""
..
..
..
"
"Shit!" Dengan langkah terburu-buru Kak Uga menghampiriku yang berjarak beberapa langkah di depannya.
Sial sial sial. Talya bodoh!
Aku merutuk dalam hati melihat kakiku yang kesakitan saat Papa menyentuhnya. Tadi Papah sama Mamah yang baru saja selesai menaiki tangga langsung berlari meninggalkan barang mereka asal saat mendengar teriakanku yang memanggil mereka.
Aku menemukan Kak Uga berjongkok di belakangku sambil menaruh tatapan yang sulit kujelaskan. Aku memang tidak berbakat dalam membaca tatapan seseorang, jadi jangan salahkan author jika aku sering tidak bisa menjelaskan arti tatapan Kak Uga. Tapi kalau Papah sama Mamah tidak usah di tanya, karena tatapan mereka kepadaku kini seperti 'mata elang membidik seekor tikus lugu'. Sayangnya, aku ini tidak lugu.
"Kamu kenapa bisa jatuh begini?" Tuh kan! Baru saja aku bilang sekarang Mamah telah siap menginterogasiku layaknya seorang penjahat. Mamah menggeleng kepalanya setibanya kami di atas rumah.
"Emang tuh Tan. Padahal tadi udah saya peringatin supaya pelan-pelan, malah dicepetin jalannya." Arghh Kak Uga! Nih orang bukannya nolongin_
"Rasain noh! Kakak mah emang gitu Kak Uuu..." Cibir Ello menggantung lalu menatap Kak Uga. "Kak, nama Kakak siapa lagi Kak?" Tanya Ello malu bak kucing meminta sisa makanan.
Aku menggeleng setelah terdiam cukup lama. "Sekarang siapa yang pikun?" Ledekku puas. Kejadian beberapa waktu lalu menghampiri pikiranku. Kejadian hilangnya si kupluk yang ternyata bertengger di atas kepalaku.
"Gini nih kalau punya kakak pikun," celetuk Ello dari arah depan Papah. "Makanya jangan kebanyakan makan micin! Dasar generasi micin," ledek Ello dengan santainya.
"Eh? Hehehe..." cengiran khas Ello terpatri di wajah buriknya. "Kak, kenalan lagi aja gimana?" Ello kembali menghadap Kak Uga.
Kak Uga berdeham.
"Elmanuel Pablo a.k.a. Ello." Uluran tangan Ello dibalas Kak Uga, membuat tangan mereka berjabatan di udara beberapa detik.
"Anugrah a.k.a. Nukra a.k.a. Uga."
Nukra? Tunggu tunggu tunggu. Kok aku nggak asing yah sama nama itu?
"Kak," Panggilku membuat Kak Uga menengok.
"Hm?"
"Mm... gue boleh nanya nggak?" Tanyaku sedikit canggung.
"Itu udah nanya."
"Ih seriuss!"
"Apa?"
"Nama lo kok gak asing ya?"
Raut wajah Kak Uga berubah kaget. Tapi sesaat kemudian rautnya kembali datar.
Sedangkan aku yang menyadari hal itu langsung dibuat curiga. "Tuh kan bener! Gue pernah dengar nama lo, tapi di mana ya?" Otakku tengah berpikir keras saat ini. Masalahnya, Pak Guru Agama sekolahku pernah bilang,
"Otak manusia itu terbagi menjadi tiga. Atas, tengah, dan bawah atau biasa kita kenal dengan alam bawah sadar.
Hal yang baru kita ingat, berada di bagian tengah. Sedangkan yang terlupakan, masuk di alam bawah sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
CO(US)IN [Selesai]
Romance"Dear U... I have something for U. It's about U." »💌 CO(US)IN book 1 Hei! Apa di dunia ini ada jasa menitip salam? Jika ada, aku ingin menitip salam untuk semesta sekarang juga. Bilang padanya, "Persetan dengan hubungan darah." ~✿~ Semua ini bermul...