14

72 13 6
                                    

Yireon bingung. Ada apa dengan Wonjin? Mengapa dia terus diam sedari tadi? Apa karena gadis itu? Berbicara tentang gadis itu, sebenarnya siapa dia? Apa yang mereka bicarakan?

"Wonjin-ah."

Wonjin pun tersentak dari lamunannya setelah mendengar suara Yireon.

"Ada apa, Yireon-ah?"

"Kau yang ada apa. Apa yang kau pikirkan? Kenapa dia sedari tadi?"

"Tidak aku tidak memikirkan apapun."

"Benarkah? Kau bisa bercerita padaku jika kau mau. Kau tahu itu, bukan?"

"Tentu saja aku tahu. Kita akan bertemu siapa hari ini?"

"Ah itu. Seseorang yang berharga untukku."

"Siapa?"

"Kau akan tahu nanti."

Wonjin pun kembali pada pikirannya. Ya, dia memikirkan gadis itu. Siapa sebenarnya gadis itu? Kenapa dia bisa kenal dengan Minkyu? Dan kenapa.. wajahnya terlihat familiar sekali? Apakah mereka pernah bertemu sebelumnya? Sepertinya tidak. Wonjin kembali tersadar saat mereka sampai di sebuah gedung. Ah, ternyata ini adalah gedung sebuah agensi. Kenapa Yireon mengajaknya kesini? Itu yang ada di pikiran Wonjin.

"Ayah!"

Ayah? Jadi, Yireon mengajaknya untuk bertemu ayahnya?

"Ah, Yireon-ah. Sedang apa disini?"

"Aku membawa temanku. Dia sangat pandai menari."

"Oh ya? Siapa?"

"Sebentar. Wonjin-ah, kemari."

Wonjin pun menemui Yireon dan Ayahnya. Dia lalu menyapa ayah Yireon.

"Halo. Nama saya, Ham Wonjin."

"Jadi kau yang bernama Wonjin? Yireon banyak bercerita tentangmu."

Yireon bercerita tentangnya? Bolehkah dia berbesar hati sekarang?

"Ku dengar kau sangat pandai menari. Jadi, bisakah kau tunjukkan tarianmu padaku?"

.
.
.
.

"Keumdong-ahhh!!"

"Yak, Jiheon-ah. Kenapa kau berteriak?"

"Ajarkan aku tarian ini. Aku tidak bisa."

"Tarian boygroup? Tumben sekali."

"Aku juga ingin terlihat keren."

"Kau itu manis."

"Yak!"

Donghyun hanya tersenyum. Dia lalu mengajari Jiheon tarian tersebut. Tak terasa, sudah 2 jam mereka berlatih. Mereka lalu beristirahat sebentar untuk melepaskan penat.

"Jiheon-ah. Kenapa kau suka menari?"

"Aku tidak tahu hanya saja aku merasa bebanku lepas begitu saja saat menari. Ya, jadi terasa lebih bebas. Kau sendiri?"

"Aku hanya menyukainya. Entahlah. Saat menari, aku merasa aku menjadi orang paling bahagia di dunia."

"Keumdong-ah, aku yakin kau bisa debut. Aku percaya itu."

"Terimakasih. Aku akan berusaha untuk debut. Mari debut bersama, Jiheon-ah."

Mereka tersenyum bersama. Ya, janji itu. Mereka akan berusaha untuk menepati janji itu.

.
.
.
.

"Kak Minkyu."

"Ada apa? Kenapa kau terlihat lesu seperti itu?"

"Berhenti belajar. Aku bosan melihatnya."

"Aku tidak bisa. Kau tahu, nilaiku turun 0,1 kemarin dan ibuku sangat marah. Jadi, nilaiku tidak boleh turun lagi."

"Yak! Sampai kapan bibi akan seperti itu? Kau bukan robot, kak. Sudah waktunya kau istirahat dan mengejar impianmu."

Minkyu hanya bisa tersenyum kecut mendengar perkataan adiknya itu. Mimpi? Bahkan dia tidak tahu apa itu mimpi.

"Aku tahu kau menyukai musik, kak. Jika tidak kau tidak mungkin bermain drum dulu."

"Hanya sekedar iseng."

"Bohong sekali."

"Jadi, apa yang ingin kau katakan sampai mengangguku belajar, nona Jang?"

"Dia sudah melupakanku ternyata."

"Dia? Dia siapa?"

"Kak Wonjin. Dia sudah melupakanku."



























TBC~















Next?














Voment juseyo~

To My YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang