"Kak Wonjin? Bisakah dia membantuku?"
"Tentu saja. Dia pasti akan membantumu. Ah aku sudah sampai. Aku masuk dulu ya."
Donghyun mengangguk lalu dia berjalan lagi menuju sekolahnya. Tiba-tiba mood nya memburuk. Apalagi saat melihat Wonjin keluar dari bus dan berjalan masuk ke sekolah. Donghyun akui Wonjin itu tampan, keren, baik, jago dance pula. Pantas saja Jiheon menyukainya. Dia tidak ada apa-apanya dibanding Wonjin.
"Donghyun-ah."
"Kak Wonjin?"
"Kau latihan kemarin?"
"Iya. Ada apa ya, kak?"
"Ah ini. Berikan pada Jiheon."
"Apa ini?"
"Coklat. Aku sudah berjanji padanya jika dia menang battle aku akan membelikannya. Tapi kemarin aku tidak latihan. Bisakah kau memberikan ini padanya? Aku ada rapat sepulang sekolah."
"Baiklah. Akan ku sampaikan padanya."
"Terimakasih. Aku masuk dulu."
Donghyun hanya mengangguk. Dia mengarahkan pandangannya pada coklat itu.
'Begitu ya. Sudah waktunya aku menyerah?'
.
.
.
."Eunsang-ah, ayo latihan dengan lagu ini."
"U got it? Lagu ini?"
"Iya. Bagaimana?"
"Boleh saja. Tapi aku tidak terlalu pandai menari."
"Tenang saja aku akan membantumu."
"Ngomong-ngomong, kau akan merekrut siapa lagi, kak?"
"Entahlah. Aku masih mencari. Ayo ke ruang dance."
Mereka berdua pun berjalan ke ruang dance. Sesampainya disana, mereka dikejutkan dengan seseorang yang sedang menari. Mereka lalu memutuskan untuk melihat tarian anak itu sampai selesai.
"Tariannya bagus juga."
"Kau benar, kak. Waah aku rasa aku tidak bisa seperti dia."
"Tenanglah. Kau pasti bisa aku akan mengajarimu."
Eunsang hanya mengangguk. Tak lama kemudian, anak itu selesai menari. Eunsang dan Yunseong lalu mendekatinya.
"Hai."
"Eoh? Halo, kak."
"Ngomong-ngomong, tarianmu bagus juga."
"Ah tidak. Aku masih banyak kekurangan."
"Tidak. Itu sudah bagus. Oh iya, aku ingin menawarimu untuk bergabung ke tim ku. Apakah kau mau?"
"Tim?"
"Iya. Tim ku untuk event nanti. Pemenangnya bisa debut."
"Benarkah? Tapi... kenapa aku, kak?"
"Melihat tarianmu, aku yakin kau benar-benar berbakat. Jadi apakah kau mau?"
"Aku mau."
"Siapa namamu?"
"Keum Donghyun."
.
.
.
."Ibuuu..."
"Ada apa, nak? Kenapa kau teriak seperti itu?"
"Bagaimana ini? Aku belum terlalu hafal tariannya."
Ibunya tertawa melihat kelakuan Eunsang. Ada ada saja dia. Jika sudah begini, dia terlihat lebih kekanakkan daripada adiknya itu.
"Kak Eunsang jangan berisik. Jinwoo jadi tidak belajar."
"Ah maaf, dek. Kakak hanya sedang kesal saja."
"Aish kakak ini. Coba kakak latihan sedikit-sedikit lagian kak Yunseong pasti mengajari kakak."
Eunsang mengangguk meski dia tahu adiknya itu tidak melihatnya. Tapi hey, dia benar-benar bingung. Dia bahkan tidak tahu dasar menari bagaimana dia bisa melakukan gerakan untuk lagu itu?
"Kau pasti bisa, nak. Tapi ingat jangan terlalu keras untuk berlatih. Kau akan sakit nanti."
"Iya, bu."
Sedang asyiknya berlatih, tiba-tiba pintu rumahnya diketuk oleh seseorang. Ah itu adalah pemilik kontrakan tempat Eunsang, Jinwoo dan ibunya tinggal. Kenapa dia malam-malam datang kemari?
"Kau pasti tidak lupa jika harus membayar kontrakan bukan? Bulan ini kau belum membayar."
"Maaf, bu. Tapi saya baru kemarin mengurus Jinwoo yang baru keluar dari rumah sakit. Saya belum ada uang lagi."
"Saya tidak mau tahu. Minggu depan harus sudah lunas atau kalian pergi dari rumah ini."
Pemilik kontrakan itu pun pergi meninggalkan mereka. Eunsang yang melihatnya hanya bisa menghela nafas. Dia tidak bisa menangis, karena itu akan membuat ibunya semakin kepikiran. Apa yang harus dia lakukan? Apakah dia harus mencari kerja sambilan? Tapi dimana? Atau... haruskah dia menyerah akan impiannya lagi?
'Ya, aku harus mencari kerja sambilan besok. Dan sepertinya.. aku memang harus menyerah lagi pada mimpiku. Ibu, maafkan Eunsang. Eunsang janji akan membantu ibu.'
TBC~
Next?
Voment juseyo~

KAMU SEDANG MEMBACA
To My Youth
FanfictionHanya bercerita tentang anak-anak yang mengalami masa pahit dalam hidup mereka lalu bertemu untuk menggapai mimpi mereka.