32. Rindu yang menyiksa
Di tengah meeting yang sedang dilakukan, Ilyas berusaha untuk fokus. Dulu, Ilyas sangat antusias jika sudah membahas bisnis dan pekerjaanya. Tapi sekarang, ia ingin cepat-cepat pergi dan membahas hal-hal yang sebenarnya kurang penting dengan Malaika. Entah hanya sekedar bertanya kabar dan apa yang sedang dilakukan, sudah makan dan makan dengan apa.
Ilyas benar-benar tidak menyangka kalau ia bisa berubah hanya karena sebuah rasa yang bernama cinta. Ia seperti dibutakan dari hal lainnya. Yang ada di hati dan pikirannya adalah Malaika, paras Malaika, senyum Malaika, tawa Malaika, bahagia Malaika, keamanan Malaika, dan semua hal yang berhubungan dengan Malaika. Ilyas benar-benar telah jatuh cinta pada wanita bernama Malaika yang ditemukan ibunya di toko bunga pinggir jalan pusat kota.
Siapa sangka wanita yang dulu sangat Ilyas tidak inginkan kehadirannya kini malah menjadi wanita yang selalu Ilyas inginkan hadirnya di sisi. Meski terkadang Malaika sangat berisik, sejujurnya Ilyas tidak terlalu merasa terganggu, malah menjadi penghibur untuk dirinya. Bahkan sekarang Ilyas sangat merindukan suara lembut Malaika. Wanita itu selalu berbicara dengan nada lembut. Seperti tidak ingin menyakiti siapapun dengan suaranya. Berbeda dengan Ilyas yang seringkali menyakiti seseorang hanya dengan ucapannya saja. Ya, beruntungnya Ilyas kini sudah sadar diri.
***
Malaika menggumamkan nada lagu yang terdengar merdu. Bibir ranumnya tak berhenti mengukirkan senyuman manis. Ia sedang memotong beberapa helai daun yang sudah tidak lagi berwarna hijau. Lalu suara pintu tokonya yang terbuka membuat Malaika membalik tubuhnya untuk mengucapkan selamat datang pada seseorang yang baru saja masuk.
"Selamat datang, Dokter Faisal," sapa Malaika, pada seorang pria yang sebelumnya sudah memberitahu kalau ia akan datang ke tempatnya.
"Assalamu'alaikum, Malaika."
"Wa'alaikumussalam. Dokter mencari sesuatu?"
"Aku mencarimu."
Malaika menatap penuh tanya. "Ada perlu apa?"
"Tidak ada, hanya ingin menyapa."
"Kalau begitu, silakan duduk. Akan aku buatkan minuman."
Faisal pun mendudukkan dirinya di sofa, sementara Malaika menyeduhkan teh untuknya.
"Maaf, hanya ada teh di sini," kata Malaika, sambil meletakkan dua gelas teh di atas meja.
"Tidak papa. Ini sudah lebih dari cukup, terima kasih."
Malaika tersenyum sebagai ucapan sama-sama. Jangan salah paham, Malaika bukan sedang memberikan harapan pada Faisal. Ia hanya berusaha untuk memperlakukan tamunya dengan baik. Malaika pun tidak bicara jika bukan Faisal yang memulai. Lain lagi kalau dirinya sedang berhadapan dengan Ilyas, maka Malaika tak akan segan untuk berbicara agar tidak kehabisan topik dengan Ilyas.
"Jadi kamu sudah menikah?"
"Sudah. Maaf, saya tidak memberitahu, saya pikir itu tidak perlu. Tapi sepertinya Dokter jadi salah paham."
Faisal tersenyum tipis. "Tidak perlu meminta maaf. Saya juga salah karena tidak bertanya."
Baru selesai mengatakan itu, suara ponsel yang bergetar tertangkap oleh indra pendengaran mereka. Malaika melihat ponselnya yang ada di atas meja menyala, pertanda ada yang menelfonnya. Ia mengambilnya, lalu permisi pada Faisal untuk mengangkat panggilan dari Ilyas.
"Assalamu'alaikum, Mas."
"Wa'alaikumussalam. Sedang apa Faisal di sana?" Ilyas tak berbasa-basi. Malaika pun tidak terkejut. Ia pikir mungkin pria di dalam mobil di sana yang melaporkannya pada Ilyas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Wife For Ilyas
Romance[SEGERA TERBIT] Romance Ilyas Raka Aryatama adalah pria dengan segudang sifat buruk. Di usianya yang ketiga puluh dua tahun dia belum juga memutuskan untuk menikah. Namun suatu hari, sang ibu menjodohkannya dengan seorang wanita shaleha bernama Mal...