CO(US)IN || 'Epilog'

261 12 0
                                    

"Aku pernah membenci kupu-kupu. Ajaibnya, keindahan kupu-kupu berhasil membuatku berbalik mencintainya. Mengajarkanku perihal benci menjadi cinta."

..

..

..

Gelitikan Kupu-kupu


Semilir angin pagi berhembus mengganggu tidur pepohonan, membuatnya mau tak mau bergoyang menghasilkan bunyi yang menenangkan. Matahari bersinar terik menampilkan cahayanya melalui sela-sela daun pepohonan. Burung-burung terbang di udara menikmati cahaya matahari pagi sembari bernyanyi dengan merdu.

Semuanya seakan mengejekku yang hanya menatap kosong mereka.

Pagi yang benar-benar hampa. Tanpa tawa, tanpa perbincangan orang dewasa, tanpa gosipan the gang, tanpa candaan Aldo, tanpa serangan Rendy, tanpa Kak_

"Ah-kenapa Mah?" Tatapan kosongku berganti menjadi tatapan bingung ke arah Mamah yang baru saja menyentuh pundakku.

"Kamu udah siap?"

Ck. Bahkan aku sampai lupa kalau hari ini hari kepulanganku ke Toraja--tempat Kak Putri dan Aldo akan turun setelah menumpang mobilku dari Simbuang--yang akan langsung dilanjut menuju Makassar.

Aku menghela napas panjang tanpa berhenti merutuki waktu yang terlalu cepat berlalu.

Kalau saja mesin waktu itu memang ada...

Tidak.

Kalau saja aku diberi kesempatan untuk dilahirkan kembali...

Aku akan memilih jadi orang asing ketimbang menjadi sepupu Kak Uga.

***

"Daaa Omaaa!" Seru kami dari bawah rumah sembari melambai-lambaikan tangan ke arah Oma yang tengah berdiri seorang diri di tepi balkon rumahnya.

Tak lama sampai keluargaku, Kak Putri dan Aldo menuruni bebukitan dengan barang bawaan masing-masing.

Sayangnya, perjalanan pulang yang sebenarnya telah dimulai.

Semalam tiga orang telah pergi.

Dan pagi ini, enam lagi telah pergi.

Menyisakan Oma seorang diri.

***

"DAAA KAK PUTRI! DAAAA ALDOOO!" Teriakku sembari menatap sendu ke arah sepasang saudara kandung yang berdiri di pinggir jalan. Tatapan mereka berubah sendu saat mobil keluargaku melaju setelah menurunkan Kak Putri dan Aldo di salah satu rumah kerabatnya di Toraja.

Dua lagi telah pergi.

Kini tersisa kami berempat di dalam mobil dengan suasana sama persis seperti hutan sunyi. Papah, Mamah, Ello, dan aku.

Simbuang.

Awalnya aku benci sama kata itu.

Tetapi malah berakhir jatuh cinta dengan tempat itu.

Hahaha!

Terimakasih, Simbuang.

.

.

.

.

CO(US)IN [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang