22. Ilyas Modus

28K 2.3K 166
                                    

22. Ilyas Modus

Malam ini, tepatnya pukul setengah delapan malam, mereka berdua duduk di bangku taman rumah sakit. Malaika memegang kaleng minuman ber-ion yang isinya sudah setengah habis. Sedangkan Ilyas memegang botol kopi yang baru ia minum sedikit.

"Mas tahu dari mana saya ada di sini?"

"Panggilan hati."

Malaika tertawa. Jawaban Ilyas terlalu terdengar asing di telinganya.

"Kenapa tertawa?"

"Mas gombal," kata Malaika, sambil diselingi kekehan.

Ilyas hanya mendengus geli.

"Mas sudah makan malam?"

"Belum."

"Kenapa belum?"

"Karena kamu juga belum."

Malaika menatap Ilyas. Sepertinya ada yang aneh dengan Ilyas. "Kenapa melihat saya seperti itu?"

"Mas aneh."

Sayangnya Ilyas juga berpikiran sama dengan Malaika. ia seperti seorang remaja yang baru merasakan jatuh cinta dan berusaha memberi rayuan-rayuan manja pada pujaan hatinya. Namun Ilyas tidak ingin membahasnya.

"Kamu mau menginap di sini?" Ilyas mengalihkan topik pembicaraan.

"Mas mengizinkan?"

"Kalau saya bilang tidak?"

"Kalau begitu, saya tidur di rumah."

Pada dasarnya itu bukanlah rumah, melainkan sebuah apartemen. Namun Malaika menganggap tempat tinggal adalah rumah.

"Apa sepenting itu izin dari saya?"

Malaika mengangguk. "Mas kan suami saya. Jadi izin dari Mas sangat penting."

"Bahkan ketika saya melarang kamu menemani ibu kamu, kamu akan tetap menurut?"

"Iyah. Dan kalau pun Umi tahu, pasti Umi tetap menyuruh saya untuk menuruti Mas."

"Kenapa seperti itu?"

"Karena ridho suami adalah ridho Allah dan surga bagi seorang istri. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Kalau aku boleh memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada orang lain, maka aku akan memerintahkan para istri untuk sujud kepada suaminya, disebabkan karena Allah telah menetapkan hak bagi para suami atas para istri.' Dari Hadits riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi."

"Hak suami berada di atas hak siapapun manusia termasuk kedua orang tua. Hak suami bahkan harus didahulukan oleh seorang istri dari pada ibadah-ibadah yang sifatnya sunnah. Syaikhul Islam berkata, 'tidak halal bagi seorang wanita keluar rumah tanpa izin suaminya, jika ia keluar rumah tanpa izin suaminya, berarti ia telah berbuat durhaka, bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta layak mendapat hukuman' jadi izin dari Mas itu penting."

Ilyas tersenyum. "Umi dan Abi yang mengajari kamu semua ini?"

"Iyah."

"Aku sangat berterima kasih pada mereka. Dan berterima kasih kepada ibu karena mendatangkan kamu di hidupku."

Malaika tidak menyangka akan mendengar hal ini dari Ilyas. Namun ia juga sangat bersyukur meski tidak tahu pasti apakah Ilyas sudah mencintainya atau belum.

"Ini hanphone kamu. Lain kali jangan sampai tertinggal!" Ilyas menyerahkan ponsel Malaika yang diterima oleh wanita itu dengan cengiran bersalah.

"Kamu mau pulang jam berapa?"

"Mas mau pulang sekarang?"

Ilyas mengangguk.

The Perfect Wife For IlyasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang