2. Ilyas Raka Aryatama

32.5K 2.7K 54
                                    

2. Ilyas Raka Aryatama

"Yas, Ibu pernah bilang Ibu akan menjodohkanmu jika kamu tidak menikah tahun ini."

Pria yang semula sibuk dengan tab di tangannya itu kini berhasil tertarik perhatiannya. "Aku kira Ibu lupa."

Rosa mendengus. "Kamu tahu ibu sudah tua dan sebentar lagi akan menjadi pelupa, tapi kenapa kamu belum juga menikah? Bahkan dekat dengan wanita pun tidak pernah. Kamu tahu, kan, isu yang beredar?"

"Itu hanya isu."

"Isu yang mempengaruhi saham kita!"

Pria bernama Ilyas Raka Aryatama itu hanya diam.

"Ibu bahkan hampir percaya dengan isu itu."

Ilyas menghela napas. "Tenang saja, Bu. Aku pria normal."

"Lalu mengapa tidak pernah dekat dengan wanita? Sekretarismu saja seorang pria."

"Aku tidak suka wanita."

Rosa terkejut. "Kamu bilang kamu normal. Tapi tidak suka dengan wanita. Jadi bagian mana yang normal?" Wanita itu semakin menggebu-gebu sampai wajahnya terlihat memerah.

"Maksudnya aku tidak suka bekerja dengan wanita," Ilyas menjelaskan. Namun Rosa kurang terima dengan penjelasan itu.

"Terserah! Pokonya bulan depan kamu menikah!"

Ilyas tidak terkejut. Toh, ia sudah sering mendengar gertakan seperti ini. Ia berpikir kalau ibunya pasti hanya bercanda. Memangnya sejak kapan Rosa menyiapkan calon untuknya?

"Kamu tidak punya calon, 'kan?"

Sebelum Ilyas menjawab, Rosa lebih dulu menyela, "Pasti tidak punya. Jadi Ibu sudah siapkan calon untukmu."

Barulah kali ini Ilyas terkejut. "Apa Ibu mendapatkan wanita dari pinggir jalan?"

"Ya, bisa dibilang begitu. Ibu ini pelanggan setia di toko bunganya yang ada di pinggir jalanan kota. Tapi dia seribu kali lebih baik dari ratusan wanita yang pernah ibu temui selama ini."

"Bagaimana ibu tahu kalau dia baik? Mungkin dia hanya baik di depan Ibu agar Ibu suka padanya dan menjadikannya sebagai menantu."

Sekarang Rossa kesal pada Ilyas. "Ya, bahkan ibu lebih suka dia dibandingkan kamu! Jangan berbicara buruk seperti itu pada seseorang yang belum pernah kamu temui. Bisa jadi kamu lebih buruk dari pada dia."

Ilyas diam, dia merasa tertampar dengan kalimat Rosa.

"Namanya Malaika. Ibu sudah mengawasi dia selama satu tahun. Dia bukan dari keluarga kaya, bisa dibilang kurang mampu. Tapi dia wanita yang tegar. Dia juga sangat baik, ramah, shalehah dan cantik. Ibu suka setiap kali melihatnya."

"Jadi sekarang Ibu yang tidak normal? Ibu jatuh cinta dengan wanita bernama Malaika?"

Kalau saja terlihat, sudah pasti ada dua tanduk merah di atas kepala Rosa. "Kalau Ibu tidak normal, kamu tidak akan ada di dunia."

Ilyas malah terkekeh. "Aku bercanda, Bu."

"Bulan depan dia ulang tahun yang ke dua puluh satu. Ibu mau kalian menikah di hari ulang tahunnya."

"Jadi Ibu serius?"

"Apa tampang Ibu kelihatan bercanda? Usia Ibu sudah lima puluh satu tahun, dan kamu sudah berusia tiga puluh dua tahun, tapi belum juga menikah."

"Tapi Ibu masih sangat cantik."

"Diam! Rayuan kamu tidak mempan. Kalau bukan karena uang, pasti keriput Ibu sudah ada dimana-mana. Harusnya Ibu sudah memiliki banyak cucu sekarang."

"Hana sudah memberi dua cucu untuk Ibu."

"Ya, apa kamu tidak malu? Adikmu sudah memberi dua cucu. Kamu menikah saja belum."

Ilyas tahu kalau perdebatan ini pasti tetap akan dimenangkan oleh sang ibu.

"Yasudah."

"Yasudah apa?"

"Aku mau menikah."

"Dengan Malaika?"

"Dengan model majalah dewasa."

Rosa melotot. "Kamu mau Ibu usir dari rumah?!"

Ibunya memang tidak punya selera humor. "Aku bercanda."

"Sekali lagi bercanda, akan Ibu coret namamu dari daftar ahli waris!"

"Sadis."

Tunggu sebentar! Rasanya Ilyas baru menyadari sesuatu.

Rosa yang hendak keluar dari ruang kerja putranya itu berbalik kembali ketika mendengar Ilyas berbicara.

"Tadi Ibu bilang, bulan depan umur wanita itu berapa?"

"Dua puluh satu. Kenapa?"

"Jadi Ibu mau menikahkan aku dengan gadis remaja? Usia kita terpaut jauh, Bu."

Rosa tersulut lagi. "Memang kenapa? Kamu maunya dengan usia lima puluh? Enam puluh?"

"Bukan begitu, tapi dia masih terlalu muda. Pasti merepotkan dan manja. Aku yakin dia juga boros, rewel, tidak bisa diatur—"

"Sekali lagi kamu bicara buruk tentang Malaika, akan benar-benar Ibu hapus namamu dari daftar ahli waris."

Detik itu juga Ilyas terdiam. Raut wajah Rosa benar-benar terlihat serius.

"Bahkan Ibu seratus persen yakin, kalau kamu yang akan merepotkan dia. Bukan malah sebaliknya. Jaga lisanmu, Ilyas! Ibu tidak mengajarkanmu menjadi pria yang mudah merendahkan wanita!"

Setelah mengatakan itu, Rosa keluar dari ruangannya.

Memang sebaik apa wanita bernama Malaika? Penilaian Rosa terhadap wanita itu membuat Ilyas muak. Pasti wanita itu telah menghasut ibunya. Ilyas sangat yakin dengan pemikirannya.

Baiklah, ucapkan selamat datang di pernikahan yang menyedihkan, Malaika.





❤❤❤

REVISI & REPUBLISH
Minggu, 6 Juni 2021

The Perfect Wife For IlyasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang