Part 5. "Forelsket"

240 22 12
                                    

"Bukannya itu cogan yang liatin Kakak?" ~Ello jahil

..

..

..

Kurre Sumanga

ASTAGAAAA!!!

Aku lupa nanya nama dia!

Kami segera melanjutkan perjalanan setelah beristirahat cukup lama. Ralat, hanya cewek-cewek saja yang beristirahat, karena truk sial ini justru membuat para lelaki rombongan kami terpaksa bekerja mengeluarkan truk dari jalanan rusak.

10 menit setelah melanjutkan perjalanan tadi...

"SATU... DUA... TIGAAAA!!! HIAAA!!!!!"

Lalu, di menit ke 20...

"SATU... DUA... TIGAAAAAA!!!! DORONG!!!"

Dan..., sekarang_-

"SATU... DUA... DORONGGG!!!" roda truk masih juga berada di dalam lubang.
"SEKALI LAGI! SATU... DUA... TIGAAAA!!!" lagi-lagi truk masih kandas.

"TIGAAAAAA!!!! HIAAAAAA!!!!!" akhirnya salah satu roda truk yang tadi terperosok ke dalam lubang jalanan, kini berhasil keluar dan siap kami tumpangi kembali.

Dan sedikit lagi, hal yang sangat kubenci dari truk ini ialah...

Injakan kaki.

Yang mana selalu membuatku kena sial, kepeleset + diketawain, dan membuat bajuku terkena lumpur.

"Ekhem." Dehaman berat terdengar dari sampingku.

Aku menengok ke samping kanan, dan alhasil mendapat cogan yang tadi menolongku sedang berdiri sambil memegang sebuah cangkul di tangan dan pundaknya.

Dasar hantu! Nongol gak izin dulu. Umpatku dalam hati.

"K-kenapa?" Aku menautkan salah satu alisku, heran.

Cowok itu hanya melihat ke depanku.

Aku ikut menengok ke depan. Tapi karena tidak mendapati apapun, aku kembali menatap cowok di sampingku from the bottom to the top. "Hah?" tanyaku bingung.

"Mau naik." balasnya.

"O-oh i-iya," dengan gelagapan aku segera menyingkirkan dan bergeser ke kanan selangkah.

Mataku tidak bisa lepas mengikuti pergerakannya yang dengan lincahnya naik ke atas truk dengan salah satu tangannya memegang cangkul.

Wahhh... gampang banget dia naiknya! Kalau itu aku, pasti udah kebacok ama tuh cangkul.

"Jangan ngelamun terus." Cowok itu menjetikkan jarinya tepat di depan wajahku.

"Hah? Eng... enggak kok! G-gue nggak ngelamun tuh," Aku mengalihkan pandanganku ke tanah.

"Mau naik apa enggak?" petikan jari cogan itu sekejap berubah menjadi uluran tangan.

Aku kembali mendongakkan kepalaku, lalu menatapnya penuh tanya.

"Ayo!" uluran tangan cowok itu masih di tempat yang sama, tepat di depan wajahku.

Tanpa berpikir dua kali, aku menerima uluran tangan kokoh cowok itu, dan tangan itu segera membimbing tubuhku naik ke atas truk dengan mudah.

CO(US)IN [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang