"Apa?"
"Dia menyukaimu."
Sungguh, Yireon benar-benar tidak menyangka dengan hal ini. Dia tidak pernah tahu jika Wonjin menyukainya.
"Tapi aku..."
"Tidak usah terlalu dipikirkan. Ikuti saja kata hatimu. Jika kau menyukainya, terima perasaannya. Jika kau tidak menyukainya, jangan beri dia harapan. Itu lebih menyakitkan daripada kau menolaknya secara langsung."
"Kau sendiri.. bagaimana?"
"Aku? Ada apa denganku?"
"Apa yang kau pikirkan tentangku?"
"Kau cantik dan baik. Kau benar-benar teman terbaikku. Karena kau, aku juga menjadi lebih yakin dengan impianku."
"Teman?"
"Iya. Kita teman, bukan?"
"Ya, kita teman."
Yireon hanya bisa tersenyum kecut. Ya, dia menyukai Minkyu. Dulu mungkin dia bisa menjawab jika dia menyukai sebagai teman. Tapi sekang, perasaannya berubah. Dia menyukai anak itu. Tapi, dia tidak bisa menyakiti Wonjin. Suara Wonjin menyadarkannya dari lamunannya.
"Minkyu? Yireon?"
"Wonjin-ah, kau sudah sadar? Ada yang sakit?" - Minkyu
"Tidak ada. Kau yang membawaku kesini?"
"Tentu saja. Telat sedikit saja kau bisa tidak tertolong. Darahmu keluar banyak sekali."
"Seharusnya kau tidak usah membawaku."
"Yak! Kenapa kau bicara seperti itu?"
"Lihat. Bahkan mereka tidak kemari, kan?"
Wonjin benar. Orangtuanya tidak datang untuk menjenguknya. Hanya ada Minkyu dan Yireon disini. Sedang yang lain akan datang setelah pulang sekolah. Termasuk Wonyoung, Minkyu menyuruhnya kembali ke sekolah tadi.
"Tidak usah cemaskan hal itu."
"Minkyu-ya. Bisakah aku menginap di rumahmu?"
.
.
.
."Yireon-ah."
"Iya, Wonjin-ah?"
"Aku mendengar semuanya. Tidak perlu merasa terbebani dengan perasaanku. Aku baik-baik saja."
"Wonjin-ah, aku..."
"Aku tahu. Aku tahu kau menyukai Minkyu. Jika kau menyukainya, perjuangkan dia."
"Dia tidak menyukaiku."
"Aku yakin dia akan menyukaimu."
Tak lama kemudian, Minkyu datang. Anak itu tadi sedang mencari makanan untuk Wonjin.
"Ini rotimu. Habiskan."
"Ya! Kau ini galak sekali."
"Wonjin-ah, aku ingin kau cepat sembuh."
"Aku tahu."
"Makanlah."
"Ah.. Wonjin, Minkyu. Aku pamit dulu ya. Ibuku mencariku."
"Baiklah. Hati-hati, ya." - Minkyu.
Seperginya Yireon, mereka pun mulai makan. Wonjin terlihat lapar sekali. Wajar karena dia tidak sarapan tadi pagi. Minkyu sampai tertawa melihatnya.
"Hei, apa yang kau tertawakan?"
"Kau lucu sekali. Seperti tidak makan sebulan saja."
"Diam kau. Ngomong-ngomong, kertas apa itu?"
"Formulir event."
"Kau akan mengikutinya?"
"Ya, aku akan bergabung di tim mu. Aku rasa aku sudah menemukan impianku."
"Baguslah. Aku ikut senang mendengarnya. Ayo debut bersama, Minkyu-ya."
"Ayo. Kita pasti bisa debut bersama."
.
.
.
."Yunseong-ah, kau masih mempunyai waktu 2 minggu lagi untuk event. Apa tim mu sudah siap?"
"Sudah pelatih. Ah ngomong-ngomong, temanku baru saja masuk rumah sakit. Sepulangnya nanti, baru kita akan latihan full team."
"Tidak masalah. Aku hanya butuh hasil. Proses kalian yang menjalankan. Tapi aku akan senang jika tim mu benar-benar berkembang."
"Baik pelatih."
Yunseong menghela nafas lega. Dia hanya harus membuktikan jika tim nya adalah yang terbaik. Dia harus yakin jika mereka bisa menang. Jika tidak, mereka akan berusaha lebih keras lagi nantinya.
"Eunsang-ah."
"Iya, kak."
"Kita akan mulai latihan lagi setelah Wonjin keluar dari rumah sakit. Oh iya, tolong ajari aku lagu ini."
"Ah ini seperti ini, kak."
Yunseong dan Eunsang pun mulai berlatih menyanyi. Tak terasa, hari sudah mulai sore. Mereka harus ke rumah sakit sebelum malam.
"Ayo kita ke rumah sakit."
"Iya kak."
"Kau senang jika nanti kau akan debut?"
"Tentu saja. Ini impianku sejak kecil kak."
"Aku juga. Aku berjuang bersama."
"Ayo. Semoga kita bisa debut."
TBC~
Next?
Voment juseyo~
KAMU SEDANG MEMBACA
To My Youth
FanfictionHanya bercerita tentang anak-anak yang mengalami masa pahit dalam hidup mereka lalu bertemu untuk menggapai mimpi mereka.