5. Mengikuti Alur

30.6K 2.4K 70
                                    

5. Mengikuti Alur

Pagi ini adalah pagi yang menyebalkan bagi Ilyas. Bagaimana tidak?! Di saat masih ngantuk-ngantuknya, Malaika malah membangunkannya untuk shalat subuh. Ditambah ia harus adu mulut dengan wanita itu. Ilyas menarik kembali hal yang disukainya dari Malika, nyatanya wanita itu ternyata pembangkang, tidak menuruti perintahnya untuk jangan ikut campur urusan satu sama lain.

Seakan cobaan dari Malaika belum selesai. Kini, di depannya duduk seorang wanita paruh baya yang tersenyum lebar menatap wanita yang duduk di sebelah Ilyas. Hebatnya, Malaika tak mengadukan dirinya perihal kejadian tadi pagi. Ilyas juga tak mau membahasnya karena ia sebenarnya percaya kalau Malaika tidak berniat mencuri. Masa pencuri membangunkan pemiliknya ketika akan melakukan aksi? Ya, Ilyas masih bisa berpikir dengan jernih.

"Jadi kalian ada rencana bulan madu ke mana?" Rosa bertanya dengan semangat membara. Ia melihat sepasang insan itu sangat bahagia. Ilyas juga tak henti-hentinya tersenyum ketika melirik Malaika yang begitu jelita.

Ya, Rosa tidak tahu saja kalau itu semua hanya drama yang dibuat Ilyas. Saat mendengar kabar kalau Rosa akan datang, Ilyas buru-buru mengingatkan Malaika kalau mereka harus terlihat harmonis di depan Rosa.

"Belum ada rencana, Bu. Lagipula, kita belum terlalu mengenal satu sama lain. Butuh waktu untuk saling beradaptasi."

Diam-diam Ilyas megakui kehebatan Malaika dalam mengarang cerita. Padahal sesungguhnya Malaika tidak sedang mengarang.

Rosa nampak kecewa. "Oohh begitu. Yasudah, Ibu mengerti." Lalu wanita itu terlihat mengeluarkan sebuah kotak berpita dari dalam tas mahalnya.

"Maaf yah, Ibu baru sempat memberi kado ulang tahun untuk kamu."

"Harusnya Ibu tidak perlu seperti ini. Ibu sudah memberi terlalu banyak."

Rosa tersenyum, ia sangat menyukai setiap jawaban yang Malaika berikan. "Tidak papa."

Rosa membuka kotak tersebut. Ternyata isinya sebuah kalung berhiaskan berlian yang begitu indah. Malaika terkesima, sampai akhirnya buru-buru berbicara. "Aku tidak berani menerima itu, Bu."

"Ibu memaksa."

Mungkin ada yang bertanya-tanya dimana Ilyas sekarang. Tenang saja, dia masih duduk di tempatnya sambil memperhatikan tiap reaksi Malaika. Takut-takut ada yang mencurigakan darinya. Nyatanya, akting Malaika terlalu bagus. Ilyas acungkan dua ibu jarinya untuk akting wanita itu.

Akhirnya Malaika hanya bisa menerima kalung tersebut, sambil berkata, "Tapi aku tidak bisa memakainya."

Rosa mengangguk. "Ibu mengerti. Kamu bisa menyimpannya."

"Terima kasih." Malaika tersenyum dengan cantiknya.

"Apa yang Ilyas berikan padamu?"

Mendadak, suasana menjadi hening. Malaika tidak bisa berbohong. Ilyas tidak memberikan apapun padanya. Mengucapkan selamat ulang tahun saja tidak. Ah iyah, Ilyas memberikan sesuatu, yakni kertas HVS berisi poin pernikahan yang masih Malaika simpan. Tapi sangat tidak mungkin kalau Malaika mengatakan itu lah yang Ilyas berikan. Bisa-bisa Ilyas marah padanya dan mengatainya sebagai istri durhaka lagi.

"Aku belum sempat memberikan apa-apa, Bu. Akhir-akhir ini kan aku sangat sibuk." Itu lah alasan cerdas yang bisa Ilyas berikan pada Rosa.

"Kalau begitu, besok kamu harus memberikan istrimu sesuatu."

"Hm."

Rosa berpaling kembali pada Malaika. Lalu ia berdiri, "Malaika bisa ikut Ibu sebentar?" Malaika pun segera berdiri juga. Lalu berjalan pergi bersama dengan Rosa yang merangkulnya.

The Perfect Wife For IlyasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang