36. Allah Can Do Everything And Anything
"Mas baru sampai?"
"Hm, masih jetlag."
"Oh yasudah, kalau begitu Mas istirahat saja."
"Tidak papa. Kamu bilang ingin mengatakan sesuatu."
"Iyah, aku punya kabar baik." Malaika mengucapkannya dengan nada kelewat bahagia. Hingga kini senyuman Malaika tertular pada bibir Ilyas yang sudah membaringkan tubuhnya di atas ranjang tanpa melepas sepatu kulitnya yang berwarna hitam.
"Apa? Kamu hamil?"
Kemudian tak ada lagi suara Malaika yang terdengar. Ilyas kira sambungan telfon terputus. Nyatanya masih tersambung. Apakah Ilyas salah menebak?
"Bukan itu, Maaass."
Ilyas dapat membayangkan paras sang istri yang bersemu malu. Ia tersenyum geli mendengar nada gemas yang Malaika ucapkan ketika memanggilnya.
"Lalu apa?"
"Umi siuman."
Ilyas terkejut mendengarnya. Namun ia juga ikut bahagia. "Alhamdulillah. Bagaimana kondisinya sekarang?"
"Alhamdulillah, baik, Mas."
"Kamu sudah memberitahu tentang kita?"
"Aku sudah menceritakan semuanya."
Pastinya. Ilyas lupa kalau istrinya ini banyak bicara jika dengan orang terdekatnya.
"Saat aku pulang, aku akan segera menemuinya. Aku titip salam untuk Umi."
"Iyah, Mas. Jam berapa di sana sekarang, Mas?"
Ilyas melihat ke arah jam dinding. "Jam sepuluh malam," jawabnya. Ia sudah menempuh belasan jam perjalanan untuk sampai ke tempatnya sekarang.
"Hm, di sini jam empat pagi. Sebaiknya sekarang Mas Ilyas tidur."
"Kenapa kamu sudah bangun?"
"Aku bangun jam tiga tadi, Mas. Tahajud."
Ilyas mengulum bibirnya dan tersenyum.
"Kamu tidur di rumah sakit?"
"Iyah, Mas. Sama adik-adik."
Seingat Ilyas, di sana hanya ada satu tempat tidur pasien dan dua sofa panjang.
"Kamu tidur di mana, Malaika?"
"Di rumah sakit, Mas."
"Maksud saya tidur di mana?"
"Satu tempat tidur sama umi. Kenapa, Mas?"
Ilyas menghela napasnya. Waktu itu ia sempat melarang Malaika untuk menginap di rumah sakit karena khawatir Malaika akan tidur di sofa atau di lantai, bukan karena ia tidak ingin Malaika menemani ibunya. Tapi kali ini Ilyas lalai. Pasti Malaika sulit bergerak di atas ranjang yang sempit itu.
"Besok Umi pindahkan ke ruang inap VVIP."
"Kenapa, Mas? Di sini sudah kelas satu. Sudah bagus."
"Ikuti saja nanti apa kata dokter."
"Dokter Faisal?"
"Bukan. Aku tidak akan meminta bantuan Faisal."
"Mas tidak boleh seperti itu."
"Dia menyuakaimu. Jadi aku tidak menyukainya." Ilyas berkata jujur.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Wife For Ilyas
Romance[SEGERA TERBIT] Romance Ilyas Raka Aryatama adalah pria dengan segudang sifat buruk. Di usianya yang ketiga puluh dua tahun dia belum juga memutuskan untuk menikah. Namun suatu hari, sang ibu menjodohkannya dengan seorang wanita shaleha bernama Mal...