27. Yang Paling Keren

24.2K 2K 107
                                    

27. Yang Paling Keren

"Kalian benar-benar tidak bisa menginap di sini saja?"

Malaika tersenyum tidak enak. Sebenarnya ia tidak keberatan jika harus menginap di rumah mertuanya. Namun Ilyas bersikeras ingin pulang. "Maaf, Bu. Kami harus pulang."

Rosa menghela napas panjang yang terdengar kecewa.

"Mungkin lain kali kita bisa menginap di sini." Malaika berusaha menenangkan. Lantas Rosa pun kembali tersenyum. "Oke, akan Ibu tagih nanti."

Malaika mengangguk. Lalu ia berpamitan dengan Rosa dan Hans. Setelah itu ia keluar dengan Ilyas yang merangkul pundaknya.

"Kamu baik-baik saja?"

Malaika tidak mengerti. "Memangnya kenapa?"

"Soal Hana."

"Oh, tidak papa. Namanya salah paham, mungkin suatu hari Hana akan mengerti."

Ilyas menatap dalam paras cantik milik wanita yang berjalan di sisinya. Lantas ia tersenyum takjub dengan pengertian Malaika.

Mereka masuk ke dalam mobil. Ilyas menyalakan mesin mobilnya dan mereka pun keluar dari gerbang besar yang menjulang tinggi dan melaju di jalanan.

"Malaika."

"Hm?"

"Sebenarnya hatimu terbuat dari apa?"

Malaika mengerutkan keningnya. Pertanyaan aneh pertama yang ia dengan dari Ilyas. "Mas bicara apa, sih?"

"Kamu terlalu baik."

Malaika terkekeh. "Benarkah? Bagaimana Mas bisa berpikir seperti itu?"

"Entahlah."

Malaika memperhatikan Ilyas yang sedang serius menyetir mobil. Rasanya tidak bosan untuk memuji tampannya Ilyas di dalam hatinya. Alis tebal, hidung mancung, rahang tegas, dan bibir merah muda yang sedikit terbelah. Bagaimana bisa Malaika mengalihkan pandangannya dari indahnya ciptaan Tuhan yang satu ini?

"Jangan melihatku seperti itu!" Sepertinya Ilyas mulai terganggu lagi dengan tatapan Malaika.

Malaika terkekeh. Bukankah ia telah mengatakan kalau dirinya sudah mencintai Ilyas? Jadi tidak ada alasan lain untuk Ilyas melarangnya. Lagipula Malaika tidak perlu menjaga pandangan dari suaminya sendiri.

"Saya kan sudah bilang, kalau—"

"Aku masih ingat!" Jadi sepertinya alasan Ilyas bukan itu lagi. "Kamu membuatku gugup."

Benarkah? Malaika terkekeh lagi. Jadi seorang Ilyas bisa gugup juga. Malaika baru tahu.

Ilyas mendengus karena ditertawai.

"Saya baru tahu—"

"Kita sudah bisa mengganti panggilan menjadi aku-kamu. Sekarang aku tidak menganggap kamu sebagai orang lain."

Malaika sudah tidak berpikir kalau ia sedang bermimpi. Semuanya terasa terlalu nyata. Segala sikap Ilyas dan perlakuannya padanya membuat Malaika sadar kalau dirinya memang sudah dipandang berbeda oleh Ilyas.

"Oke, Mas."

Ilyas tersenyum mendengar sahutan ceria itu.

***

"Mas mau jus?" Malaika baru saja menghabiskan setengah jus jambu dari dalam gelas saat Ilyas masuk ke dapur.

"Boleh." Ilyas duduk pada kursi bar dan memperhatikan Malaika yang sedang mengambilkan gelas untuknya.

The Perfect Wife For IlyasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang