23. Pengecut

27.3K 2.2K 110
                                    

23. Pengecut

Malaika mengulurkan tangannya, ingin membiasakan mencium tangan Ilyas sebelum ia pamit pergi. Ilyas yang kini sudah mengerti pun membiarkan Malaika mencium punggung tangannya. Namun ia menahan tangan Malaika saat ingin melepas.

"Nanti kita makan siang di luar, yah. Kamu tidak perlu pulang, nanti saya jemput."

Malaika tersenyum dan mengiyakan. Ia berusaha menarik tangannya namun Ilyas masih menggenggamnya.

"Ada lagi, Mas?"

"Tidak ada."

"Kalau begitu sebaiknya Mas pergi. Sudah hampir jam delapan."

"Kamu mengusir saya?"

Oh tidak, Malaika curiga "sahabat baik" Ilyas kembali lagi. Jika kalian tidak mengerti, sahabat baik Ilyas adalah pemikiran negatif.

"Bukan begitu, Mas." Malaika sudah cemas. Tapi kemudian Ilyas terkekeh dan melepas genggamannya dengan tidak rela. "Saya bercanda."

Malaika menghela napasnya. Lalu bersiap membuka pintu mobil sport berwarna hitam itu. "Nanti saya jemput jam sebelas."

"Iyah, Mas. Hati-hati, yah."

Malaika sudah keluar dari dalam mobil setelah mengucapkan salam. Saat ia masuk ke dalam toko, barulah mobil Ilyas melaju. Pria itu tersenyum.

Sejak awal, ternyata dirinya telah memperumit hubungannya dengan Malaika. Nyatanya, hubungan mereka bisa berjalan seindah ini. Ilyas sangat bersyukur karena Malaika begitu sabar menghadapinya selama ini. Malaika selalu menasehati, namun tidak memaksa. Malaika tahu cara mengendalikan dirinya dengan tanpa Ilyas sadari. Dan kini Ilyas tak mempermasalahkan itu. Karena saat Malaika masuk ke dalam hidupnya dan mengatur-ngatur dirinya, Ilyas merasa hidupnya menjadi lebih baik dan lebih positif.

Ilyas ingin memulai semuanya dari awal. Ia ingin memperbaiki hubungan yang awalnya ia rusak sendiri. Ia ingin mendapatkan hati Malaika, wanita yang berbeda usia sebelas tahun dengannya. Namun Ilyas rasa Malaika lebih bisa berpikir dewasa daripada dirinya. Hanya saja wanita itu memang masih begitu lugu dan polos. Saat awal-awal tinggal dengan Malaika, Ilyas pikir Malaika wanita yang keras kepala karena kerap kali menjawab setiap ucapannya. Namun kini Ilyas tahu mengapa Malaika menjawab, itu karena Ilyas yang salah menghadapinya. Harusnya Ilyas bisa lebih lembut pada Malaika.

Usia yang terpaut jauh itu juga membuat Ilyas harus membiasakan kalau kadang ia merasa sedang menghadapi Hana saat remaja. Yakni banyak bicara, membuatnya gemas dan kadang membuatnya kesal. Tapi akhir-akhir ini semua hal itu tidak Ilyas permasalahkan, ia sudah menyukai Malaika. Jadi apapun tingkah wanita itu, Ilyas tetap menyukainya.

***

Malaika menyiram bunga-bunga yang ada di dalam pot. Ia tak berhenti tersenyum manis mengingat sikap Ilyas yang kini bisa dengan mudah membuatnya bahagia. Malaika masih tidak menyangka kalau sekarang Ilyas telah berubah.

Criing criing

Malaika segera membalik tubuhnya untuk menyapa pelanggan yang baru masuk ke dalam.

"Selamat—"

Malaika langsung menampilkan raut bingungnya dengan memutus kata selamat datang. Pria yang tadi membuka pintu kini berjalan mendekatinya. Setiap melihat pria itu dibalut dengan jas mahalnya —yang tak sanggup Malaika sebutkan harganya, Malaika selalu terkesima dan bersyukur bahwa makhluk indah ciptaan Tuhan itu ditakdirkan untuknya.

"Ada apa, Mas?"

Ilyas berdiri menjulang di depannya. Lalu ia menyerahkan benda pipih yang membuat Malaika meringis. "Maaf Mas, sepertinya terjatuh." Malaika mengambil ponselnya itu.

The Perfect Wife For IlyasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang