Part 17. "Viraag"

69 11 0
                                    

"Aku takut. Bagaimana jika kepergianmu ternyata bermanfaat untukku?"
~Talya

C O ( U S ) I N

..

..

..

Makna Kepergian(nya)

H-1 Pulang.

Alih-alih tertawa riang bersama orang lain, aku memilih menutup diri di kamar sejak pagi tadi. Ditemani earphone, gawai, dan bunyi jam yang telah menunjukkan pukul 12 siang.

Jika kamu bertanya apakah aku merindukannya. Iya-tidak, jawabannya. Iya, karena hatiku tidak bisa menolak untuk tidak merindukannya. Tidak, karena rasa kecewa ditambah penasaran juga tersimpan di benakku. Kenapa dia pergi? Apa sebabnya? Mengapa semuanya terjadi begitu cepat? Mengapa kepergiannya harus mendadak? Mengapa-

"Kak." Bunyi gesekan lantai dengan pintu kamar yang terbuka menyadarkanku. Begitu aku melihat ke belakang gawai bernada gold, Mamah terlihat tengah berjalan ke arahku.

Aku menghapus jejak air mata yang masih tersisa sejak malam tadi. Melepas earphone dari telinga. Menegakkan punggung di kasur lesehan.

"Ada yang nyariin tuh," Mamah menunjuk dengan dagunya.

Siapa?

Apa mungkin, Kak Uga?

Nggak! Nggak mungkin itu Kak Uga!

Sadar Tal. Dia udah pulang.

Ya!

"Kak?"

"I-iya Mah, aku keluar." sesuai perkataanku, aku keluar kamar untuk yang pertama kalinya di hari ini.

Aku melihat geng Kak Uga-Ah, tidak ada dia, batinku. Aku melihat Aldo, Kevin, juga Edo sedang bersama Ello di luar kamar. Sepertinya sedang menungguku.

"AHA! Yang kita tunggu udah dateng!" Seru Kevin pertama kali begitu aku menginjakkan kaki di ruang tamu. Kurasa mereka peka terhadap suasana hatiku siang ini. Meskipun aku yakin mereka tidak tahu pasti penyebabnya.

"Btw, kenapa nyariin gue?" Tanyaku dengan senyum paksa. "Kangen ya?" Gurauku, mencoba merubah mood-ku.

"Hihhh," Ketus Aldo sembari menyipitkan matanya.

"Hih hoh hih hoh. Padahal dia yang ngajak jalan," Edo menatap Aldo malas.

"Owh.. jadi ceritanya mau ngajak jalan nih?" Tanyaku menggoda mereka. Semoga saja mood-ku akan membaik bersama mereka. "Boleh juga tuh!" seakan-akan mataku mengeluarkan cahaya.

"Emangnya lu udah tau Kak mau kemana?" Tanya Ello yang ada benarnya.

"Kemana aja boleh. Gua setuju kok!" Sahutku sengaja menyindir Ello.

Raut Kevin berubah ceria. "Kita mau ke_"

"Kakak, Adek, kalian siap-siap gih!" Ujar Mamah yang tiba-tiba datang dengan membawa serta senyum di wajahnya. "Ehh ada kalian bertiga ternyata," Mamah tersenyum sambil menunjuk Aldo, Kevin, dan Edo. Mereka bertiga membalas senyuman Mamah. Ramah.
Entah darimana dan kapan Mamah mengenal ketiganya.

"Emangnya mau kemana Mah?" Tanya Ello yang melempar tatapan menyelidik.

"Mau ke rumahnya Kevin."

"HAHHH?!!!" Teriak kami berlima membuat Mamah tersentak.

"Iya, buat jalan-jalan." Mamah menambahkan. "Katanya daerah pegunungan rumahnya Kevin enak, terus bagus, udah gitu sejuk lagi!" Sorak Mamah kelewat gembira.

"Ada sungainya juga!" Celetuk Ello. Tunggu, darimana dia tahu kalau ada sungai di_

"Kita juga mau kesana Tan!"

Aku menatap Kevin bingung.

"Aldo ngajak jalan ke rumah!" Ucap Kevin lagi membuat mata kami membulat seketika.

"Kenapa gak bilang dari tadiii, KEVINNN!" Protes kami berbarengan.

Sedangkan Kevin hanya tersenyum simpul. Juga Mama yang tertawa dengan kekompakan kami.

Siapa dulu,
The Gang!

"Tadi gue pengen ngasih tau, gak taunya malah keduluan sama Tante." Kevin menatap Mamah yang bergantian tersenyum simpul.

Hadeuh, sebenernya ini salah siapa sih?

"Daripada mikirin perdebatan yang kagak ada abisnya, lebih baik lo mandi dulu gih Kak," Ello beralih menatapku.

"Lah, kalian sendiri? Gak mandi?" Kataku sambil menunjuk keempat orang di depanku saat Mamah telah beranjak pergi.

Sekarang aku dapat melihat jelas bahwa keempat laki-laki di depanku sedang tersenyum kikuk.

"Hihhh, dasar cowok!" Cetusku lalu menggeleng-gelengkan kepalaku.

***

Selesai mandi dan bersiap-siap--jangan tanyakan hal-hal yang terjadi di kamar mandi, aku langsung mencari the gang yang ternyata telah menungguku bersama Mamah di depan rumah. Tunggu! Papah juga terlihat berdiri di antara mereka! Apa Papah akan ikut juga?

"Udah nih. Yok!" Ajakku setelah sampai di depan mereka. Dan benar saja, tebakanku kalau Papah akan ikut dengan kami ternyata benar.

Di perjalanan menuju rumah Kevin, kami--the gang--ditambah Papah dan Mamah harus melewati jalan setapak dengan tekstur tanah yang becek dan penuh lumpur. Hujan, pikirku. Suhu udaranya juga menjadi lebih dingin dari kemarin. Kali ini udaranya lebih menembus kulit. Menusuk hingga ke paru-paru. Untung saja berkumpul dengan keenam orang di depanku mampu menciptakan kehangatan tersendiri di dalam tubuhku. Entah dimana. Tapi rasanya begitu hangat. Dan, nyaman.

Bagaimana ya rasanya, kalau, Kak Uga ada bersamaku sekarang? Sedang berjalan tepat di depanku. Atau bahkan di sampingku. Atau di belakangku, mungkin? Melempar candaan juga hal-hal konyol yang membuatku tertawa lebar. Menatap ke dalam mataku, dan aku malah jadi salah tingkah. Lalu kami tertawa bersama. Meskipun tidak tahu apa yang kami tertawakan. Diiringi suara pepohonan yang menari-nari karena semilir angin pagi, juga suara merdu burung pipit yang tengah bernyanyi.

Dan khayalanku telah terbang begitu tinggi.

Mana mungkin dia kembali?

• • •

"Viraag"

/ vi - rag / the emotional pain felt due to being away from the one you love.

/ vi - rag / rasa sakit emosional yang dirasakan karena jauh dari orang yang kamu cintai.

CO(US)IN [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang