25. Can't Imagine

25.3K 2.1K 104
                                    

25. Can't Imagine

"Morning, Sunshine."

Ilyas menghela napasnya ketika mendengar sapaan ceria itu dari wanita yang berdiri di depan pintu apartemennya.

"Ini masih sangat pagi, Bu. Ada apa?" jengah Ilyas. Pasalnya hari ini adalah hari libur dan Ilyas hanya ingin menghabiskan waktunya bersama dengan Malaika. Perlu digaris geras, menghabiskan waktu bersama Malaika!

"Sudah jam tujuh. Masih sangat pagi apanya? Minggir! Ibu mau masuk." Rosa menyingkirkan Ilyas dari hadapannya. "Di mana Malaika?"

"Di dapur."

"Kalian belum sarapan?"

"Baru selesai."

Ilyas mengikuti di belakang Rosa.

Mereka sampai di dapur dan melihat Malaika tengah mencuci piring dan gelas kotor. Rosa yang melihatnya dari kejauhan berdecak dan beralih menatap sinis Ilyas. "Ibu bilang ambil asisten rumah tangga. Agar Malaika tidak usah repot-repot melakukan pekerjaan rumah."

"Aku tidak suka ada orang lain di apartemen."

"Ibu tidak suka melihat Malaika terus bekerja."

"Kalau begitu, Ibu katakan saja pada Malaika. kalau dia setuju untuk mengambil asisten rumah tangga, hari ini juga aku carikan."

Rosa pun menyetujui. Lalu ia berjalan menghampiri Malaika.

"Selamat pagi, Malaika."

"Selamat pagi, Bu. Ternyata Ibu yang datang." Malaika mengeringkan tangannya lalu menyalimi tangan Rosa.

"Hm. Ibu ingin mengundang kalian untuk datang ke rumah."

"Ada acara apa?"

"Tidak ada. Hanya makan malam bersama keluarga."

"Ibu sudah tanya Mas Ilyas?"

"Dia pasti mau datang." Rosa menggandeng lengan Malaika. "Kita duduk dulu, Ibu ingin membicarakan sesuatu." Mereka pun duduk di kursi meja makan. Di sana juga ada Ilyas yang sibuk dengan tab nya dengan sesekali meminum kopi yang Malaika buatkan.

"Ada apa, Bu?"

"Ibu mau menyarankan kalian untuk menyewa asisten rumah tangga."

Malaika malah bertanya. "Untuk apa?"

"Tentu saja untuk mengerjakan pekerjaan rumah."

Malaika dengan cepat menolak. "Tidak perlu, Bu. Malaika bisa mengerjakannya sendiri."

Ilyas melirik, sudah ia duga, Malaika tidak akan mau.

"Tapi kamu terlalu sering bekerja."

"Malaika malah akan merasa bingung kalau tidak mengerjakan sesuatu."

Rosa menghela napasnya. Ia menatap Ilyas untuk meminta bantuan darinya. "Yas."

"Hm?"

"Bujuk dia!"

"Aku tidak pernah berhasil membujuknya, Bu."

Rosa mendengus. Lalu berdiri. "Yasudah. Pokonya nanti sore jangan lupa datang ke rumah."

"Ada apa?" Ilyas belum tahu apa-apa.

"Memang harus ada apa-apa dulu baru kamu mau datang ke rumah?!" Rasanya Rosa tidak pernah bisa santai kalau sudah berhadapan dengan Ilyas. Tapi Ilyas memang jarang sekali datang ke rumah kalau tidak ia suruh.

The Perfect Wife For IlyasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang