18

58 12 7
                                    

"Benarkah itu ... kau?"

"Ya, ini aku, kak."

Wonjin masih bingung dengan situasinya. Bagaimana dia.. bagaimana dia ada disini? Dia... benarkah dia gadis kecilnya itu? Gadis kecil yang selalu bermain dengannya dan Minkyu dulu? Bagaimana dia bisa berubah menjadi dewasa seperti ini? Ya meski dia tetap saja imut sih.

"Kau tidak percaya padaku, ya? Oke aku mengerti. 5 tahun bukan waktu yang singkat untuk melupakan seseorang, bukan?"

Tanpa berpikir panjang lagi, Wonjin langsung memeluk gadis itu. Jujur Wonjin memang sangat merindukannya. Bagaimana tidak, 5 tahun mereka berpisah dan sekarang mereka dipertemukan kembali.

"Kak?"

"Ini benar kau, kan?"

"Iya kak. Ini aku. Berapa kali aku harus mengatakannya?"

"Jangan pergi lagi."

"Aku ada disini sekarang. Ngomong-ngomong, siapa gadis yang kemarin?"

Wonjin pun melepaskan pelukannya.

"Dia? Ah dia sahabatku."

"Kau... menyukainya?"

Wonjin hanya tersenyum penuh arti. Sedang gadis itu, dia hanya tersenyum pahit. Senyuman Wonjin menjelaskan segalanya.

'Jadi, cinta pertamaku memang harusnya sampai disini? Lalu, untuk apa aku kembali?'

.
.
.
.

"Minkyu-ya!"

"Eoh, Yireon-ah. Sedang apa disini?"

"Ah itu. Aku sedang menemani kak Yunseong tadi. Kau sendiri?"

"Aku baru saja selesai les fisika dan mampir sini."

"Begitu ya."

"Tunggu... tadi kau bilang Yunseong? Apakah dia Hwang Yunseong?"

"Iya dia. Kau mengenalnya?"

"Dia wakilku di OSIS dan komdis."

Yireon hanya mengangguk. Mereka lalu mengobrol bersama sampai akhirnya Yunseong datang.

"Yireon-ah, aku kita pul-- eh Minkyu?"

"Iya ini aku."

"Kau dekat dengan Yireon?"

"Bisa dibilang begitu. Kau?"

"Kita berteman sejak kecil. Tentu saja kita dekat."

"Begitu. Ah Yireon-ah, aku pulang dulu, ya. Ibuku akan marah jika aku pulang terlambat."

Yireon hanya mengangguk. Dia dan Yunseong lalu berjalan menuju parkiran mobil.

"Kapan anak itu bisa bebas memilih apa yang dia suka?"

"Maksudmu, Minkyu?"

"Iya. Kau tahu kan kak jika dia ditekan oleh orangtuanya? Apakah semua anak-anak peringkat atas seperti itu?"

"Aku tidak tahu di sekolah lain bagaimana tapi  di sekolahku tentu saja begitu. Jika kau ingin tahu, ayah Minkyu itu dokter hebat dan ibunya pebisnis yang hebat. Kakaknya juga calon dokter. Itu yang membuat orangtuanya ingin Minkyu mengikuti mereka.

Yireon terlihat memikirkan sesuatu. Jujur, dia kasian pada Minkyu. Dia ingin membantu anak itu.

'Bisakah aku membantunya?'

.
.
.
.

"Keumdong-ah."

"Jiheon-ah? Ada apa?"

"Kau sibuk?"

"Sedikit. Ada apa?"

"Ah tidak. Jika kau sibuk tidak usah."

"Bisa diatur. Sekarang katakan ada apa?"

"Sebenarnya aku ingin jalan-jalan. Bosan sekali di rumah."

"Aku kesana. Siap-siap dalam waktu 10 menit oke?"

Jiheon mengangguk dan menutup sambungan teleponnya. Sampai kapan dia bergantung dengan Donghyun seperti ini? Setiap dia ada masalah atau apa, Donghyun yang selalu ada untuknya. Tak lama kemudian, Donghyun pun datang. Jiheon lalu keluar dari rumahnya.

"Ayo naik, kita ke Lotte World."

"Kau serius?"

"Tentu saja. Aku sudah membeli tiketnya. Aku jalan."

Jiheon pun naik ke boncengan motor Donghyun. Donghyun lalu melajukan motornya ke Lotte World.

"Keumdong-ah."

"Hm?"

"Terimakasih."

"Untuk?"

"Selalu ada disisiku."

"Tidak masalah. Asal kau juga selalu ada disisiku."























TBC~



















Next?














Voment juseyo~

To My YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang