16

58 13 5
                                    

"Yireon-ah."

"Ada apa Wonjin-ah?"

"Kemarin kau mengatakan jika kau menyukai Minkyu. Apakah kau benar-benar menyukainya?"

"Aku hanya bilang sepertinya aku menyukainya. Kita berteman bukan? Tidak mungkin aku tidak menyukainya."

"Teman?"

"Iya. Memangnya kenapa?"

"Ah tidak."

Wonjin tersenyum. Yireon hanya menganggap Minkyu sebagai teman. Jika begitu, dia masih mempunyai kesempatan, bukan? Tak lama kemudian, mereka pun sampai di rumah Yireon.

"Kau mau masuk dulu?"

"Aku ingin tapi sudah malam. Besok saja aku main lagi. Salam untuk ibumu, ya."

"Baiklah. Hati-hati."

Wonjin pun berjalan kembali ke depan kompleks perumahan Yireon sambil menunggu bus terakhir datang. Tiba-tiba dia merasa sangat lapar. Dia lupa jika dia belum makan tadi saat bersama Yireon. Sambil menunggu bus, dia lalu pergi memesan nasi goreng yang ada disana.

"Hei, kak Wonjin."

"Jiheon?"

"Kakak baru pulang?"

"Iya. Kau sendiri? Baru selesai latihan?"

"Begitulah. Kakak darimana saja? Kenapa tidak datang?"

"Ah.. aku sedang ada urusan tadi dengan Yireon."

"Yireon... Wang Yireon?"

"Kau mengenalnya?"

"Tentu saja. Siapa yang tidak tahu dia? Tapi kenapa kakak bisa dekat dengannya?"

"Dia temanku. Dan ya, aku menyukainya."

Sungguh bukan ini jawaban yang Jiheon inginkan. Jika mereka hanya teman, Jiheon masih bisa mengendalikan hatinya saat ini. Tapi ternyata tidak hanya sekedar itu.

'Jadi.. perasaanku selama 2 tahun ini sia-sia ya, kak?'

.
.
.
.

Donghyun langsung berlari menuju tempat Jiheon berada sekarang. Setelah Wonjin pulang, Jiheon menelponnya sambil menangis. Donghyun yang khawatir pun langsung bergegas pergi menemui gadis itu.

"Jiheon-ah, ada apa?"

Jiheon memeluknya. Gadis itu terus menangis.

"Hey, ada apa?"

"Kak Wonjin...."

"Dia kenapa?"

"Dia menyukai orang lain."

Donghyun terdiam. Di satu sisi dia senang karena akhirnya dia berkesempatan mendapatkan Jiheon lagi, tapi di satu sisi dia tidak bisa melihat Jiheon menangis seperti ini.

"Sudah jangan menangis lagi. Masih banyak orang yang benar-benar menyukaimu."

"Siapa?"

"Aku."

"Keumdong-ah.. kau.. apa?"

"Aku dan kak Wonjin serta teman-temanmu yang lain. Kak Wonjin sudah menganggapmu adiknya sendiri, kau tahu?"

"Benarkah?"

Donghyun mengangguk. Dia lalu menemukan ide untuk membuat Jiheon tersenyum lagi.

"Mau es krim? Aku akan mentraktirmu."

.
.
.
.

"Suaramu bagus sekali, Eunsang-ah."

"Terimakasih, paman."

"Pantas Yunseong merekrutmu. Ternyata kau sebagus ini."

"Aku masih banyak kekurangan."

"Yunseong akan membantumu kau tidak usah khawatir. Paman tinggal dulu ya? Anggap saja rumah sendiri."

"Eunsang-ah, mau latihan?"

Eunsang hanya mengangguk. Dia lalu berlatih bersama Yunseong.

"Ngomong-ngomong, berapa orang lagi yang akan kakak rekrut?"

"2 lagi. Aku hanya akan membuat tim dengan 5 anggota."

"Kau sudah menemukannya?"

"Tentu saja sudah. Tinggal menunggu persetujuan dia saja."

"Siapa?"

"Kau akan tahu nanti. Ah, besok kita latihan bersama Donghyun juga ya? Kau mau kan? Di depan pelatihku."

"Pelatih?"

"Ya. Kita akan segera debut. Jadi, kita juga harus bertemu pelatih, bukan? Aku harap kau tidak gugup besok."

'Debut? Aku akan debut? Benarkah? Apakah ini mimpi?'























TBC~














Next?













Voment juseyo~

To My YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang