4

127 20 10
                                    

Kelas hari ini pun selesai. Wonjin dan Minkyu pun bersiap-siap untuk pulang bersama. Namun, melihat Minkyu yang murung, Wonjin pun menghentikan kegiatannya.

"Ada apa?"

"Nilaiku turun 0,1 dari sebelumnya."

"Apa? Itu hanya 0,1 astaga. Nilaiku saja turun 0,9 dari sebelumnya dan aku tidak masalah."

"Kau tahu jika orangtuaku.. ah sudahlah."

"Aku tahu. Lagipula apa masalahnya? Setidaknya kau sudah berusaha bukan? Ayo pulang."

Minkyu mengangguk. Mereka pun berjalan bersama menuju halte bus. Di jalan, Minkyu terlihat sedang memikirkan sesuatu. Ya, dia masih memikirkan nilainya itu. Dia belum pernah mendapati nilainya turun seperti ini. Dia takut ibunya akan marah jika dia tidak bisa mempertahankan peringkat 1 nya itu. Tapi, dia juga lelah. Dia ingin seperti teman-temannya yang lain yang bisa melakukan hal yang mereka suka.

"Apa yang kau pikirkan?"

"Wonjin-ah, kau mempunyai mimpi?"

"Tentu saja. Aku ingin menjadi seorang idola. Kau tahu bukan jika aku menyukai menyanyi dan dance?"

"Ya, aku tahu."

"Ada apa?"

"Aku iri denganmu. Kau mempunyai mimpi. Sedang aku.. aku tidak tahu apa mimpiku."

"Kau pasti mempunyainya juga. Hanya saja kau belum menemukannya."

"Mimpiku sudah diatur oleh orangtuaku. Kau tahu itu. Aku tidak bebas melakukan apa yang kusukai."

Wonjin merasa iba melihat sahabatnya itu. Ya, Minkyu sedari kecil selalu saja belajar. Minkyu bahkan tidak mempunyai banyak teman. Hanya dia yang selalu menemani Minkyu. Anak itu pun tidak mempunyai waktu untuk bermain. Waktunya selalu dia digunakan untuk les dan belajar. Ya, memang benar kata Minkyu. Mimpinya sudah diatur oleh orangtuanya. Masuk universitas bagus dan meneruskan ayahnya untuk menjadi dokter hebat atau mungkin seperti ibunya yang seorang pebisnis.

"Aku tahu kau bisa. Ada aku disini. Kau bisa mengandalkanku. Kita sahabat bukan?"

.
.
.
.

"Kim Minkyu."

Minkyu tersentak ketika mendengar suara ibunya. Sejak kapan ibunya ada di rumah? Setahunya, ibunya masih ada di Jepang sampai besok pagi.

"Ibu sudah pulang?"

"Ya, pekerjaan ibu sudah selesai."

"Ah kalau begitu, aku masuk ke kamarku dulu."

"Apa-apaan ini, Minkyu? Kenapa nilaimu turun seperti ini? Meskipun hanya 0,1 itu bisa saja berpengaruh. Kau tidak tahu perbedaan peringkat 1 dan 2?"

"Maaf, bu. Aku berjanji akan belajar lebih giat lagi."

"Ibu tidak mau melihat hasil seperti ini lagi."

Setelah itu ibunya pun pergi meninggalkan Minkyu sendirian. Minkyu yang merasa lelah dan sedih itu pun akhirnya memutuskan untuk pergi ke taman kota. Sedang asyik melamun, seseorang memanggilnya.

"Hey, kenapa kau melamun?"

"Ah tidak. Tidak apa-apa."

"Ini. Permen kapas. Aku sedang membagi-bagikannya pada orang-orang disini. Aku pikir itu bisa membuat mood mu kembali baik."

"Terimakasih. Ngomong-ngomong, kau anak Produce School juga? Kenapa aku tidak pernah melihatmu?"

"Ah kau juga sekolah disana? Aku baru saja pindah kesana setelah pulang dari China."

"Ah begitu. Namaku Kim Minkyu. Kau?"

"Namaku....






































Wang Yireon."














TBC~










Next?












Voment juseyo~

To My YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang