Part 11. "Percakapan di Balkon (2)"

100 14 2
                                    

"Bukannya lo suka sama suara gue?"

"Ogah,"

"Tapi gue suka sama suara lo."

..

..

..

Percakapan di Balkon (2)


"Hah? Apa? Lo bilang apa barusan?" Umpatku seakan tidak mendengar ucapan cowok itu. Jujur saja, aku merasa aneh kalau orang asing bertanya mengenai fobiaku. Ya, aku tidak suka.

"Gue bilang l_"

"Kak!" teriakan Ello membuatku dan Kak Uga menengok ke dalam rumah.

Untung ada adek...

"Fyuh," celetukku tanpa sadar.

"Fyuh???" Aku bisa melihat raut wajah Kak Uga 50% bingung, dan 50%-nya lagi...




























"AWAS KUPU-KUPU DI KAKI LO!"

"WUAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!!!!!" seketika suara gemeretak lantai kayu yang kuinjak membuat suasana menjadi buyar.

Dengan jurus secepat kilat aku sudah berlindung di punggung Kak Uga sambil menutup mataku erat-erat.

"Kakkkk, usir kupu-kupunyaaaa!!!" perintahku sambil menarik-narik baju Kak Uga.

"Pft, BAHAHAHA!!!" Bisa-bisanya di saat bulu kudukku berdiri begini dia malah ketawa-ketiwi tidak jelas...

Aku memberanikan diri membuka mataku perlahan-lahan, menatap lantai yang bahkan tidak ada secuil upil pun terdampar di sana.

"Lo bo'ong kan?!!!" Ketusku kesal. Saking kesalnya, aku sampai menampakkan kedua tanduk dan taringku yang sangat jarang diperlihatkan.

Kak Uga mulai berhenti tertawa melihat keseriusan wajahku. "Pertama, lo belum jawab pertanyaan gue-atau lebih tepatnya menghindar dari pertanyaan gue. Kedua, iya, emang gue bo'ong, bo'ongnya untuk kebaikan supaya_,"

"Untuk kebaikan untuk kebaikan. Kebaikan siapa coba? Gue?" Tanyaku dengan emosi meluap-luap, bahkan ujung mataku sudah basah sekarang.

Anjrit! Kenapa aku jadi cengeng gini?

Lagi-lagi keheningan berhasil membalut suasana sekitar. "Udah, nggak usah nangis." dengan santainya Kak Uga mengucapkan kalimat tajamnya.

"Oke. Lo mau jawaban, kan? Iya. Gue takut sama kupu-kupu. Fobia gue itu kupu-kupu. Konyol, kan?" Tanpa berpikir dua kali aku segera melangkahkan kakiku ke dalam rumah.

Huh, konyol. Apa aku sekonyol itu sampai jadi bahan candaan?

***

"Huaaaahhh..."

Aku segera bangkit menuju jendela, dan mendorong keluar dua buah papan kayu yang membuat hawa sejuk kembali menyapa wajahku.

"Mendung." satu kata yang bisa mendefinisikan pagi ini.

Kruk... kruk...

"Dasar perut, baru bangun udah minta diisi aja." Ujarku sembari berjalan menuju pintu. Sepertinya rasa lapar yang membangkitkan antusiasme agar aku segera mencari bahan bakar isi ulang perutku.

CO(US)IN [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang