24. Dulu Dan Sekarang

26.9K 2.2K 139
                                    

24. Dulu Dan Sekarang

Hari yang cerah kembali menyambut. Malaika keluar dari dalam mobil Ilyas setelah berpamitan dengan pria itu. Dan seperti biasa, Ilyas akan pergi dari depan tokonya setelah Malaika masuk ke dalam.

Malaika sangat bahagia. Hubungannya dengan Ilyas sudah sangat baik-baik saja. Ternyata kalau tidak menyebalkan, Ilyas bisa menjadi pria yang begitu dewasa menyikapinya. Ilyas juga sudah tidak pernah tertinggal shalat subuh meski kadang agak terlambat karena ia lebih memilih untuk menambah jam tidurnya setelah sudah Malaika bangunkan tepat waktu, lalu shalat sekitar jam enam pagi. Malaika tetap bersyukur karena setidaknya Ilyas sudah mau shalat. Ia akan berusaha untuk membantu Ilyas memperbaiki shalatnya.

Tapi untuk shalat dzuhur dan ashar, Malaika tidak bisa menjamin kalau Ilyas mengerjakannya. Itu adalah jam-jamnya Ilyas larut pada dunia. Jadi tantangan Malaika untuk menambah kebiasaan Ilyas cukup sulit. Tapi dia akan tetap mencoba.

Dan ada satu hal lagi yang belum bisa mereka ubah. Mereka masih tidur di kamar terpisah. Rasanya masih terlalu canggung untuk keduanya. Lagipula Ilyas tidak meminta, dan Malaika pun tidak berani untuk berkata, bahkan membahasnya saja Malaika belum berani.

Malaika sudah duduk pada kursi di belakang meja kasir. Ia teringat akan ucapan Rosa yang menyuruhnya untuk memperhatikan mobil hitam di sebrang jalan. Dan betapa terkejutnya Malaika ketika ia melihat mobil tersebut baru saja berhenti di tempat biasanya ia terparkir.

Kenapa mobil itu selalu ada di sana? Apakah pemiliknya bekerja pada salah satu toko di sebrang jalan itu? Tapi kenapa rasanya Malaika seperti diawasi?

Berusaha untuk tidak memusingkan semua pertanyaan itu. Malaika berkali-kali meminta perlindungan dari Allah. Kalau memang siapapun pemilik mobil itu berniat jahat padanya, pasti sudah dilakukannya sejak lama. Tapi syukurlah sampai sekarang Malaika masih baik-baik saja.

Sementara di tempat lain. Pria yang duduk pada kursi kerjanya itu tidak pernah bosan melihat sebuah video yang direkam langsung oleh orang suruhannya. Dulu, Ilyas menyuruh orang untuk memata-matai wanita itu dan mengikutinya kemanapun ia pergi karena ingin memergoki wanita tersebut sedang berfoya-foya di tempat perbelanjaan. Sayangnya Ilyas tidak pernah sekalipun memergoki.

Dan sekarang, Ilyas memerintahkan orang untuk mengawasi dan mengikuti wanita itu karena ia khawatir terjadi sesuatu padanya, sekaligus agar ia bisa selalu melihatnya. Konyol memang. Tapi itulah yang Ilyas lakukan. Katakanlah ini merupakan kali pertama Ilyas merasakan jatuh cinta dan dia terlalu pengecut untuk mengakuinya. Kalau dipikir-pikir, Ilyas merasa lucu pada dirinya. Usianya sudah menginjak kepala tiga, namun ia baru merasakan jatuh cinta pada wanita bernama Malaika yang merupakan istrinya. Tidak terbayang sesibuk apa selama ini dia dengan pekerjaannya.

"Pak, sepuluh menit lagi akan ada meeting."

Ilyas mengangguk pertanda mengerti.

Rafli menarik napasnya. Ia sedang mengumpulkan nyali untuk bertanya masalah yang sedikit pribadi. Namun ia harus menanyakannya karena merasa kalau Ilyas benar-benar berubah.

"Pak, boleh saya bertanya sesuatu?"

Ilyas menatapnya dengan dua alis terangkat seakan bertanya ada apa.

"Akhir-akhir ini Bapak selalu pulang sore dan sering terlambat datang ke kantor. Apa Bapak baik-baik saja?" Seingat Rafli, Ilyas pernah berkata kalau pekerjaanya adalah yang nomor satu. Tapi sekarang, Rafli tak merasa kalau kalimat itu masih berlaku. Jadi ia pikir telah terjadi sesuatu pada atasannya. Dan memang telah terjadi sesuatu, namanya adalah jatuh cinta.

"Tidak papa. Saya sudah memiliki istri. Jadi harus membagi waktu antara pekerjaan dan kehidupan."

Rafli seperti sedang berbicara dengan orang lain. Sejak kapan Ilyas perduli dengan kehidupan lainnya selain pekerjaan? Namun Rafli tak cukup berani untuk mengatakan apa-apa lagi.

The Perfect Wife For IlyasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang