34. Merasa Tak Pantas

24.2K 1.2K 54
                                    

34. Merasa Tak Pantas

"Ayahmu sudah memberitahu. Dia akan pensiun."

Ilyas kini terkejut. Hans tidak pernah membicarakan soal ini dengannya. "Kenapa ayah pensiun tiba-tiba? Apa ayah sakit?" Itulah yang dipikirkan Ilyas sekarang.

Rosa menggeleng. "Tidak. Ayahmu memang sudah merencanakannya dari jauh-jauh hari. Tapi dia belum sempat mengatakannya padamu."

Ilyas menghela napas panjang. Ia yakin dirinya akan sangat sibuk.

"Kamu akan memegang sepenuhnya perusahaan Aryatama."

"Ibu, aku sudah ada rencana untuk melakukan resepsi pernikahan dan pergi bulan madu ke Paris. Aku ingin ambil cuti, tapi ayah malah pensiun," kesal Ilyas.

Rosa pun menghela napasnya. "Nanti malam kita berangkat ke London. Kita bicarakan dengan ayah."

"Aku bisa ajak Malaika?"

"Sebaiknya jangan. Ibu hanya dua hari di sana. Kamu juga akan sangat sibuk. Kasihan Malaika."

Ilyas berdecak. Padahal dulu, ini adalah saat yang ditunggu-tunggu oleh Ilyas. Ia ingin memegang kendali sepenuhnya perusahaan Aryatama. Ia ingin bekerja lebih keras agar perusahaan keluarganya ini semakin besar. Tapi sekarang, Ilyas malah seperti tidak mau ini terjadi lebih cepat. Ia sedang menikmati hidupnya dan menikmati perasaan yang sedang tumbuh dalam hatinya.

***

Ilyas baru saja pulang dari rumah Rosa. Wajahnya murung, tak seperti biasanya. Ia menyeret langkahnya masuk ke dalam apartemen. Mungkin Malaika mendengar suara pintu terbuka, jadi kini wanita itu sudah berdiri di hadapan Ilyas dan bertanya, "Ada apa, Mas?"

Namun bukan jawaban yang Malaika dapat, melainkan pelukan tanpa kata. Terdengar helaan napas panjang dari balik punggung Malaika. Ia membalas pelukan Ilyas dan bertanya kembali, "Mas baik-baik saja?"

"Hhmm. Hanya ingin memelukmu, Malaika," lirihnya.

Malaika tenggelam dalam pelukan Ilyas yang seperti ingin pergi jauh darinya. Ilyas mendekapnya begitu erat, seakan tak ada hari esok untuk memeluknya lagi seperti ini.

"Dulu aku sangat gila kerja, sampai lupa untuk pulang. Tapi saat aku ingin selalu ada di rumah, pekerjaan malah memanggil."

Malaika mendengarkan gerutuan Ilyas dari balik punggungnya.

"Mas akan lama di London?"

"Aku tidak tahu. Tapi Ayah akan pensiun. Jadi beberapa bulan ke depan aku akan sangat sibuk karen ayah punya beberapa target kerja yang harus diselesaikan sebelum dia pensiun."

Malaika ikut menghela napas kecewa.

"Semuanya terpaksa harus diundur. Resepsi pernikahan kita dan bulan madu kita."

"Tidak papa, Mas."

Ilyas menghembuskan napas panjang, lalu merenggangkan pelukannya untuk mengamati paras cantik Malaika.

"Aku akan berangkat nanti malam."

Malaika tetap berusaha untuk tersenyum, agar tidak membuat Ilyas merasa semakin terbebani karena meninggalkannya di sini. "Kalau begitu, Mas mau melakukan apa seharian ini? Akan aku temani."

Ilyas tidak menyangka itu yang akan Malaika ucapkan. Wanitanya memang berbeda, tidak manja dan sangat pengertian.

"Kamu sendiri ingin melakukan apa?" Ilyas bertanya balik, sambil merangkul pinggang ramping Malaika dan menuntunnya berjalan menuju sofa.

"Terserah Mas Ilyas."

Ilyas mendudukkan dirinya di sofa bersama Malaika yang dipeluknya erat di sampingnya. Lalu menyalakan televisi. "Kalau begitu temani aku bermalas-malasan hari ini." Hanya itu yang Ilyas inginkan. Pasalnya, ia hampir tidak memiliki waktu untuk bermalas-malasan. Karena meskipun libur kerja, dirinya tetap tidak bisa berjauhan dengan tab dan ponselnya yang berisi file pekerjaan.

Malaika tersenyum. Ia merapatkan dirinya dengan Ilyas, bersandar di bawah pundaknya. Ilyas begitu harum, membuat Malaika merasa nyaman dan aman saat berada di dekatnya.

"Malaika."

"Iyah, Mas?"

"Aku ingin bertanya sesuatu."

Malaika dibuat berdebar dengan awalan topik pembicaraan Ilyas. Seperti benar-benar ada hal penting yang ingin Ilyas katakan. Malaika mendongak, hidungnya hampir menyentuh rahang tegas Ilyas yang sudah tidak ditumbuhi bulu-bulu tipis lagi. Padahal Malaika suka, jadi terlihat lebih dewasa dan gagah. Kalau Ilyas yang seperti ini jadi terlihat lebih muda dari usianya. Baiklah, kembali ke topik yang ingin Ilyas bicarakan.

"Mas ingin bertanya apa?"

Kini Ilyas mengalihkan pandangannya dari televisi dan menunduk untuk menatap paras manis sang istri. Hidung mereka hampir bersinggungan, namun Malaika tak bisa menarik dirinya karena lengan Ilyas memeluknya erat.

"Kenapa kamu tidak pernah memakai uang yang aku berikan?"

Pupil mata Malaika membesar karena terkejut. Ternyata Ilyas mengetahuinya.

"Kamu tidak pernah melakukan penarikan atau transaksi apapun. Dari mana kamu membeli makanan kita sehari-hari? Dengan uangmu?"

Malaika menggigit bibir bawahnya, ia menunduk, takut salah jawab dan membuat Ilyas tersinggung. Namun sepertinya Ilyas tidak marah. Ia mengusap lembut lengan Malaika.

"Tidak papa, itu hak mu. Aku hanya merasa malu karena pernah menuduhmu akan menghabisi seluruh uang itu untuk foya-foya. Nyatanya kamu tidak menyentuhnya sama sekali. Kamu berhasil menang tanpa melawanku."

"Aku tidak pernah berniat melawan Mas Ilyas."

"Aku tahu. Kamu istri terbaik. Kadang aku merasa tidak pantas untukmu."

Malaika segera mendongak kembali. Menatap Ilyas tak suka. "Mas jangan bicara seperti itu!"

Ilyas tersenyum padanya, mengecup bibirnya singkat dan memberi sedikit jarak untuk berbisik pada Malaika. "Tapi itu kenyataanya."

Malaika menggeleng pelan. Ia mengusap rahang Ilyas sambil membalas ucapannya, "Mas juga suami yang baik."

Ilyas tersenyum mendengar kalimat itu. "Karena kamu baik. Jadi kamu selalu menilai setiap hal dengan penilaian baik."

"Tidak seperti itu, Mas. Mas Ilyas memang baik."

Kali ini Ilyas mencium keningnya, lama, menyalurkan segala perasaannya selama ini. Begitu banyak rasa bersalah dalam dirinya, namun cukuplah Ilyas yang tahu. Karena kalau pun memberi tahu Malaika, wanita itu pasti akan ikut bersedih bersamanya. Dan Ilyas tak menginginkan itu. Ia ingin Malaika selalu bahagia saat di sisinya.


❤❤❤

Alhamdulillah bisa update :"

Makasih untuk yang setia menunggu dengan sabar. Maaf kalau part ini sedikit dan banyak typo. Aku lagi gak sehat, jadi gak bisa periksa berkali-kali kaya biasanya :"

Semoga aku cepet diberi kesehatan yah, biar bisa update lebih awal lagi 💕

Aamiin

The Perfect Wife For IlyasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang