Part 23. "Semesta Kembali Bermain"

41 11 0
                                    

"Kata semesta, pada akhirnya semua yang pergi akan kembali. Begitu pula sebaliknya."

~entahlah?

..

..

..

Semesta Kembali Bermain

Ketika aku turun dari benda merah besar itu, aku melihatnya. Dia, si tukang onar yang selalu kunanti kehadirannya, penyemangat yang selalu membuatku rindu dengan segala keunikannya. Tawanya, senyumnya, manik hitamnya saat berbicara padaku, wajahnya yang merupakan pahatan Tuhan yang indah, suaranya yang cempreng saat bercanda denganku, kalimat motivasinya dengan cara pemberian yang jauh berbeda dengan Edo, gurauan dan celotehannya yang mengalahkan bibir cerewet Kevin, sisi humorisnya yang mengalahkan Aldo, sisi dewasanya yang lebih dewasa dari Kak Kenta.

Aku merindukan semua itu.

Lo kemana aja selama ini?
Kenapa lo bisa tiba-tiba muncul setelah tiba-tiba menghilang?
Lo baik-baik aja kan?
Kenapa lo nggak bilang kalau lo mau pergi waktu itu?
Apa lo masih ingat sama gue?

Aku ingin sekali meluapkan rasa kesal, sedih, kecewa, penasaran, rindu, bahagia_ Semuanya yang bercampur aduk.

Sayangnya tidak bisa.

Rasanya seperti mimpi saat berjalan menghampirinya. Kak Uga. Ya. Dia ada disini, duduk tidak jauh di depanku di sebuah bangku. Sambil, menatapku. Aku berusaha mengalihkan pandangan ke arah lain. Tapi semakin dalam aku melihat kedua manik hitam itu, seperti ada magnet yang menarikku agar segera berjalan secepat mungkin ke arahnya. Otakku tidak mau memerintahkan kedua kakiku untuk berhenti melangkah. Dan tanpa aku sadari, aku telah berada satu meter di depannya.

Bisakah seperti ini saja selamanya?
Bisakah waktu berhenti berputar sejenak?
Bisakah_

"Hai." ASTAGA! Bibir orang itu tiba-tiba melengkung, memamerkan guratan wajahnya yang jarang dimiliki kebanyakan orang.

"Ekhem." samar-samar suara dehaman masuk ke pendengaranku. "EKHEMMM!!!" Ello yang tiba-tiba sudah berdiri di sampingku membuatku kaget.

"O-oh i-iya. H-hai ju-juga," Sialan! Kenapa mulutku jadi gagap tiba-tiba? Kenapa detak jantungku jadi cepat begini? Lalu napasku, kenapa bisa jadi nggak teratur?

"Cieeee ada yang saltingggg!" Ello mengguncang-guncang pundakku, membuatku mau tak mau menundukkan kepalaku dalam-dalam.

"Paan sih!" Aku berjalan menghindari mereka berdua. Setidaknya aku harus menyembunyikan wajahku yang kini semerah tomat. Entah seperti apa ekspresiku saat kaget melihat Kak Uga tadi.

Fyuh...
Untung aku langsung pergi dari sana, kalau enggak mungkin aku udah habis sama Ello!

"Hai."

Astaga! Kenapa suaranya keulang-ulang di pikiranku?!!!

***

Aku rasa ada yang salah dengan mataku. Atau mentalku? Masalahnya disini adalah sejak tadi aku tidak dapat melepas pandanganku--meski hanya menatap punggungnya--dari manusia seribu pesona yang sedang duduk diam di luar itu! Grghh... Bahkan saat aku hendak ke kamar mandi, pandanganku masih saja menempel pada makhluk hidup istimewa itu.

Tapi wajar sih kalau ternyata mentalku memang bermasalah. Pertama, aku sudah nyaris gila karena kehilangan orang yang kala itu sangat penting bagiku. Dan sekarang, orang itu berada tak jauh di depanku. Bagaimana aku tidak gila! Aku tidak habis pikir, apakah semesta memang punya cara tersendiri untuk memainkan perasaan manusia? Atau kita yang terlalu bodoh untuk dipermainkan oleh semesta? Atau kita yang menganggap dipermainkan padahal semesta sedang menyiapkan sesuatu yang tidak kita ketahui baik buruknya?

CO(US)IN [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang