15

57 12 3
                                    

"Apa? Tidak mungkin Wonjin melupakanmu."

"Aku melihatnya bersama seorang gadis tadi. Kakak tahu? Dia cantik sekali."

"Yireon maksudmu?"

"Kau mengenalnya?"

"Tentu saja. Aku dekat dengannya."

Wajah adiknya itu pun semakin muram. Oke, sepertinya dia memang harus melepas Wonjin ya? Tapi, dia masih ingin berusaha membuat Wonjin mengingatnya.

"Tidak usah muram begitu. Bukankah kau tetap yang paling penting untuknya? Dan juga, kalian tidak mempunyai hubungan apapun bukan dulu?"

"Tapi gadis itu.. yak! Kenapa kau memperjelas bagian itu?"

"Haha kau ini lucu sekali lagipula yang aku katakan juga benar. Ah iya,  Wonjin memang menyukai gadis itu, tapi kita tidak tahu apakah gadis itu juga menyukainya bukan?"

Gadis itu mengangguk. Ya, sebelum mereka mempunyai hubungan, dia masih bisa untuk mendekati Wonjin bukan?

"Ngomong-ngomong, dia tidak akan tahu jika kau tidak memberitahunya. Kau tahu kan jika dia tidak peka? Lebih baik segera katakan padanya siapa dirimu."

.
.
.
.

Eunsang pulang bersama Yunseong sore itu setelah menyelesaikan latihannya. Namun, betapa terkejutnya dia saat melihat barang-barangnya sudah ada di luar rumah semua. Ibunya dan adiknya pun terlihat tengah menangis. Eunsang lalu menghampiri ibunya.

"Ibu, ada apa ini? Kenapa barang-barang kita ada disini? Jinwoo.. kenapa kau menangis?"

"Ibu tidak apa-apa, nak. Kita sudah tidak bisa menempati rumah ini."

"Apa? Lalu.. kita akan tinggal dimana?"

"Ibu akan berusaha mencari tempat tinggal untuk sementara, ya?"

"Maafkan Eunsang, bu. Seharusnya aku membantu ibu."

"Tidak, nak. Ini sudah kewajiban ibu untuk mengurus kalian. Kalian hanya perlu bersekolah lebih rajin, ya?"

Yunseong yang melihatnya pun menjadi iba. Dia lalu menelpon seseorang. Setelah memastikan orang tersebut memberinya ijin, dia lalu mengatakannya pada Eunsang.

"Eunsang-ah. Kau, ibumu, dan adikmu bisa tinggal bersamaku."

"Apa? Tapi, kak.. tidak usah. Aku tidak ingin merepotkanmu."

"Setidaknya untuk sementara, bukan? Sampai kalian menemukan tempat tinggal baru. Ayahku sudah memberiku ijin. Supir ayahku akan datang sebentar lagi."

Tak lama kemudian, orang-orang suruhan ayah Yunseong pun datang. Mereka pun lalu masuk ke mobil dan melanjutkan perjalanan menuju rumah Yunseong. Beberapa menit kemudian, mereka pun sampai.

"Nak Yunseong, apa tidak apa-apa kami tinggal disini?"

"Tidak apa-apa, bu. Lagipula banyak kamar kosong disini. Ah ibu tidak perlu memikirkan soal sewa, ya? Aku tidak meminta apapun."

"Terimakasih, kau sangat baik."

Yunseong hanya tersenyum. Dia lalu menunjukkan kamar untuk mereka. Setelah itu, dia mengajak Eunsang untuk bertemu ayahnya.

"Ayah, ini Eunsang."

"Oh, kau yang bernama Eunsang? Yunseong sering bicara bahwa kau sangat pandai menyanyi."

"Ah, tidak paman. Suaraku tidak sebagus itu."

"Jadi? Bisa tunjukkan padaku? Aku harus mengetahu bakatmu terlebih dahulu agar bisa membantumu untuk masuk tim Yunseong dan debut bersamanya."

.
.
.
.

"Tarianmu sangat bagus, Wonjin-ah."

"Terimakasih, paman."

"Ternyata benar kata Yireon. Kau sangat pandai menari. Ah, bagaimana jika kau masuk ke tim Yunseong? Dia sedang mempersiapkan tim untuk mengikuti event yang kita adakan."

"Yunseong... Hwang Yunseong?"

"Ya, dia. Kau mengenalnya?"

"Kita satu sekolah dan satu angkatan. Tapi.. bagaimana bisa paman mengenalnya?"

"Yireon dan Yunseong sudah berteman sejak kecil. Jadi tentu saja aku mengenalnya."

"Jadi begitu.."

"Kau bisa masuk tim nya. Dan aku yakin tim itu bisa menjadi kuat nantinya. Kalian harus bisa memenangkan event itu dengan bakat kalian. Bukan karena kalian mempunyai koneksi denganku."

Tak terasa, hari sudah mulai malam. Wonjin dan Yireon pun memutuskan untuk pulang.

"Kau dekat dengan Yunseong juga?"

"Iya. Ayah yang memberitahumu?"

"Begitulah. Sepertinya ayahmu menyukainya."

"Ayah memang sangat menyukainya. Kau tahu ayah bahkan ingin dia jadi menantunya. Aku rasa ayah sudah mulai kacau. Aku masih SMA bagaimana bisa aku memikirkan hal itu?"

"Menantu?"

"Ya. Dalam artian kita dijodohkan, mungkin? Tapi ya sepertinya ayahku hanya bercanda hehe."

Jika kalian ingin tahu apa yang diharapkan Wonjin, tentu saja dia berharap ayahnya Yireon benar-benar bercanda. Apa kabar hatinya jika hal itu menjadi kenyataan?



















TBC~













Next?












Voment juseyo~

To My YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang