Part 25. "Say Cheese!"

50 11 0
                                    

"Heh! Sejak kapan lo manggil gue 'dek'? Dan sejak kapan lo tau kalau gue suka sungai?"
~Talya

..


..


..


Say Cheese!

Aku dan Ello berjalan memutari truk, lalu menuruni sebuah jalan yang berbentuk tikungan ke kanan. Pohon-pohon kecil dan semak belukar tumbuh di pinggiran jalan, membatasi kanan dan kiriku juga Ello. Tiba-tiba indra pendengaranku menangkap suatu bunyi yang sudah tak asing.

'Arus air'

Mata kami langsung terbuka lebar setelah sampai di ujung jalan. Tidak, bukan jalan buntu. Jalan ini ternyata menuju pada sebuah..

"SUNGAIIII!" secepat mungkin Ello berlari ke arah Mamah setelah melemparkan kedua sendalnya secara asal.

Dasar manusia setengah ikan. Batinku sambil menggeleng-geleng kepalaku.

"Tidak ikut?" Kata seseorang yang baru saja menepuk pundakku.

Aku tersentak, kemudian menengok untuk melihat sosok di belakangku.

Dia lagi.

"Ekhem." Aku menatap Gerson malas.

"Kamu batuk?"

Aku memutar bola mataku.

Grghhhh. Nih orang udah item, jelek, sok ganteng lagi! Bikin mood rusak aja.

Aku kembali menatapnya dengan tajam. "Ekhemmm." Aku beralih menatap tangannya yang seenak udelnya masih berada di pundakku. Ogah kalau aku disuruh menyentuh tangannya.

Gerson menarik tangannya dari pundakku. "Eh. Maaf, tangannya keenakan hehe." Oh yaampun! Senyumnya itu 0,01 : 100 dari senyumnya Kak Uga.

Aku tersenyum tipis, kemudian berbalik badan dan berjalan secepat mungkin tanpa memedulikan si hitam perusak mood itu.

Grghhh emang harus dikasih pelajaran nih cowok! Batinku saat tangan bau itu kembali menyentuh pundakku.

"GUE BILANG LEPASIN!" Tanganku refleks menyingkirkan tangannya dengan kasar dari pundakku.

"Sshhh!" Huh, sekarang dia malah meringis saudara-saudara. Dasar muka du_

"LO?!!!!" Teriakku saat berhasil menatap sosok itu.

Kak Uga tampak meringis sambil mengusap tangannya yang tidak sengaja kupukul tadi.

"M-maaf, tadi gue kira itu tangannya Ger_ eh maksudnya gue kira itu bukan lo," Rasa kasihanku muncul ketika melihat pergelangan tangan Kak Uga yang menampakkan bercak merah, seperti bentuk tangan.

Dasar bodoh!
Karmaaa, kenapa harus sekarang?

"Iya udah. Gue udah nggak papa kok." Senyumnya tampak dipaksakan, setidaknya masih lebih baik ketimbang Gerson.

"Serius? Itu masih merah gitu.. coba sini gue_"

"Udah lo ke sana aja, daripada waktu lo kebuang percuma buat hal nggak penting." Tatapan Kak Uga sulit dimengerti.

"Tapi kan itu penting, Kak!"

"Mending lo ke sana Dek, lagipula lo suka sungai kan?" Pandangannya menuju Ello yang telah bergabung dengan Mamah.

"Heh! Sejak kapan lo manggil gue 'dek'? Dan sejak kapan lo tau kalau gue suka sungai?" Cetusku sambil berusaha menginterogasi bahasa tubuhnya.

"Urusan nanti. Intinya lo ke sana aja, ngerti?" Kata Kak Uga dengan sedikit penekanan.

CO(US)IN [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang