40. "Selingkuhan Ilyas"

28.7K 1.3K 215
                                    

Setengah jam sebelum Malaika sampai di apartemen.

Ilyas masuk ke dalam apartemennya dengan tergesa. Ia memanggil Malaika beberapa kali sambil mencarinya ke seluruh ruangan. Namun Malaika tidak ada. Ilyas pikir, mungkin Malaika menginap di rumah Rosa atau di rumah lamanya. Padahal ia ingin memberi Malaika kejutan dengan kepulangannya yang tiba-tiba. Ilyas sudah sangat merindukan Malaika. Ia ingin memeluknya dan mendengarkan kecerewetan sang istri yang juga sangat Ilyas rindukan.

Selama satu minggu Ilyas sengaja menghindari setiap komunikasi dengan Malaika. Karena semakin Ilyas mendengar suara Malaika atau melihat paras cantiknya melalui layar ponsel, Ilyas malah semakin merindukannya. Jadi Ilyas pun memilih untuk menghindar dan berusaha untuk menyelesaikan pekerjaanya lebih cepat.

Suara bel apartemen yang terdengar membuat Ilyas mengerutkan keningnya. Sejenak ia berpikir kalau itu Malaika. Namun Malaika memiliki kunci dan tahu password apartemennya, jadi tidak mungkin kalau itu Malaika. Ilyas pun berjalan menuju pintu. Ia melihat dari layar monitor yang ada di sebelah pintu, lalu menghela napasnya ketika melihat seorang wanita berdiri di depan pintunya.

Ilyas membuka pintunya sedikit agar wanita itu tidak menerobos masuk.

"Sedang apa kamu di sini?" tanyanya kesal.

Wanita itu menyengir padanya, "Mampir."

"Tidak. Pergi sana!"

Wanita itu mencibikkan bibirnya. "Kalau begitu antar aku ke rumah Bunda Rosa."

"Pergi sendiri! Aku lelah."

"Paman—"

"Jangan panggil aku paman!"

Wanita yang seumuran dengan istrinya itu merajuk. "Paman kan memang pamanku!"

Ilyas hanya menatapnya datar. Ia sangat tidak suka dengan keponakannya ini. Selain menyebalkan, ia juga selalu berlaku sesuka hati. Ya, padahal kurang lebih mirip seperti Ilyas.

"Aku mau masuk."

"Tidak boleh. Akan aku suruh sopir mengantarmu."

"Tapi sudah malam. Sopirnya sudah tidur."

"Yasudah, cari kamar kosong di lantai yang lain. Pesan atas nama Ilyas!"

"Tidak. Aku mau ke rumah Bunda Rosa."

"Sudah malam Jasmine. Besok saja!"

Wanita bernama Jasmine itu kini menggelengkan kepalanya, membuat Ilyas menghela napas. Ia sangat bersyukur karena Malaika tidak seperti keponakannya yang super manja ini.

"Aku mau masuk."

"Tidak! Cari kamar lain."

Ilyas paling tidak suka jika ada orang lain yang masuk ke apartemennya. Malaika adalah satu-satunya wanita pertama selain keluarga yang ia perbolehkan masuk.

"Kalau tidak boleh masuk, aku akan menangis."

Ilyas membulatkan matanya. Kalau Jasmine sampai menangis  lalu mengadukan dirinya pada Liliana —ibu Jasmine— dan Rosa, sudah dipastikan hidup Ilyas akan terancam. Sangat sulit dipercaya wanita satu ini. Harusnya dari awal ia tidak memperbolehkan Jasmine ikut bersamanya dengan pesawat pribadinya. Sungguh, Ilyas sangat menyesali keputusannya yang dipaksa oleh Liliana yang sudah dua tahun menetap di London.

The Perfect Wife For IlyasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang