10. Bisa Jatuh Cinta

26.2K 2.2K 40
                                    

10. Bisa Jatuh Cinta

Mentari pagi sudah menyapa lewat sela tirai jendela. Malaika yang baru saja membuka matanya langsung terduduk dengan cepat. Ia kesiangan. Pasti karena semalam dirinya tidak bisa tidur. Kalau tidak salah, Malaika baru bisa memejamkan mata pada pukul dua. Beruntungnya ia sedang tidak shalat, namun ia jadi tidak bisa membangunkan Ilyas untuk shalat.

Ilyas sendiri masih tertidur. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan. Karena ini hari libur, mungkin Ilyas sengaja bangun siang, karena biasanya jam setengah tujuh dia sudah bersiap untuk kerja.

"Mas, bangun! Shalat subuh." Memang sedikit terlambat. Namun Nabi Muhammad shallahhau 'alaihi wa sallam pun pernah mengerjakan shalat subuh ketika matahari sudah nampak karena beliau ketiduran. Dan itu dibolehkan. Jika lupa, kerjakanlah saat ingat. Dan jika ketiduran, kerjakanlah ketika sudah bangun. Yang terpenting jangan lupa dengan sengaja dan jangan bangun siang dengan sengaja setiap hari.

Malaika pun berusaha membangunkan Ilyas. Ia menepuk lengan pria itu beberapa kali. Beruntung kali ini Ilyas segera membuka matanya.

"Mas, shalat subuh!"

"Memang kamu pikir ini jam berapa?"

"Maaf, saya kesiangan, Mas."

"Lagi-lagi kamu tidak becus."

"Maaf, Mas. Sekarang Mas bangun untuk shalat."

"Saya sudah shalat."

"Kapan?"

Ilyas kembali memejamkan matanya. Namun ia tetap menjawab. "Saat adzan subuh. Berhenti mengganggu! Saya mau tidur. Lebih baik kamu siapkan sarapan."

Malaika hampir tak mempercayai ucapan Ilyas barusan. Benarkah Ilyas bangun untuk shalat subuh? Namun, jika ia menanyakannya, Ilyas pasti akan marah karena menganggap dirinya tidak percaya dengan suami. Malaika pun hanya bisa bersyukur kalau memang yang dikatakan Ilyas benar.

***

"Hari ini anak-anak libur. Mereka ingin pergi ke taman hiburan."

"Jadi?" Ilyas bertanya maksud dari kalimat Rosa.

"Kalian berdua temani mereka. Hana tidak bisa, hari ini ada peragaan busana di butiknya."

Taman hiburan, yah? Malaika ingin sekali pergi ke sana. Dulu saat kecil, ia selalu pergi ke taman hiburan bersama sang ayah. Dan sudah lama dia tidak mendatangi tempat itu. Namun, ucapan Ilyas membuat Malaika membatalkan senyuman cerianya.

"Mereka biar pergi bersamaku. Malaika tidak perlu ikut."

Malaika tidak berani untuk membuka suara. Ia hanya menunduk dan merapihkan piring-piring bekas sarapan dari atas meja.

"Kamu tidak akan bisa menjaga mereka berdua sendirian. Lebih baik ajak Malaika juga. Lagipula selama ini dia tidak pernah keluar dari apartemen."

"Aku bisa menjaga mereka berdua."

"Ibu percaya. Ibu hanya ingin Malaika ikut pergi bersama kalian."

Ilyas sudah tidak bisa membantah kalau ibunya bicara to the point. Ia lebih suka kalau Rosa memberi kode saja.

Kedua anak itu bersurak bahagia ketika tahu mereka akan pergi ke taman hiburan. Malaika juga bahagia, hanya saja ia bersurak di dalam hati.

***

Rasanya Ilyas bukan sedang menjaga dua anak kecil. Tapi tiga anak kecil yang begitu aktif. Tidak disangka, ternyata Malaika memiliki sisi lain yang tak Ilyas lihat di rumah. Wanita itu begitu ceria dan aktif saat bermain bersama dengan dua keponakannya. Padahal di rumah, Malaika wanita yang anggun, hanya saja memang sedikit cerewet.

'Ketiga anak' itu, kini sedang menaiki komedi putar. Entah sadar atau tidak, Ilyas tersenyum geli memperhatikan ketiganya. Pasalnya, sudah tiga kali mereka naik turun wahana itu. Dan tidak terlihat bosan sama sekali. Malaika sungguh sangat kekanakan.

Akhirnya, setelah wahana berhenti, Ilyas memanggil ketiganya. Kalau tidak, mungkin mereka akan antri untuk naik lagi.

"Kita makan dulu."

"Tapi Rain masih mau main." Gadis kecil itu merengek.

Malaika segera berjongkok di depannya. "Nanti habis makan kita main lagi."

Sontak saja Rain menerbitkan senyumnya. "Kita main wahana air, yah?"

Malaika mengangguk dengan senyuman cantiknya

Mereka berjalan dengan saling bergandengan. Malaika menggandeng Raina, Raina menggandeng tangan Reino, dan Reino menggandeng tangan Ilyas. Kedua anak itu ada di tengah antara Ilyas dan Malaika. Dari kejauahan, mereka terlilhat seperti keluarga kecil yang bahagia. Prianya tampan, wanitanya cantik, dan kedua anak kembarnya terlihat menggemaskan. Sayangnya, itu hanya bisa dilihat dari kejauhan saja.

"Kamu tahu, saya seperti menjaga tiga anak kecil!"

Awalnya Malaika tak mengerti dengan ucapan Ilyas. Tapi setelah paham, dia terkekeh. "Mas kan memang harus menjaga saya. Kalau terjadi apa-apa dengan saya, Mas tetap akan dimarahi Ibu."

Ilyas mendengus. Memang benar yang dikatakan Malaika. Jadi mau tidak mau, ia harus menjaga Malaika.

Mereka sudah duduk pada satu meja dengan makanan yang tersaji di depannya. Malaika duduk bersebelahan dengan Rain dan berhadapan dengan Ilyas. Sedangkan Ilyas duduk bersebelahan dengan Rein.

"Mas, Kak Hana suka hujan?"

"Mana saya tahu."

"Nama anak-anaknya seperti hujan semua. Rein dan Rain."

Ilyas tak mengatakan apa-apa lagi. Malaika kembali bertanya. "Mas suka anak-anak?"

"Hm."

"Hm apa?"

"Kamu cerewet."

Malaika terkekeh lagi. Padahal jelas-jelas Ilyas mengatainya cerewet dengan tampang kesal. Namun bagi Malaika, itu malah terlihat lucu.

"Tante Malaika cantik, kaya Mamah." Rein yang baru saja berceletuk.

"Makasih," kata Malaika, dengan senyuman manisnya.

"Tapi Mamah gak pake kerudung," Rain menyambut.

"Kalau gitu nanti Raina pake kerudung, biar Mamah ikutan pake kerudung kaya Raina."

"Tapi Raina gak punya kerudung."

"Nanti kita beli." Ilyas yang baru saja berbicara. Malaika sontak menoleh menatapnya.

"Buat Mamah juga?" tanya Raina pada Ilyas. Pria itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Malihat Ilyas mengiyakan, membuat Raina bersurak bahagia. Sedangkan Malaika memperhatikan Ilyas. Pria di hadapannya itu sungguh sangat sulit ditebak oleh Malaika. Sebenarnya apa yang Ilyas pikirkan? Apakah Ilyas benar-benar membencinya atau sedang berusaha membencinya? Atau sudah menyukainya? Atau jangan-jangan sedang berusaha menyukainya? Malaika tidak berani menebak. Yang pasti, dia masih memandangi Ilyas dengan lekat.

Sampai akhirnya Ilyas jengah dan bertanya, "Ada apa?" Ia takut ada sesuatu di wajahnya.

Malaika menggeleng dan tersenyum.

"Jangan lihat saya seperti itu!"

"Kenapa? Mas malu?"

Ilyas diam. Tapi kemudian, dia balas menatap Malaika dengan manik hitamnya yang mempesona. Malaika tidak yakin dengan yang terjadi pada dirinya. Yang pasti ia salah tingkah, dan kesulitan untuk membalas tatapan dalam dari Ilyas.

"Kamu bisa jatuh cinta."



❤❤❤

Republish
Minggu, 13 Juni 2021

The Perfect Wife For IlyasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang