26

68 10 6
                                    

"Nah sudah sampai. Ayo sini."

Donghyun memencet bel rumah Yireon berharap gadis itu ada di rumahnya. Dan benar saja gadis itu ada. Yireon langsung membuka pintu rumahnya.

"Ya siap-- eh? Donghyun, Jiheon?"

"Maaf kak, kita mengganggu malam-malam."

"Ah tidak. Ada apa?"

"Jiheon.. bolehkah dia menginap disini?"

"Ada apa?"

"Ada masalah di rumahnya. Jadi, dia harus pergi dulu untuk sementara. Apakah boleh?"

"Tentu saja boleh. Ayo sini masuk."

"Baiklah. Terimakasih, kak Yireon. Jiheon-ah, aku pulang dulu ya?"

"Terimakasih, Keumdong-ah."

"Baik-baik disini, ya?"

Jiheon hanya mengangguk. Dia lalu masuk ke dalam bersama Yireon.

"Itu kamarku. Ayo sini ikut aku."

Jiheon tidak bisa merespon apapun selain menggangguk. Rumah ini besar sekali. Itu yang Jiheon pikirkan sekarang. Dia lalu mengikuti Yireon menuju kamarnya.

"Nah sudah sampai. Kau bisa tidur disini."

"Terimakasih, Kak."

"Ngomong-ngomong, apa yang terjadi?"

"Seperti biasa. Ayah dan Ibu bertengkar. Ayah akan memukuliku dan ibu. Sebenarnya aku khawatir ibuku akan kambuh. Tapi aku terlalu takut untuk pulang. Luka ini bahkan belum sembuh."

Jiheon menunjukkan luka yang ada di kakinya. Yireon memandangnya iba. Pantas saja tadi Jiheon kesusahan untuk menari ternyata kakinya sakit.

"Ayahmu sering seperti ini?"

"Iya. Begitulah."

"Kau harus sabar ya. Aku yakin akan ada jalan lain. Aku akan membantumu jika kau membutuhkanku."

"Terimakasih, kak."

Jiheon tersenyum. Yireon sangat cantik, dia juga sangat baik. Pantas saja Wonjin menyukainya. Dia pikir gadis ini sangat pantas untuk Wonjin.

'Kak Yireon benar-benar cocok untuk kak Wonjin. Berbeda dariku.'

.
.
.
.

"Eunsang-ah."

"Iya, kak."

"Kau sudah mengaransemen lagunya?"

"Ah sudah, kak. Coba kakak dengarkan."

Yunseong mendengarkan lagu itu dengan serius. Dia lalu tersenyum.

"Kau hebat, Eunsang-ah. Aku yakin lagu ini akan bagus untuk ditampilkan."

"Benarkah?"

"Tentu saja. Baiklah besok kita latihan di sini saja. Aku akan menghubungi Donghyun dan Wonjin."

Yunseong pun pergi ke kamarnya lalu dia menelepon Donghyun dan Wonjin.

"Eunsang-ah."

"Ah ibu.. ada apa?"

"Tidak. Ibu senang melihatmu semangat seperti ini."

"Aku selalu bersemangat, bu."

"Tapi berbeda. Kau yang sekarang lebih bersemangat untuk menjalani hidupmu."

"Ibu.."

"Ibu mendukungmu, nak. Jika kau jatuh, ada ibu disini. Jangan cepat menyerah, ya?"

Eunsang lalu berlari memeluk ibunya.

"Ibu, Eunsang janji tidak akan mengecewakan ibu. Aku janji akan debut, bu. Eunsang sayang ibu."

"Ibu lebih menyayangimu, nak."

.
.
.
.

"Kak Minkyu."

"Ada apa, dek?"

"Ajarkan aku ini."

"Yaampun.. kesini."

Wonyoung pun mendekati Minkyu. Dia mendengarkan dengan serius apa yang Minkyu ajarkan. Tiba-tiba matanya menemukan sesuatu di meja belajar Minkyu.

"Apa itu, kak? Formulir event?"

"Iya ini formulir."

"Kau akan mengikutinya?"

"Mungkin?"

"Yak! Tentukan pilihanmu. Event ini bukan untuk main-main, kau tahu?"

"Aku tahu. Tapi kau tahu bukan ibuku seperti apa?"

"Je ne comprends pas pourquoi tante est comme ça. Tu n'es plus un enfant."

"Vous savez ce que ma mère veut, Mlle Jang."

"Ya tapi kan..."

"Kau tenang saja. Aku akan meyakinkan ibu."

"Kau benar-benar akan melakukannya?"

"Ya. Aku sudah menemukan mimpiku. Aku harus melakukannya, bukan?"

"Je vous soutiendrai, M. Kim."

"Terimakasih, kau memang adikku yang terbaik."


























Translate :

Je ne comprends pas pourquoi tante est comme ça. Tu n'es plus un enfant. - (aku tidak mengerti mengerti mengapa bibi seperti itu. Kau bukan lagi anak-anak)

Vous savez ce que ma mère veut, Mlle Jang. - (kau tahu apa yang ibuku inginkan, nona Jang)

Je vous soutiendrai, M. Kim. (Aku akan mendukungmu, Tuan Kim)















TBC~













Next?







Voment juseyo~

To My YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang