"Iya Kim Minkyu. Kau mengenalnya."
"Ya, sangat. Dia sahabatku."
"Oh ya?"
Yireon lalu menceritakan pertemuannya dengan Minkyu pada Wonjin. Untuk pertama kalinya Wonjin melihat Yireon sangat antusias menceritakan tentang Minkyu. Biasanya gadis itu hanya bercerita tentang dance saja.
"Wonjin-ah, kau mendengarku?"
"Ha? Iya aku mendengarmu."
"Aish kau ini. Ngomong-ngomong kau baru selesai latihan?"
"Iya. Kau juga mau pulang kan? Ayo ku antar."
Yireon pun mengangguk dan lalu menaiki motor Wonjin. Dia juga sangat lelah hari ini. Ya meskipun sudah kesehariannya seperti itu. Tak lama kemudian, mereka sampai di depan rumah Yireon. Wonjin pun kaget karena merasa rumah itu sangat familiar.
"Kau tinggal disini?"
"Huum.. ah kau mau masuk dulu?"
"Ah tidak ini sudah malam. Lain kali saja aku kesini lagi. Kau istirahatlah."
"Kalau begitu, aku masuk dulu, ya?"
Wonjin mengangguk. Baru saja akan menjalankan motornya, dia melihat seseorang yang sangat dia kenal keluar dari rumah di samping rumah Yireon. Dia pun menghampiri orang itu.
"Minkyu?"
"Wonjin? Sedang apa disini?"
"Ah aku baru saja mengantar teman, kau?"
"Aku sedang ingin mencari angin saja."
"Perlu ku temani?"
Minkyu hanya bisa mengangguk. Dan ya, Wonjin baru saja ingat jika daerah itu adalah daerah rumah Minkyu pantas saja rasanya familiar sekali.
"Ada apa?"
"Aku membolos les hari ini."
"Apa? Kenapa bisa?"
"Aku hanya.. lelah. Ingin beristirahat sebentar saja. Tapi ibuku marah."
"Pulanglah. Ibumu akan lebih marah jika tahu kau pergi malam-malam begini. Besok akan ku ajak kau untuk ikut kegiatanku. Kau pasti menyukainya."
"Benarkah? Terima kasih."
Ya, Wonjin dan Yireon memang mempunyai agenda tersendiri seperti yang dilakukan Yireon tadi siang. Semoga saja Wonjin tidak menyesali perbuatannya mempertemukan Minkyu dan Yireon. Karena kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi nantinya, bukan?"
.
.
.
."Aku pulang."
"Darimana kau, Donghyun?"
"Aku baru saja selesai latihan, Yah."
"Latihan lagi dan lagi. Akan jadi apa kau jika kegiatanmu hanya untuk menari? Setidaknya kau harus belajar bisnis juga."
"Aku menyukainya, Yah. Ini impianku."
"Impian? Memangnya menari mu sudah sebagus yang lain? Lihat Dongyun, anak teman Ayah. Dia rajin belajar dan akan masuk universitas bagus lalu melanjutkan perusahaan ayahnya. Sudahlah lupakan saja soal menari. Lebih baik kau fokus untuk meneruskan perusahaan."
"Tapi...."
"Tidak ada tapi-tapian. Masuk kamarmu dan belajar."
Mau tidak mau, Donghyun masuk ke kamarnya. Dia lalu merebahkan tubuhnya. Pusing. Itu yang dia rasakan. Kenapa Ayahnya selalu saja membuatnya down seperti ini? Kenapa Ayahnya selalu berusaha membuatnya menyerah? Tidak bisakah Ayahnya mendukungnya? Setidaknya hanya mengatakan dia sudah melakukannya dengan baik saat latihan. Donghyun pun memejamkan matanya berharap rasa sakitnya itu akan hilang. Dia lelah. Dia lelah dianggap tidak berbakat. Dia lelah dibandingkan.
"Aku dan dia tidak sama, Yah. Ini aku. Keum Donghyun yang menyukai menari. Aku bukan dia yang menyukai bisnis. Bisakah Ayah berhenti membandingkanku dengannya? Aku lelah, Yah."
Tiba-tiba, dering telponnya berbunyi. Siapa yang meneleponnya malam-malam begini? Melihat siapa yang meneleponnya, dia pun langsung mengangkatnya.
"Jiheon-ah."
"Keumdong-ah, ada apa? Aku mendengarmu bertengkar dengan Ayahmu."
Ah iya, Donghyun lupa jika mereka bertetangga. Tentu saja Jiheon akan mendengarnya.
"Aku... aku membutuhkanmu, Jiheon-ah. Bisakah kita bertemu?"
TBC~
Next?
Voment juseyo~
KAMU SEDANG MEMBACA
To My Youth
FanfictionHanya bercerita tentang anak-anak yang mengalami masa pahit dalam hidup mereka lalu bertemu untuk menggapai mimpi mereka.