"Jadi, Jiheon kau benar-benar akan bergabung, kan?"
"Iya, kak. Ngomong-ngomong, kita hanya bertiga?"
"Aku masih mencari 2 anggota lagi. Karena dari pelatih ingin jumlah kita sama dengan jumlah tim kak Yunseong."
"Begitu ya. Wonyoung-ah, kau dekat dengan kak Wonjin?"
"Iya. Aku dan kak Wonjin teman sejak kecil." - Wonyoung
Jiheon merasa kalah. Dia tidak pernah sedekat itu dengan Wonjin. Dia memang dekat, tapi tidak seperti Wonjin dan Wonyoung. Ngomong-ngomong, bagaimana bisa para gadis yang berkumpul disini mempunyai relasi dengan Wonjin semua? Itu yang ada di pikiran Jiheon sekarang. Yireon gadis yang Wonjin sukai, Jiheon teman dekat Wonjin di akademi, dan Wonyoung teman dekat Wonjin sejak kecil. Hey, takdir macam apa ini? Namun, Jiheon tidak mau ambil pusing. Fokus dia sekarang adalah debut. Setelah itu, dia akan menyatakan perasaannya pada Wonjin. Ya, semoga saja perasaannya belum berubah sampai nanti.
.
.
.
."Kak Yunseong, bukankah itu kak Sihoon?"
"Iya itu dia. Sedang apa dia di ruang seni?"
"Kak.. bukankah itu flashdisk yang berisi file lagu kita?"
Yunseong pun mengikuti arah pandang Eunsang. Benar. Flashdisk itu berisi file lagu mereka. Kenapa Sihoon bisa memilikinya?
"Kau benar, Eunsang-ah. Dia mengambilnya."
"Bagaimana ini, kak?"
"Tenang saja. Aku akan ke akademi sekarang untuk menemui Wonjin dan Donghyun. Kau siapkan lagu yang lain oke?"
Eunsang mengangguk mengerti. Mereka lalu berjalan pulang dan berpura-pura tidak mengetahui apa yang Sihoon lakukan. Setelah mengantar Eunsang pulang, Yunseong bergegas menuju akademi. Tak lama kemudian, dia pun sampai. Dia langsung menemui Wonjin dan Donghyun.
"Ada apa, Yunseong-ah?"
"Kita jalankan rencana B. Ayo buat koreografinya."
Wonjin dan Donghyun pun mengangguk tanda mengerti. Mereka pun bergegas membuat koreografi untuk lagu yang digunakan pada rencana B. Kira-kira lagu apa yang akan mereka tampilkan, ya?
.
.
."Ibu.."
"Ada apa, Minkyu-ya?"
"Aku.. aku ingin menjadi bergabung dengan tim temanku untuk mengikuti event. Pemenangnya bisa debut?"
"Apa? Tidak."
"Tapi, bu..."
"Ibu bilang tidak ya tidak, Minkyu. Lagipula apa bagusnya menjadi seorang idola? Lebih baik kau masuk kamarmu dan belajar lebih giat. Ibu tidak mau melihat nilaimu turun lagi."
"Tapi ini impianku, Bu. Aku baru saja menemukan hal yang kusukai. Aku ingin melakukannya."
"Tidak. Itu bukan mimpi. Kau hanya perlu berjalan di jalan yang sudah ibu siapkan. Masa depanmu akan lebih cerah."
"Tapi, bu..."
"Masuk kamarmu."
Minkyu pun masuk kamarnya. Dia benar-benar lelah sekarang. Sampai kapan dia harus seperti ini? Dia bukan robot. Dia juga ingin seperti teman-temannya yang lain.
"Ibu."
"Ada apa lagi, Wooseok-ah?"
"Biarkan Minkyu menggapai mimpinya. Dia masih 18 tahun, Bu. Dia juga ingin seperti teman-temannya yang lain."
"Kau tahu apa tentang impian, Wooseok-ah? Dengan nilaimu yang bagus itu kau bisa lulus cepat dan diterima di rumah sakit bagus, bukan? Itu yang lebih penting. Masa depanmu lebih terjamin."
"Minkyu bukan robot Ibu."
"Ibu tidak pernah menyebutnya robot."
"Dengan ibu seperti ini itu membuatnya menjadi robot itu. Dia bukan anak kecil lagi, bu. Sudah waktunya dia menggapai impiannya."
"Sudahlah. Ibu lelah. Banyak kerjaan yang harus ibu urus. Kau lebih baik selesaikan skripsimu itu."
"Cukup aku saja yang jadi robot untuk Ibu. Jangan Minkyu."
TBC~
Next?
Voment juseyo~
KAMU SEDANG MEMBACA
To My Youth
FanfictionHanya bercerita tentang anak-anak yang mengalami masa pahit dalam hidup mereka lalu bertemu untuk menggapai mimpi mereka.