Seperti biasa kalo typo koreksi yaw..
Jauh-jauh pergi dari Bandung malah ketemu orang Bandung lagi.
Itu yang sekarang tengah dialami Nana. Terjebak diantara sepasang suami istri muda yang merupakan tetangga sebelah rumahnya.
Jadi tadi pagi, Nana berinisiatif mampir ke tetangga di sebelah kanan rumahnya. Tujuannya hanya untuk berkenalan sekaligus memberitahu bahwa ia akan menghuni rumah sebelah untuk waktu yang tidak dapat dipastikan.
Dan siapa sangka, ternyata mereka -sepasang suami istri itu- merupakan orang Bandung yang pindah ke Bukittinggi karena urusan pekerjaan. Mereka Aldika dan Rahayu yang tersenyum sangat ramah saat menyambut Nana di depan pintu rumahnya.
"Jadi mba Ayu sama mas Dika udah berapa lama tinggal disini?" Tanya Nana yang tengah duduk di pantry rumah mereka sambil menikmati teh hangat buatan Rahayu.
"Berapa ya? Jalan setaunlah nggak dihitunglah pokoknya, kalau udah nikah tuh waktu terasa sebentar Na," jawab Rahayu sambil mengaduk kopi buatannya untuk kemudian diserahkan padanya suaminya.
Mas Aldika menerima kopi buatan istrinya itu dengan senyum mengembang, merangkul, sambil memberikan ciuman singkat di kening Mbak Rahayu.
Sialan, sepagi ini Nana sudah dihadapkan dengan pasangan masih lovey-dovey.
Pengantin baru, wajar. Nananya aja yang emang ngenes dan sensi.
"Eh tapi jangan panggil Mbak dong, gue masih muda kali. Panggil Yuju aja paling juga kita seumuran, nggak usah yang formal gitu loooh," ujar Rahayu, kedua tangannya bertopang di meja pantry tepat di depan Nana sambil melambai-lambai.
"Iyasiih kayanya kita seumuran, cuma kan sungkan aja kalo baru kenal langsung pake lo gue gitu,"
"Sekarangkan udah kenal Na, panggil lo gue aja juga nggak papa, gue, Yuju sama Juan yang disebelah rumah lo itu seumuran," sambung Aldika yang kini tengah mengesap kopinya di ruang tv yang tidak berbatas dengan pantry tempat Nana duduk.
Saat mendengar orang sebelah rumah, pupil Nana otomatis membesar, ia langsung mengingat kejadian kemarin sore saat gaya berpakaiannnya diceramahi oleh laki-laki sebelah rumah itu. Dari pertemuan pertama saja sudah memberi kesan tidak baik, jangan harap Nana mau berkenalan.
"Oh yang disebelah rumah itu namanya Juan? Anak mana sih? Kok kelihatannya bukan penduduk asli sini?" Tanya Nana.
Tidak mau kenalan siih, tapi ya tetap penasaran juga.
"Emang bukan, anaknya darimana ya gue lupa, kita jarang ngobrol banyak sama dia, tapi anaknya baik sih dimintai tolong apa aja pasti mau," cerita Rahayu, wanita itu kini mengambil duduk di sebelah Nana dengan mata berbinar..
"Masih single loh Na, ganteng lagi, lo pernah liat nggak? Anaknya baik Na, bisa benerin ini itu, kayanya juga bukan orang sembarangan, soalnya gue pernah tuh liat dia dijemput pake mobil pake bodyguard gitu,"
Nana bisa melihat binar-binar dimata Rahayu saat ia menceritakan laki-laki itu, mata yang sama percis dengan Erin setiap kali ia menceritakan soal laki-laki ganteng dan superior yang ia temui. Atau seperti mata mamanya saat Hanung datang kerumah.
Penuh binar, penuh rasa kagum.
"Eh tapi lo single nggak sih?" Tanya Rahayu kemudian setelah mendapat respon diam dari Nana. Satu hal, Rahayu ini ternyata nggak kalah ceriwis dengan Erin.
Seriusan deh, kenapa Nana selalu dikelilingi orang-rang seperti ini?
Nana mengerjap beberapa kali, "eh aku?" Tanya Nana menunjuk dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanteur
Random'Mungkin belum jodoh,' kata yang terdengar sepele dan sangat mudah diucapkan itu ternyata punya beban perasaan yang sangat berat. Nana ingin kabur, memulai hidup baru dan melupakan kata 'mungkin belum jodoh,' yang berulangkali ia ucapkan hanya u...