18. Hasil Dari Setiap Pengorbanan
Rafli hampir mengira kalau direktur perusahaanya sudah berganti kepribadian. Bagaimana tidak?! Pagi ini, Ilyas memasuki gedung perusahannya dan membalas sapaan setiap karyawannya dengan senyuman manis. Padahal biasanya, melirik mereka saja tidak. Tutur kata Ilyas juga sangat sopan, padahal biasanya pedas luar biasa. Ilyas juga tidak marah ketika Rafli memberikan dokumen yang salah, malahan pria itu memberi nasihat agar Rafli lebih teliti.
Ada apa sebenarnya dengan Ilyas? Itulah yang menjadi pertanyaan Rafli. Sejak beberapa minggu ini, Ilyas perlahan-lahan mulai berubah. Ia selalu pulang saat jam istirahat. Saat makan malam pun ia pulang, bahkan beberapa kali tidak kembali lagi ke kantor, padahal biasanya ia akan bekerja sampai larut malam.
Waktu menunjukkan hampir pukul sebelas. Seperti kebiasaannya selama beberapa minggu ini, Ilyas menunggu ponselnya berbunyi. Dan tepat pukul sebelas, ponsel miliknya benar-benar berbunyi. Ilyas sudah dapat menebak kalau Malaika yang mengirimnya pesan. Bunyinya seperti ini, Mas mau makan siang di rumah?
Biasanya Ilyas hanya akan menjawab iyah. Tapi kali ini, ia menelfon Malaika. Suara merdu wanita itu langsung menyambut pendengarannya.
"Assalamu'alaikum. Ada apa, Mas?"
"Wa'alaikum salam. Saya cuma mau bilang, siang ini saya tidak pulang, ada meeting dengan klien. Jadi kamu tidak perlu pulang."
"Oh yasudah, Mas. Kalau begitu saya pulang nanti sore."
"Jam setengah empat?"
"Iyah, Mas."
"Kamu tutup toko jam empat saja. Nanti biar saya jemput ke sana."
Hening. Malaika tidak menjawab apapun. Ilyas kira telfonnya terputus, tapi saat ia lihat ternyata masih tersambung.
"Malaika, kamu masih di sana?"
"I-iyah, Mas. Kalau begitu saya tunggu jam empat sore. Assalamu'alaikum."
"Nanti dul—"
Tuutt tuuttt
Untuk pertama kalinya, Malaika menutup telfon lebih dulu. Dan bukannya merasa kesal, Ilyas malah tersenyum sambil memandangi layar ponselnya. Padahal ia masih ingin berbicara dengan Malaika.
Siapapun tentu tahu kalau manusia bermulut pedas itu sedang jatuh cinta. Hanya saja, dia belum mau mengakuinya.
***
Malaika merasakan debaran jantungnya yang tidak normal. Ilyas akan menjemputnya. Itu lah yang membuat perasaan Malaika menjadi tidak karuan.
Cring cring
Suara bel pertanda pelanggan masuk membuat Malaika bergegas menghampiri. Seorang pria dengan kemeja biru muda dan jas panjang berwarna putih masuk ke dalam tokonya. Malaika tahu kalau jas yang digunakan itu adalah jas yang hanya digunakan oleh dokter. Dan sepertinya pria ini adalah seorang dokter.
"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?"
Pria yang baru saja menyudahi panggilan telfonnya itu menatap Malaika tak berkedip. Malaika pikir pria ini mungkin lupa ia harus membeli bunga apa.
"Permisi, ada yang bisa saya bantu, Pak?"
Setelah Malaika bertanya seperti itu, raut wajah pria tersebut berubah menjadi terkejut. "Pak? Apa saya terlihat setua itu?"
Malaika merasa bersalah, ia sepertinya telah menyinggung perasaan dokter muda ini. "Maaf, Mas. Jadi Mas ingin membeli bunga apa?"
"Nama saya Faisal. Hari ini adik saya wisuda sekolah, saya ingin memberinya sebuket bunga. Ada bunga kamboja di sini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Wife For Ilyas
Romance[SEGERA TERBIT] Romance Ilyas Raka Aryatama adalah pria dengan segudang sifat buruk. Di usianya yang ketiga puluh dua tahun dia belum juga memutuskan untuk menikah. Namun suatu hari, sang ibu menjodohkannya dengan seorang wanita shaleha bernama Mal...