9. Hanya Drama

26K 2.1K 46
                                    

9. Hanya Drama

Malaika menyambut pria yang baru saja datang dengan senyuman manisnya. Dan untuk pertama kalinya, Ilyas membalas senyuman itu sama manisnya. Malaika sampai hampir lupa kalau semua yang dilakukan Ilyas sekarang hanyalah drama, lantaran di sini ada keluarga Aryatama.

"Paman sudah pulang," Hana memberi tahu kedua anaknya yang sedari tadi sibuk menonton televisi.

Dua anak berusia lima tahun menyapa ceria Ilyas yang baru saja memberikan jasnya kepada Malaika. Ilyas membungkuk dan menerima pelukan keduanya. "Little troublemaker." Ilyas menyerang keduanya dengan gelitikan dan mereka tertawa bersama.

Malaika hampir tidak percaya dengan yang ia lihat. Ternyata Ilyas memiliki sisi lain saat sedang bersama anak-anak. Dia mendadak menjadi pria yang ceria.

"Aku kira ada acara khusus." Kali ini Ilyas bicara pada Hans.

"Tidak ada. Ibumu hanya ingin berkumpul saja."

"Kalau begitu kenapa Billy tidak ikut?" Ilyas menanyakan suami Hana, yang mana adalah adik iparnya.

"Tidak bisa. Rumah sakit membutuhkannya malam ini." Billy adalah seorang dokter.

"Kalau begitu aku membersihkan diri dulu," ujarnya, lalu berjalan mendekati Malaika yang sedang berbicara dengan Rosa.

"Ibu kira kamu tidak akan pulang."

"Aku takut dicoret dari daftar ahli waris."

Rosa mendengus mendengar jawaban Ilyas, sedangkan Malaika tersenyum kecil. Ia merasa lucu dengan nada bicara Ilyas yang terdengar menyindir. Lantas detik kemudian, Malaika hampir saja terlonjak. Ia terkejut, bahkan sangat terkejut karena Ilyas merangkul bahunya. "Bu, aku pinjam Malaika sebentar."

Rosa menunjukkan senyuman bahagianya. "Lama juga tidak papa, dia kan istrimu."

Ilyas hanya tersenyum, dan membawa Malaika bersamanya ke dalam kamar. Malaika hanya diam dan mengikuti Ilyas. Ia masih kesulitan menenangkan degup jantungnya. Namun segala harapan mendadak sirna ketika Ilyas berbicara.

"Jangan bicara macam-macam di meja makan!"

Malaika mengerti maksud bisikan Ilyas. Pria itu melepas rangkulannya ketika sudah menutup pintu kamar.

"Semua ini hanya drama! Kamu akan tahu kalau aku sebenarnya bisa jadi aktor yang terkenal," ocehnya, sambil melepaskan dasi dan melemparnya asal ke atas ranjang.

"Kalau kamu tidak bisa berakting, lebih baik diam."

"Jadi Mas menyeretku ke sini untuk membicarakan ini?"

"Hm. Saya hanya mengingatkan. Karena saya sudah memberi tahu poin ketujuh."

"Iyah, saya tahu."

Malaika berjalan mendekati tempat tidur di tengah ruangan itu. Ia meletakkan jas milik Ilyas di sana.

"Kalau begitu saya keluar dulu."

Tidak mendapat jawaban membuat Malaika buru-buru keluar ketika melihat Ilyas melepas kancing kemejanya. Jantungnya tidak akan kuat.

***

Di meja makan, dua anak kembar bernama Rein dan Rain meramaikan suasana. Mereka layaknya keluarga yang hangat. Malaika terbius oleh sisi lain yang dimiliki Ilyas ketika berbicara pada anak-anak. Pria itu jauh dari kata menyebalkan. Kalimat sadisnya berubah menjadi begitu manis. Wajah yang tidak pernah sekalipun Malaika lihat tersenyum di depannya, kini tak berhenti tersenyum dengan sesekali dihiasi tawa.

The Perfect Wife For IlyasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang