38. Malaika Harus Bahagia

22.2K 1.8K 66
                                    

38. Malaika Harus Bahagia

Sudah tiga minggu tepatnya sejak kepergian Ilyas. Satu minggu terakhir ini, Ilyas tidak menghubunginya sama sekali. Pesan Malaika pun tidak dibalas. Terakhir kali saat menelfonnya, Ilyas bilang ia akan sangat sibuk. Namun Malaika tidak menyangka kalau sibuknya Ilyas sampai tidak mempunyai sedikitpun waktu untuk memberinya kabar. Malaika tentu khawatir, ia juga resah, dan yang paling parah adalah rindu.

Setidaknya, harusnya Ilyas menyempatkan diri untuk mengatakan kalau dirinya masih baik-baik saja. Jangan langsung menghilang seperti sekarang.

"Ilyas masih belum menghubungimu?"

Malaika menjawab dengan sejujurnya pertanyaan Rosa barusan. "Belum, Bu." Sambil meletakkan segelas teh hangat untuk Rosa.

"Ada apa dengannya? Kenapa dia tidak memberi kabar kepada istrinya? Padahal kemarin baru menelfon ibu, menanyakan kabarmu."

Malaika mengernyitkan keningnya. Ia pun jadi bertanya-tanya sendiri. Mengapa Ilyas menelfon Rosa untuk menanyai kabarnya?

"Aku akan menelfonnya nanti," kata Malaika, dengan penuh rasa kesal dan penasaran yang begitu besar.

"Hm, sebaiknya kamu telfon. Mungkin Ilyas sedang dikuasai gengsi. Kamu tahu kan, gengsi dia sebesar apa?"

Malaika terkekeh. Ia tahu, bahkan sangat tahu kalau gengsi Ilyas besarnya mengalahkan rumah mewahnya itu.

***

Mas Ilyas kenapa tidak menghubungiku?

Mas?

Mas Ilyas?

Maaaaassss?

Setiap selang dua menit, Malaika mengirimkan Ilyas pesan. Namun tak ada satu pun yang mendapatkan jawaban. Telfonnya pun tidak diangkat oleh Ilyas.

Mas tidak merindukanku?

Mas Ilyas masih sibuk?

Malaika menghela napasnya. Masih saja tidak ada jawaban yang didapatkan. Apakah Ilyas kembali tidak mengacuhkannya? Apa Ilyas bosan? Apa Ilyas tidak menginginkannya? Apa Ilyas menemukan wanita lain di sana?

Malaika ber-istighfar. Ia tidak boleh berpikiran buruk pada suaminya. Malaika tahu prasangkanya ini datang dari bisikan setan yang berupaya merusak hubungan rumah tangganya yang harmonis. Ya, biarlah Malaika su'udzon saja dengan setan daripada suami tercintanya.

Malaika baru saja menyelesaikan makan siangnya. Ia hendak pergi dari dapur menuju kamar Maryam. Hari ini Malaika memang ada di rumah lamanya. Ia menemani uminya di sana selagi adik-adiknya sekolah.

Malaika masuk ke dalam dan mendapati Maryam sedang duduk bersandar di kepala ranjang. "Umi."

Wanita paruh baya itu menoleh dengan senyuman hangatnya. Lalu menepuk sisi ranjang, menyuruh Malaika duduk di sebelahnya. Wanita itu pun menurut, ia duduk di samping sang ibu.

"Rasanya Umi gak akan bisa ketemu suami kamu."

Malaika tertegun, entah kenapa tiba-tiba Maryam bicara seperti ini.

"Maksud Umi apa? Mas Ilyas sebentar lagi pulang. Umi pasti bisa ketemu Mas Ilyas."

Wanita itu hanya tersenyum dan menatap sendu wajah sang putri. Harusnya, dirinya masih dirawat di rumah sakit sampai minggu depan. Namun Maryam sudah tidak mau lagi berada di sana. Ia ingin menghabiskan sisa waktunya di rumah bersama anak-anaknya. Karena sudah cukup lama dirinya terbaring di ranjang rumah sakit.

The Perfect Wife For IlyasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang