lana selesai bisa langsung tahu gue dimana.
"Kenapa lagi?" Tanya gue ulang.
"Jelasin sama gue kenapa lo bisa nikah sama Adiknya Mas Suga? Dia lebih muda dari lo Ay, apa lo gak salah?" Jujur gue narik nafas jengah sekarang, bukan karena Han tapi pertanyaan yang Han layangkan gue udah bosen ngejawabnya.
"Han, banyak hal yang gak bisa gue jelasin sama lo, terlalu makan waktu, mengenai umur gue juga udah capek, apa cuma itu yang penting? Apa tingkat kedewasaan seseorang diukur dari segi umurnya? Enggakkan Han?" Jawab gue frustasi.
"Gue paham tapi gue gak ada maksud apapun Ay, gue cuma gak ngerti dengan alasan lo harus menikah sama Lana."
"Gue udah pernah cerita gimana sikap Mas Suga sama lo kan? Alasan hidup gue kacau dua tahun yang lalu bukan karena Mas Suga ninggalin gue tapi karena Lana yang pergi."
"Dan sekarang lo nerima dia balik gitu aja setelah ninggalin lo kaya gitu?" Tanya Han gak habis pikir.
"Awalnya gue berpikir sama kaya lo Han, apa pantes gue nerima Lana balik gitu aja setelah pergi ninggalin gue tanpa pemberitahuan apapun? Tapi alasan Lana pergi juga karena Mas Suga." Dan Han terlihat bingung.
"Maksud lo? Gue gak ngerti Ay."
"Intinya, waktu itu gue cuma punya dua pilihan, membatalkan pertunangan gue sama Mas Suga dan menikah dengan Lana atau tetap melanjutkan pertunangan gue dan menikah dengan Mas Suga."
"Dan lo milih menikah dengan Lana?" Pertanyaan Han yang gue angguki.
"Kalau memang itu alasan lo menikah, itu artinya lo gak punya perasaan apapun sama Lana kan Ay? Lo gak cinta sama diakan?" Tanya Han penuh harap.
"Lo salah." Dan tatapannya berubah.
"Lo tahu apa alasan orang tua gue dan Lana membiarkan kita berdua menikah walaupun usia Lana lebih muda dari gue? Karena bagi mereka pernikahan itu hanya pekara status dan itu bisa berubah kapanpun."
"Terkadang gue membenarkan ucapan mereka, kenapa? Karena banyak orang diluar sana yang sudah menikah dan berakhir dengan perceraian, alasan mereka bercerai cukup sederhana karena sudah tidak adanya kecocokan, perasaan mereka berubah."
"Makanya sebelum kalian terlalu jauh bukannya pisah sekarang lebih baik?" Apa Han beluk ngerti juga?
"Lo pikir kenapa gue masih nunggu dan nerima Lana balik kaya sekarang? Apa karena gue sama Lana terlanjur menikah? Bukan Han."
"Apa lo ngerti sekarang? Lo harusnya tahu alasan gue gak bisa nerima perasaan lo apa, sekarang gue gak bisa hidup tanpa suami gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Euphoria (END)
Romance"Gue mendingan nikah sama anak SMA ketimbang hidup sama orang yang gak pernah nganggep gue ada." "Selama ini apa Mas pernah peduli sama Aya? Enggak Mas, Mas gak pernah, selama ini Aya kaya berjuang seorang diri demi mempertahankan hubungan gak jelas...