3. Poin-Poin Pernikahan

32.7K 2.5K 42
                                    

3. Poin-Poin Pernikahan

Tidak pernah Malaika sangka sebelumnya, kalau di usianya yang ke dua puluh satu tahun, dia akan menikah dengan seorang pria yang tak pernah sekalipun dia temui.

Pernikahan yang dia impikan bersama dengan pria yang dicintainya pun sirna. Kini, Malaika hanya bisa berpasrah. Semua ini ia lakukan demi keluarganya agar mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Karena sejak ayahnya meninggal dalam kecelakaan dan Ibunya koma selama dua tahun lamanya hingga sekarang, kehidupan Malaika bersama dengan kedua adiknya jauh dari kata baik-baik saja.

Pernikahan yang digelar hari ini, tepat di hari ulang tahunnya hanyalah akad biasa. Tidak ada resepsi. Malaika yang menyarankan hal ini. Meski awalnya Rosa menolak, namun akhirnya wanita itu luluh juga setelah mendengar alasan Malaika yang belum siap jika pernikahan ini diumbar ke publik. Yang terpenting bagi Malaika adalah pernikahannya sah menurut agama dan negara.

Malaika pernah melihat wajah Ilyas di majalah. Namun hanya sekelebat saja, ia tidak membuang-buang waktunya untuk memuja paras tampan milik sang pengusaha muda yang sukses itu.

Tapi sekarang, Malaika takjub dengan ciptaan Tuhan berupa manusia seperti Ilyas. Meski ada bulu-bulu tipis di sekitar rahang dan janggutnya, ketampanannya tak hilang sedikitpun. Malaika memuja dalam hati di pandangan pertama. Ia tak menyangka kalau dirinya menikah dengan pria yang secara fisik dan materi bisa dikatakan tak memiliki kecacatan. Namun, ini baru yang Malaika lihat dengan mata, entah nanti kalau dia sudah mengenal lama.

Selesai akad, adik-adik Malaika diantar pulang oleh sopir pribadi keluarga Aryatama. Mereka sempat mengucapkan salam perpisahan sebelumnya. Malaika sempat khawatir dengan kedua adiknya yang ditinggalkan dirinya. Namun Rosa sudah mengurus segalanya.

Kedua adiknya akan tinggal di rumah mereka yang lama dengan seorang asisten rumah tangga dan sopir yang akan mengantar mereka ke sekolah. Malaika pun tenang mengetahui fakta itu. Ia bersyukur mengenal wanita sebaik Rosa semasa hidupnya.

Selesai akad, Malaika bersilaturahim dengan keluarga Aryatama. Ia disambut dengan hangat. Hans yang merupakan ayah dari suaminya juga sama ramahnya seperti Rosa. Wanita bernama Hana yang merupakan adik dari suaminya pun sangat baik kepadanya. Malaika suka dengan keluarga ini. Mereka kaya namun begitu hangat. Tidak seperti gambaran orang-orang kaya di luar sana.

Ketika sore menjelang, Malaika berpisah dengan keluarga Aryatama dari rumah besarnya yang bak istana. Tentu saja dia dibawa pergi oleh sang suami ke tempat tinggal mereka. Sebelumnya Malaika dengar ada perdebatan antara Rosa dan Ilyas. Rosa menyuruh Ilyas untuk tinggal di rumah. Namun Ilyas bersikekeh untuk pergi ke apartemen. Akhirnya Hans yang menengahi dan membiarkan Ilyas membawa Malaika ke apartemennya.

Ilyas belum berkata apa-apa pada dirinya. Meski tadi setelah akad, Malaika mencium punggung tangannya dan Ilyas menyentuh kepalanya. Malaika tahu saat itu Ilyas tak mengecup keningnya, hanya mengecup tangannya sendiri. Malaika tak mempermasalahkan itu. Lagipula, mereka tidak pernah mengenal sebelumnya. Pasti Ilyas masih risih kepadanya.

Mereka sampai di depan gedung pencakar langit. Ilyas lebih dulu keluar dari dalam mobil. Lalu disusul oleh sang sopir yang membukakan pintu untuk Malaika.

"Besar sekali yah, Pak, gedungnya."

Sang sopir tersenyum mendengar kekaguman wanita yang sudah menjadi bagian dari keluarga Aryatama ini. "Iya, Non. Gedung ini punya Pak Ilyas sendiri."

Sekali lagi Malaika terkagum. Ia tidak bisa membayangkan sekaya apa keluarga Aryatama.

Mereka memasuki lift. Malaika tidak membawa apa-apa karena Rosa meminta agar Malaika tidak perlu khawatir. Semua keperluannya akan disiapkan oleh Rosa.

Malaika memandang punggung pria bertubuh tegap nan tinggi yang berdiri di depannya. Kesimpulan yang ia ambil sejauh ini, suaminya adalah sosok yang pendiam. Karena belum sepatah kata pun terucap untuknya. Apa Malaika yang harus memulai?

Ting

Mereka sampai di lantai teratas gedung pencakar langit tersebut. Malaika terus mengikuti Ilyas dari belakang. Ternyata, di lantai ini hanya ada satu pintu saja. Malaika tebak ini lah yang akan menjadi tempat tinggalnya.

Malaika menunggu Ilyas membuka pintu dengan sebuah kartu dan kata sandi. Lalu pintu terbuka. Pemandangan di dalam sana lagi-lagi membuat Malaika takjub sampai membelalakan mata. Desain interior yang klasik, mewah dan menakjubkan.

Tanpa sadar Malaika terlalu fokus mengagumi setiap dekorasi dari apartemen mewah ini. Sampai akhirnya sebuah tangan yang melambai di depan wajahnya menyadarkannya.

Malaika tahu kalau Ilyas menyuruhnya untuk mengikuti. Akhirnya mereka pun sampai di meja makan yang berisikan tujuh kursi dan meja panjang. Ilyas sudah duduk di salah satu kursi dengan sebuah kertas yang ia letakkan di hadapannya.

"Duduk!" titah pria itu sambil menatap bangku di depannya. Malaika pun secara reflek langsung terduduk di sana.

Lalu Ilyas menyodorkan sebuah kertas berisi tulisan yang di print dengan rapih.

"Apa ini?" Malaika bertanya tak mengerti.

"Bisa baca, 'kan?"

Perasaan Malaika mulai tidak enak. Ia tidak terlalu suka dengan nada bicara Ilyas yang terdengar merendahkan.

"Poin-poin penting pernikahan yang dilakukan karena perjodohan."

"Dalam hati saja!"

Malaika menatap Ilyas, lalu kembali menunduk untuk membaca.

Poin-poin penting pernikahan yang dilakukan karena perjodohan

1. Pernikahan yang dilakukan hanyalah status semata

2. Jangan harapkan hubungan suami istri yang harmonis

3. Tidur di kamar terpisah

4. Jangan ikut campur urusan satu sama lain

5. Tidak perlu berbicara jika tidak penting

6. Tidak boleh membawa orang lain ke apartemen selain keluarga Aryatama

7. Harus terlihat mesra di depan keluarga Aryatama

8. Bebas pergi keluar tanpa meminta izin

9. Nafkah akan diberikan setiap bulan

10. Jika sang wanita sudah tidak tahan menjalankan status ini, sangat dibolehkan untuk mengajukan gugatan cerai

Poin-poin yang lain bisa ditambahkan sewaktu-waktu oleh Ilyas seorang.

Malaika berharap kalau sekarang ia sedang bermimpi.

Namun nyatanya tidak. Kedua bola matanya memanas, tubuhnya begitu lemas. Pernikahan ini hanya dijadikan status semata oleh Ilyas. Semua harapan yang dibangun oleh Malaika pun kandas.

Ia ingat, beberapa hari yang lalu Rosa berkata padanya. "Tolong yang sabar menghadapi Ilyas, yah. Dia suka seenaknya, kekanakan, sering menilai buruk sesuatu yang bahkan tidak dia tahu. Terlalu banyak sifat buruk yang akan kamu tahu setelah menikah dengan Ilyas. Tapi Ibu percaya kalau kamu bisa mengubah Ilyas."









❤❤❤

REVISI & REPUBLISH
Minggu, 6 Juni 2021

The Perfect Wife For IlyasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang