Part 27. "Katak vs Hitam"

36 11 0
                                    

"Lo suka Uga. Bodohnya, lo nggak mikirin resikonya. Apalagi dengan kenyataan bahwa dia sepupu lo."

..


..


..


Katak vs Hitam

'Lingkar setan'

Sialnya, di situlah aku berada sekarang.

Kak Uga dengan senyuman miringnya yang sulit diartikan, aku yang lebih memilih menatap Mamah khawatir, dan Mamah yang sudah memasang posisi kuda-kuda di pinggir bak truk bersiap memangsa Kak Uga.

Mamah sebagai singa betina, Kak Uga sebagai katak, dan aku sebagai lalat. Lah kok malah nggak nyambung?

Ngitttt ...

Kami tersentak saat truk berhenti tiba-tiba. Entah apa yang akan terjadi jika tanganku tidak berpegangan pada besi pembatas sedari tadi. Hush... Pikirannya!

Fyuh.

Seperti ada beban yang terangkat dari tubuhku ketika Mamah melepaskan tatapan tajamnya dari Kak Uga yang bersamaan melepas pandangannya dariku.

Truk yang berhenti bukan berarti jadi penyelamatku meski hanya sebentar. Buktinya tatapan tajam Mamah yang awalnya diterima Kak Uga malah berakhir padaku.

Tanpa menunggu lebih lama aku mulai menghitung mundur dalam hati.

Lima...

Empat...

Tiga...

Dua...

Sa_

"Ikut Mamah sekarang. Ada yang mau Mamah omongin." Kata Mamah rendah, bak petir yang menyambar tepat di atasku.

Oke. Dua hal yang aku tahu. Kalau aku tidak selamat, itu pertanda buruk. Dan kalau aku selamat, itu lebih buruk, karena artinya ada hal yang lebih buruk nantinya. Jadi aku lebih memilih...

sekarat.

***

"Gimana?" Tanyanya begitu aku menghampirinya. "Tanta_ maksud gue Mamah lo bilang apa Kak?" Raut prihatin bisa aku tebak dari wajah Aldo tanpa menatap nya.

Aku mematung, tidak berminat berucap saat ini.

Tidak lama setelahnya, Gerson datang entah darimana setelah berlari kecil.

"Lo nggak papa kan?" Tanya Gerson. Tapi tetap saja aku masih tidak berminat membalas pertanyaan Gerson.

Aku mulai bosan. Aku putuskan untuk meninggalkan mereka berdua sebelum pertanyaan mereka menyerbuku lebih jauh. Jelas terlihat di wajah mereka berdua kalau mereka punya seribu satu pertanyaan tentang kejadian tadi. Tapi jangan lupakan aku yang juga punya seribu satu alasan buat menghiraukan itu.

Aldo tampak ingin menyusulku. "Kak gue bel_"

"Jangan." Tangan seseorang terangkat menahan pergerakan Aldo. "Biarin dia sendiri dulu Do. Dia butuh waktu. Nanti juga dia baikan sendiri."

Aldo menelan kembali emosinya setelah melihat siapa yang berani menahannya. Alih-alih melawan, Aldo berjalan ke arah truk meninggalkan Kak Uga di belakangnya.

"Salah lo Ga. Salah lo." Tekan Gerson dengan telunjuknya di depan muka Kak Uga.

Tidak semua orang sama, ingat? Begitu halnya dengan Aldo yang dapat dengan mudah menelan kembali emosinya, sedangkan Gerson yang terlalu keras kepala hanya untuk menahan emosinya.

CO(US)IN [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang