4. Poin ke 11
Satu hal yang mulai disukai Ilyas dari Malaika. Yakni gadis itu penurut. Ia tidak menolak poin-poin yang diajukan olehnya. Lagipula, Malaika memang tidak boleh menolaknya.
Setelah menunjukkan letak kamar wanita itu, Ilyas turut masuk ke dalam kamarnya sendiri. Ia bahkan tertidur sampai larut malam. Dan dirinya baru ingat kalau sejak pagi belum makan ketika perutnya bergemuruh ria.
Ilyas lekas bangkit dari tempat tidurnya, ia keluar dari dalam kamar untuk mencari sesuatu yang bisa ia makan di dapur.
Saat mencapai meja makan, langkahnya terhenti karena melihat mejanya tertutup tudung saji yang bahkan Ilyas sendiri sudah lupa kalau ia memilikinya. Tangannya terdorong untuk membuka tudung tersebut. Lalu ia menemukan sepiring nasi goreng yang sudah dingin. Ada secarik kertas di sebelah piringnya.
Cuma ini yang bisa dimasak untuk makan malam
Begitulah isi dari kertasnya.
Ilyas mengerutkan kening. Memangnya siapa yang menyuruh wanita itu memasak? Jangan-jangan dia mengotori dapur. Ilyas tak suka kalau tempat tinggalnya kotor karena bisa mengundang serangga menjijikan datang. Ia pun bergegas pergi ke dapur. Nyatanya, ia tak menemukan setitik kotoran pun di sana. Semuanya persis sama seperti biasanya.
Ilyas kembali ke meja makan. Ia duduk pada kursi yang menghadap nasi goreng kecap tersebut. Ilyas mengicipinya satu butir. Ya, satu butir nasi. Ia takut diracun. Siapa tahu Malaika menaruh racun di makanan ini agar ia mati dan Malaika mendapat harta kekayaanya karena status pernikahan mereka.
Tapi menunggu selama lima menit, tidak ada reaksi yang terjadi. yang ada perut Ilyas malah semakin menjerit-jerit setelah mencicipi sebutir nasi yang membuat lidahnya menagih lagi.
Baiklah, untuk kali ini saja Ilyas akan memakannya. Anggap saja ini adalah ucapan terima kasih dari Malaika karena ia biarkan tinggal di apartemennya.
Dan ternyata, setelah habis satu piring penuh, Ilyas menginginkannya lagi untuk sarapan nanti pagi.
***
Suara adzan berkumandang. Malaika yang sudah terbangun sejak pukul tiga untuk mengerjakan shalat tahajud kini mengambil wudhu kembali. Ia melaksanakan shalat subuh. Lalu mengakhirinya dengan doa panjang perihal curahan hatinya.
Malaika tetap bersyukur dengan pernikahannya ini. Meski Ilyas bersikap seperti itu, ia tetap bersyukur karena setidaknya Ilyas bukan seorang pria yang ringan tangan terhadap wanita. Malaika sadar kalau di luar sana banyak wanita kurang beruntung memiliki suami yang kasar padanya. Jadi Ilyas tidaklah begitu buruk.
Selepas shalat, entah dorongan dari mana. Namun Malaika ingin memastikan kalau suaminya sudah bangun untuk melaksanakan shalat subuh. Malaika bahkan tidak yakin kalau kemarin Ilyas shalat maghrib dan isya. Padahal, Malaika berharap ia mengerjakan shalat sunnah setelah menikah dan suaminya memegang kepalanya sambil mendoakan kebaikan untuknya. Namun itu hanyalah harapan. Faktanya, sesampainya di tempat ini, Malaika malah diberi selembar kertas berisi tulisan yang menyesakkan.
Tok tok tok
Malaika mengetuk pelan. Takut mengganggu Ilyas yang sedang shalat. Namun, sudah ia ketuk berkali-kali pun, tak ada jawaban atau tanda-tanda pintu akan dibuka. Akhirnya, Malaika memutuskan untuk memegang gagang pintu tersebut. Dan ternyata pintunya tidak dikunci.
Salahkah jika Malaika masuk ke dalam? Malaika masih ingat poin-poin penting yang tertera di atas kertas itu. Salah satunya jangan ikut campur urusan satu sama lain. Tapi mau bagaimana pun, ia adalah seorang istri yang sah menurut agama dan negara. Jadi sudah tugas Malaika menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri.
Malaika akhirnya memutuskan untuk masuk. Ia buka pintu kamar itu cukup lebar. Kamar Ilyas ternyata lebih luas dari kamarnya, dan lebih terang juga.
Malaika melihat Ilyas yang masih tertidur pulas. Pria itu tidur dengan kaus abu-abu dan celana selutut. Sedang tidur saja masih tampan. Tapi sayang dia menyebalkan.
"Mas, bangun! Shalat subuh."
Tidak ada jawaban. Bahkan Ilyas tak merespons sedikit pun. Malaika terus berusaha memanggilnya. Namun ia belum berani menyentuh Ilyas. Saat pertama kali menyalimi tangannya pun, Malaika merasa ia akan terkena serangan jantung. Namun beruntung dia masih baik-baik saja sampai sekarang.
"Mas, shalat subuh dulu."
"Hhmmm."
Bagus, setidaknya sudah ada respons dari Ilyas.
Malaika berjalan menuju sebuah ruangan yang dia tahu berisi pakaian. Karena di kamarnya juga tidak ada lemari, yang ada malah pintu ruangan berisi pakaian. Ia mencari perlengkapan shalat seperti baju koko, sarung dan peci. Namun tidak dia temukan di mana pun.
"Kamu sedang apa?"
"Astaghfirullah."
Malaika terlonjak, entah sejak kapan Ilyas berdiri di ambang pintu dengan dua tangan yang menyilang di bawah dadanya yang bidang.
"Kamu mau mencuri?"
Kali ini Malaika beristighfar kembali. Tapi bukan karena ia terkejut, melainkan tidak menyangka kalau Ilyas akan menuduhnya seperti itu. Namun sebelum berhasil menyangkal tuduhan Ilyas, pria itu lagi-lagi berbicara.
"Kamu kira saya menyimpan uang saya di dalam lemari pakaian? Memangnya saya manusia zaman apa?"
"Saya tidak mencuri. Saya cuma mencari perlengkapan shalat."
"Memangnya kamu pikir, perlengkapan shalat kamu ada di sini?!"
"Bukan punya saya, tapi punya Mas."
Kening pria itu berkerut. Ia seperti tidak suka dengan yang Malaika katakan. "Sejak kapan nama saya jadi Mas? Nama saya Ilyas! Yas! Bukan Mas!"
Malaika menghela napasnya. "Maaf."
"Keluar sana!"
"Kamu mau shalat?"
"Shalat apa? Saya mau tidur."
"Tapi shalat subuh dulu."
"Kenapa kamu jadi atur-atur saya?"
"Shalat itu kewajiban, Mas!"
"Jangan panggil saya Mas! Memang saya Mas-mu?!"
"Tapi Mas suami saya."
"Itu bukan berarti kamu berhak memanggil saya semaumu."
Baiklah, Malaika putuskan untuk tidak memanggil dengan sebutan Mas. Setidaknya untuk sekarang.
"Cepat keluar!"
"Sebaiknya kerjakan shalat subuh. Kamu sudah bangun. Cuma dua rakaat."
"Kenapa masih mendebat saya? Mau jadi istri durhaka?"
Astaghfirullah. Malaika baru tahu kalau mengingatkan suaminya untuk shalat bisa menjadikannya sebagai istri yang durhaka.
"Lagipula saya sudah pernah shalat subuh. Jadi sebaiknya kamu keluar! Dan poin ke sebelas, jangan pernah masuk kamar Ilyas!"
❤❤❤
REVISI & REPUBLISH
Minggu, 6 Juni 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Wife For Ilyas
Romance[SEGERA TERBIT] Romance Ilyas Raka Aryatama adalah pria dengan segudang sifat buruk. Di usianya yang ketiga puluh dua tahun dia belum juga memutuskan untuk menikah. Namun suatu hari, sang ibu menjodohkannya dengan seorang wanita shaleha bernama Mal...