Part 18. "(Unexpected) Truth"

80 11 0
                                    

"Mana mungkin Ia kembali? Sebelum aku pergi."
~Talya

C O (US) I N

..

..

..

(Unexpected) Truth

Otw Rumah Kevin

".... bagus banget dah pokoknya!"

Samar-samar pendengaranku menangkap sesuatu dari arah depan.

".... yang negeri di atas awan..."

Penglihatanku menangkap Ello sedang berbual bersama Kevin. Entah kenapa aku langsung memalingkan wajah dan beralih menatap sepasang burung yang terbang bebas di atas sana.

Ck. Bahkan burung pun berpasangan.

***

Setelah lima belas menit berjalan menyusuri gunung ditemani deretan pohon cemara, sebuah rumah kayu bergaya scandinavian bernada cokelat kekuningan telah memikat indra penglihatanku dari jauh. Meskipun tidak sebesar dan semegah rumah Mama' Yulawan, rumah yang berdiri kokoh di depan bebukitan tersebut tetap menampilkan kesan vintage-nya, ditambah balkon yang membentang luas di bagian depan.

"Selamat datang di rumahku!" Kevin membentangkan tangannya begitu kami sampai di depan rumah kayu yang kukatakan tadi. "Anggap aja rumah gua!"

"YEEE emang rumah lo, Vin!" Ello menyipitkan matanya, menatap sinisi Kevin yang menggaruk tengkuknya.

"Silahkan masuk, Om, Tanta." Kevin menjulurkan tangannya ke tangga di hadapan kami.

"EKHEM EKHEM!" Dehamku, Ello, Aldo, dan Edo bersamaan.

Kevin mengernyit. "Batuk berdahak Minum-"

"DARAH LO!" timpal kami berempat dengan cepat bersama seringaian yang menyeramkan di wajah masing-masing.

Sesaat tawa kami meledak ketika Kevin mencoba memperlihatkan puppy face miliknya--yang malah tampak seperti naber face.

Kami berlima menaiki tangga di sisi kanan rumah Kevin. Tentu saja dipimpin Kevin, sang tuan rumah.

Begitu menapakkan kaki di balkon, aku langsung mengedarkan pandangan.

Wahhh!

Pemandangan dari balkon rumah ini benar-benar indah dibandingkan pemandangan dari balkon rumah lainnya. Dan aku akui, lebih indah dari pemandangan di balkon rumah Mama' Yulawan.

Ah, balkon dan pemandangan itu.

"Kak! Sini!" untung saja kemunculan Mamah yang tiba-tiba di ambang pintu rumah membuatku menengok sekaligus membuyarkan lamunanku. Bisa saja kan aku_

"Halo Talya." Sebuah uluran tangan muncul di depanku, membuat memori beberapa waktu lalu ketika pertama kali naik ke truk kembali ke ingatanku tanpa diundang.

".... anak pertamaku, Kak." lagi-lagi suara Mamah yang berbincang dengan wanita paruh baya di depannya membangunkanku. Dari mimpi yang terlalu tinggi.

Huft. Akhir-akhir ini jadi terlalu banyak berkhayal.

"Talya, Tante." Aku menyalami Tante itu ramah, mencoba bangun dari mimpiku. Entah yang mana yang mimpi. Kak Uga yang pergi, atau the gang yang menjadi sangat dekat denganku. Bahkan aku sampai bingung tentang perasaanku sendiri. Entah sedih yang kurasakan sekarang, atau justru bahagia.

CO(US)IN [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang