11. Untuk Pertama Kalinya
Sudah beberapa hari sejak Ilyas mengatakan kalau Malaika bisa jatu cinta padanya. Malaika tidak mengira kalau Ilyas akan mengatakan hal itu. Dan sejak hari itu, ia malu bertemu dengan Ilyas.
Di sisi lain, pria yang duduk pada meja kerjanya itu terlihat sibuk. Namun bukan hanya sibuk bekerja. Ia juga sibuk memperhatikan layar monitor yang menunjukkan beberapa ruang di apartemennya. Ya, Ilyas menaruh beberapa cctv di apartemennya. Yakni di dapur, di ruang tengah, di perpustakaan, dan di dalam kamarnya. Alasan ia menaruh CCTV adalah karena curiga pada Malaika. Ia takut sewaktu-waktu Malaika menghancurkan apartemennya karena dendam akibat sikap buruknya pada Malaika.
Namun sejauh ini, tidak ada yang bisa Ilyas curigai. Malaika selalu melakukan pekerjaan rutinnya. Seperti memasak, bersih-bersih, menonton televisi, membaca buku dan hal wajar lainnya. Ilyas merasa Malaika seperti burung di dalam sangkar yang terbuka namun dia tidak mau keluar. padahal Ilyas tidak melarang Malaika untuk pergi, malahan kalau tidak kembali Ilyas akan merasa senang. Namun wanita itu jarang sekali keluar dari rumah. Kalau pun keluar pasti izin kepadanya, padahal Ilyas sudah berkali-kali mengatakan kalau Malaika tidak perlu meminta izin.
Dan seringnya Malaika pergi ke rumah lamanya untuk bertemu adik-adiknya, atau ke makam ayahnya, ke rumah sakit tempat ibunya di rawat, dan ke pasar untuk belanja bulanan. Hanya itu tempat yang sering Malaika kunjungi. Dari mana Ilyas tahu? Karena Ilyas menyuruh orang untuk mengikutinya. Ilyas bukan khawatir takut terjadi apa-apa pada Malaika. Ia hanya ingin memergoki Malaika ketika menghamburkan uangnya di mall. Namun nyatanya, Malaika tak pernah sekalipun pergi untuk berbelanja. Ilyas jadi curiga kalau Malaika tahu selama ini dia diikuti, jadi wanita itu tidak melakukan hal yang aneh-aneh.
Ya, terserah pemikiran Ilyas saja. Dia memang rajanya negatif thinking.
Namun yang Ilyas heran, akhir-akhir ini Malaika menjadi sedikit pendiam. Wanita itu benar-benar bicara jika hanya penting saja. Entah apa yang terjadi dengannya. Ya, Ilyas memang kurang peka.
"Pak, sudah waktunya istirahat," Rafli mengingatkan. Biasanya, Ilyas hanya akan berdehem dan tetap melanjutkan pekerjaanya lalu menyuruh Rafli untuk membawakan makan. Tapi kali ini, pria itu berdiri dan memakai jas yang tergantung di samping meja kerjanya.
"Anda mau makan di kantin?"
"Tidak. Saya mau pulang."
Rafli tentu terkejut. Tak seperti biasanya.
"Ada apa, Pak?"
"Tidak ada apa-apa, saya hanya ingin pulang. Jam setengah satu juga sudah kembali ke sini." Memang jarak perusahaan dan apartemen Ilyas hanya sekitar tujuh menit saja. Kalau berkendaranya cepat dan tidak macet, kurang dari lima menit sudah sampai.
"Baik, Pak."
***
Malaika bersyukur sekali masa haidnya sudah selesai. Dia sudah rindu bersimpuh dan bersujud di hadapan Tuhan serta menceritakan segala keluh kesah dan rasa syukurnya. Siang ini, Malaika sudah membersihkan dirinya agar bisa mengerjakan shalat dzuhur setelah adzan berkemuandang nanti. Sekarang, ia berniat untuk mengisi perutnya lebih dulu. Malaika sempat khawatir karena ia keluar dari kamar tanpa memakai kerudung. Tapi setelah dipikir-pikir, Ilyas tidak akan pulang. Pasti pria itu akan pulang larut seperti biasanya. Jadi Malaika membiarkan rambut panjangnya yang basah tergerai.
Ilyas memang sudah berstatus sebagai suaminya. Tentu tak berdosa jika pun Ilyas melihat auratnya. Hanya saja, Malaika masih kurang nyaman. Ia masih merasa malu pada Ilyas.
Hari ini, Malaika memasak sayur asam, ikan asin, tempe oreg dan sambal. Ia memasak makanan kesukaanya. Karena biasanya Ilyas tidak pernah makan siang atau makan malam di rumah. Jadi Malaika hanya masak secukupnya untuk dirinya sendiri.
Namun, ketika sedang sibuk mengunyah makanannya, Malaika mendengar pintu apartemen terbuka. Siapa yang masuk? Tidak mungkin Ilyas. Ilyas tidak pernah pulang saat siang.
Malaika lekas berdiri. Ia khawatir kalau maling yang masuk. Segera saja ia mencari sesuatu untuk mempersenjatai diri. Entah tidak terpikirkan olehnya, atau memang yang ditemukan matanya adalah spatula, jadi Malaika mengambil spatula untuk menghajar siapapun yang masuk ke dalam. Padahal, tentu di dapur ada pisau, 'kan?! Ya namanya orang panik, jadi maklumi saja!
Malaika berdiri di belakang dinding ruang tengah. Ia melihat bayangan sosok itu sedang berjalan mendekat. Tapi kemudian, bayangan itu berhenti.
Jantung Malaika berdegup cepat. Ia takut. Bagaiman kalau yang datang orang jahat? Bagaimana kalau maling yang mau mencuri perabotan rumah? Pasti Ilyas akan marah padanya. Anehnya, disaat seperti ini, Malaika malah masih memikirkan Ilyas, padahal ia sendiri bisa saja dalam bahaya.
Namun, entah dorongan dari mana, mungkin hanya meyakinkan diri dan berusaha untuk bersikap positif. Akhirnya, ia memanggil sosok yang belum diketahuinya itu.
"Mas Ilyas?" Suara Malaika pelan dan sedikit bergetar. Sudah dibilang kalau Malaika takut. Ia tidak ada pengalaman bergulat dengan orang jahat.
"Kamu sedang apa, Malaika? Saya bisa melihat kamu lewat cermin."
Ada rasa lega yang menyelimuti hati Malaika ketika yang didengarnya adalah suara Ilyas. Namun ia juga membodohi dirinya yang bersembunyi tapi terlihat. Malaika lupa kalau ada cermin pada dinding ruang tengah.
Akhirnya, Malaika keluar dari persembunyian. Ia menemukan Ilyas yang berdiri di tempatnya dan tengah menatapnya.
"Saya kira maling," ujarnya, tanpa menyadari tatapan berbeda dari Ilyas.
Ada satu hal yang Malaika lupakan.
"Saya kira kamu yang maling."
"Hm?" Malaika bertanya-tanya. Tapi kemudian, ia memegang kepalanya. Jantungnya kembali berdegup cepat, wajahnya memanas.
"Saya permisi."
Setelah mengatakan itu, Malaika berjalan cepat menuju kamarnya.
Untuk pertama kalinya, Ilyas melihatnya tidak memakai kerudung.
❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Wife For Ilyas
Romance[SEGERA TERBIT] Romance Ilyas Raka Aryatama adalah pria dengan segudang sifat buruk. Di usianya yang ketiga puluh dua tahun dia belum juga memutuskan untuk menikah. Namun suatu hari, sang ibu menjodohkannya dengan seorang wanita shaleha bernama Mal...