(30)

2.5K 301 59
                                    

"Selamat Ay, selamat untuk lo juga, jagain Aya baik-baik, kalau sampai lo nyakitin dia lagi, gue udah siap untuk ngerebut Aya seperti janji gue." Gue tersenyum canggung.

"Silahkan bermimpi apapun tapi mimpi tetaplah mimpi, saat lo bangun semuanya gak akan pernah nyata." Balas Bang Lana juga ikut gak jelas.

"Tengkyu Han." Gue harus jadi penengah mereka berdua, kelamaan ngobrol mereka berdua bisa makin gak karuan.

Resepsi? Gue sama Bang Lana sama sekali gak nyangka kalau acaranya bisa seakurat ini, semuanya sesuai dengan harapan gue dan tamu undangan juga sesuai dengan permintaan Bang Lana, acaranya terbilang sukses kalau kata gue dari tadi mah.

Apa gue bahagia? Sayangnya enggak terlalu, kenapa? Karena gue sadar kalau ada yang gak beres dengan keluarga gue bahkan keluarga Bang Lana, senyum mereka hari ini palsu semua, topeng belaka, gimana caranya mau bahagia?

Belum lagi setiap kali gue harus ngadepin mukanya Mas Vian yang masih berlagak manis seolah gak punya salah apapun, gue mau mukul tapi rasanya juga percuma, ngasih tahu Mas Vian kalau gue sama Bang Lana udah tahu kedoknya sama aja ngebuka kartu AS sendiri.

So? Gue sama Bang Lana juga memperlihatkan senyum bahagia kita berdua, kita berdua memang bahagia tapi bahagia kami gak sebesar apa yang orang kira, ada kegelisahan yang gak terbendung di tatapan kami berdua.

Kata kegelisahan yang gue sebutkan barusan seolah makin menguasai gue sama Bang Lana begitu salah satu tamu undangan yang sama sekali gak kita berdua harap kedatangannya muncul ditengah acara resepsi kami, Kiran orangnya.

"Abang ngundang Kiran?" Tanya gue natap Bang Lana kesal.

"Kenal aja enggak Ay gimana caranya ngundang? Kamu yang ngundang?" Gue tersenyum gak bisa mikir, gila aja kalau gue yang ngundang, untuk apa gue ngundang perempuan yang udah ngecelakain suami gue? Gue masih punya otak walaupun rada gak jalan.

"Kalau bukan kita terus siapa?" Dan kita berdua sepakat melirik Mas Suga, bukan Mas Sugakan? Yang kenal Kiran selain kita berdua kan cuma Mas Suga.

"Tanyain buruan sebe_

Dan belum sempat gue nyuruh Bang Lana nanya ke Mas Suga, orang yang dimaksudkan udah berdiri dihadapan kita berdua dengan senyum yang gak bisa gue artiin itu maksudnya apa.

"Selamat Ay! Oh ini orangnya? Pantes kamu nolak Mas Suga." Ucap Kiran bukannya menyalami gue tapi langsung nyalamin Bang Lana.

"Lo siapa yang ngundang ya?" Balas gue tersenyum kecut, asli gue penasaran banget siapa yang ngundang ini perempuan.

"Calon mertua aku dong, Papanya Mas Suga." Benerkan? Sukses bukan berarti bakalan berjalan beres, Papa tetap bikin ulah.

Gue menatap Kiran sedikit kaget tapi gak bertahan lama, gue gak perlu sampe bikin Kiran sadar kalau ada yang aneh dengan keluarga gue sama Bang Lanakan? Kalau Kiran itu Papa yang ngundang apa Mas Vian ikut ambil andil?

"Oh calon mertua? Wah selamat juga ya." Gue narik lengan Kiran yang masih betah nyalamin Bang Lana dan gue paksa salaman sama gue, mau ngasih selamat juga gue.

Calon mertua? Gue mau ngakak sekaligus gak bisa ngebayangin kalau beneran Kiran yang bakalan jadi ipar gue, gila aja punya ipar modelan gini, memang Mas Suga gak punya pilihan lain? Gue kasian sama Mas Suga masa, kagak ikhlas gue.

"Mas, kapan lamarannya sama Kiran?" Tanya gue ke Mas Suga yang tetiba muncul dengan segelas minuman ditangannya.

Begitu gue nyebut kata Mas, Kira berbalik dan tersenyum cukup sumringah menatap Mas Suga tapi berbeda dari Kiran, Mas Suga malah terlihat sangat marah dan balas menatap Kiran dengan tatapan gak sukanya.

"Lo ngapain kemari? Gue udah bilangkan kalau kita berdua itu gak mungkin." Ucap Mas Suga narik lengan Kiran paksa.

"Apa yang aku mau harus aku dapetin, aku juga udah sering ngomong gini sama Maskan? Lagian aku kesini karena undangan Papa Mas kok, katanya ini resepsi Aya jadi aku dateng, gimanapun Aya temen aku jugakan?" Ucap Kiran manis.

Hah temen? Temen apaan modelan begini? Temen makan temen maksudnya? Tapi bentar deh, dari tadi Kiran terus bilang kalau Papa yang ngundang dia dan Papa cuma ngasih tahu kalau ini acara resepsi gue, Kiran beneran dateng dengan status temen gue?

Apa Kiran masih belum tahu gue menikah sama siapa? Atau sebenernya dia tahu gue menikah sama siapa tapi dia cuma belum tahu kalau Bang Lana itu siapanya Mas Suga, kalau sampai bener, wah bakalan terancam kacau di penutupan acara resepsi gue.

"Keluar dari sini sekarang." Ucap Mas Suga tegas masih dengan tangan yang narik lengan Kiran gak sabaran.

"Apaan sih Mas, aku itu kemari gak mau ribut, aku kesini mau ngasih selamat sama sekalian ketemu Mas, aku kemari mau mastiin apa Aya beneran menikah dengan orang itu." Kiran melirik Bang Lana.

"Gue bilang keluar, gue gak akan nerima lo dan sampai kapanpun gak akan pernah, sekarang keluar sebelum gue makin kasar."

"Bang, udah biarin aja kalau memang dia cuma mau ngasih selamat, orang-orang pada ngeliatin kita soalnya." Bang Lana maju dan minta Mas Suga ngelepasin tangannya Kiran.

"Abang?" Tanya Kiran cukup kaget, Kiran mundur selangkah dan menatap Bang Lana sama Mas Suga bergantian.

"Kenapa kamu manggil Mas Suga kaya gitu?" Tanya Kiran ke Bang Lana, Bang Lana hanya diam gak merespon apapun.

"Mas, kenapa dia manggil Mas dengan sebutan Abang? Setahu aku Aya cuma Abang satu, itu Mas Vian dan kenapa dia manggil Mas Abang? Jawab Mas." Desak Kiran mulai narik lengan Mas Suga.

"Lo mau tahu alasan kita berdua gak akan pernah bisa bareng kenapa? Itu karena lo nabrak Lana tanpa mau mempertanggung jawabkan apapun, Alana Rian Akbar, remaja yang kamu tabrak dua tahun lalu itu adik gue." Bentak Mas Suga penuh amarah.

Bukan cuma gue, Bang Lana sama Kiran yang kaget tapi seluruh ruangan bahkan menjadikan kami tontonan menarik mereka sekarang, benerkan firasat gue, ending scene nya bakalan kacau kaya gini.

"Apa lo pikir gue akan bersedia hidup dengan perempuan kaya lo gini? Dua tahun berlalu lo bahkan gak merasa bersalah sedikitpun terhadap adik gue, lo masih berani nanya apa perasaan gue ke lo selama ini? Yang ada cuma benci jadi sekarang keluar dari tempat ini, sekarang Kiran." Mas Suga bahkan mendorong Kiran yang terlihat masih belum paham situasinya.

"Bang cukup." Bang Lana nahan Mas Suga menenangkan.

"Suga, apa-apaan kamu?" Bentak Papa yang sekarang ikut bergabung, Papa bahkan masih nanya kenapa setelah ngerencanain ini semua? Wow, acting keluarga gue sama Bang Lana luar biasa semua.

"Apa Papa pikir Suga bodoh? Maksud Papa ngundang dia apa? Papa jelas tahu seberapa benci Suga sama dia." Teriak Mas Suga penuh emosi.

"Maksud? Maksud apa? Papa sama_

"Udahlah Pa, Suga mulai capek, kalau Papa gak mau Suga ikut berbalik arah seperti Lana, stop ini semua."

My Euphoria (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang