KANGEEEN !!
Habis lebaran aku malah sok sibuk banget sampai nggak ada waktu buat mampir kesini huhubuhu.
Khusus buat yang kangen Nana Juan, hehehe Erin Vikri dan keuwuannya akan dipending lebih dulu.
🌹🌹
"Menikah itu bukan cuma soal meresmikan hubungan dua insan manusia. Ini soal komitmen, soal kesiapan untuk menjadi pasangan yang baik untuk satu sama lain, juga soal menyatukan dua keluarga yang berbeda latar belakang menjadi satu keluarga,"
Nana selalu ingat nasihat Mama tentang pernikahan. Mama yang membebaskan Nana untuk berhubungan dengan siapa saja, tapi akan selalu berubah jadi strict saat Nana membahas soal pernikahan.
Dari pengalaman Nana dengan Hanung, butuh waktu berbulan-bulan buat Nana dan Hanung untuk meyakinkan Mama kalau mereka siap untuk menikah.
Mama selalu bilang kalau.. "menikah itu sulit, kalau nggak benar-benar siap mending nggak usah dulu. Lagian kamu masih kecil ," pada Nana yang sudah menginjak 25 tahun di tahun ini.
Efek anak bungsu dan perempuan satu-satunya yang kelewat manja. Mama jadi hilang kepercayaan kalau Nana bisa membangun rumah tangganya sendiri.
Dan hari ini, perjuangan Nana untuk mengajukan izin soal rencana seriusnya dengan Juan harus dimulai lagi. Nana harus kembali mendiskusikan soal rencananya membangun rumah tangga sendiri dengan orang yang berbeda.
Lucu tidak?? Tidak sampai 6 bulan, Nana sudah dilamar 2 kali oleh laki-laki yang berbeda. Dan Nana harus siap memulai kembali fase-fase mengenalkan diri pada keluarga satu sama lain.
"Ma.. sibuk nggak?" Nana mengintip dari pintu dapur ke Mama yang pagi itu sudah sibuk menyeduh teh melatinya.
Hari ini Nana di Bandung, diminta pulang ke rumah karena Kak Yogi dan Papa ada urusan bisnis diluar kota sementara Mama harus sendirian di rumah. Lagipula, setelah kehilangan pekerjaan dan masih jadi pengangguran gabut, Nana nggak punya alasan buat tetap tinggal di Jakarta.
Mama melirik sedikit dari bibir cangkir teh yang tengah ia minum.
"Kenapa? Kamu mau ngomong sesuatu sama Mama?"
Nana mengangguk, sementara Mama membawa secangkir tehnya ke meja makan lalu mengajak Nana untuk ikut duduk disana dan membicarakannya.
"Mama udah tau," ujar Mama lebih dulu. Wanita setengah baya yang kadang merasa mirip kridayanti itu, menyesap kembali tehnya dengan tenang. Kemudian melirik sedikti pada jari manis Nana yang terpasang cincin pemberian Juan.
"Kamu pilih Juan?" Pertanyaan Mama itu terdengar aneh di telinga Nana. Mama mengucapkannya dengan nada yang terlalu tenang yang membuat Nana merasa, bingung.
"Salah ya Ma?" Tanya Nana hati-hati. Yah, Nana tentu nggak bisa mengabaikan fakta kalau Hanung masih jadi favorite Mama meski Mama antusias dengan Juan.
Mama menggeleng pelan, "bukan Mama kok yang nentuin salah atau benarnya. Pertanyannya, kamu ngerasa sudah pasti atau nggak?"
Mama meraih tangan Nana, kebiasaan Mama ketika akan berbicara serius adalah menepuk-nepuk punggung tangan lawan bicaranya. Seperti yang sekarang tengah mama lakukan dengan Nana.
"Jatuh cinta itu hal yang luar biasa. Memilik rasa kasih untuk orang lain dan rasa ingin memiliki, itu wajar. Tapi.. nggak semua rasa cinta bertahan secepat ketika kalian jatuh, ada waktu yang bikin itu memudar dengan cepat, ada perbedaan yang timbul dan membuat cinta jadi terasa jauh, ada banyak rintangan yang mungkin akan menguatkan tapi juga mungkin akan memisahkan. Mama udah sering bilang, yang paling penting dalam sebuah hubungan bukan seberapa mendebarkannya perasaan kamu waktu sama dia, tapi seberapa besar komitmennya untuk bertahan sama kamu," tangan Mama terangkat untuk mengusap helaian rambut Nana yang berada disisi pipinya, "untuk menerima semua kurangnya anak Mama" katanya mengakhiri nasihat panjangnya pada Nana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanteur
Random'Mungkin belum jodoh,' kata yang terdengar sepele dan sangat mudah diucapkan itu ternyata punya beban perasaan yang sangat berat. Nana ingin kabur, memulai hidup baru dan melupakan kata 'mungkin belum jodoh,' yang berulangkali ia ucapkan hanya u...