Guys, kayanya part ini nggak sesuai sama ekspetasi kalian deh.
Ini part emang udah ada di note dan sengaja aku publish karena kemaren kelamaan da update.
So, here we go.
Menurut Duta definisi "Nyusahin" itu adalah ketika abangnya punya masalah dan malah berakhir dengan ngeribetin dia.
Beneran. Yang namanya Vikri Atmajaya anak pertama keluarga Atmajaya itu adalah dewanya nyusahin yang selalu sukses bikin kesabarannya Duta habis ga bersisa.
Kaya sekarang contohnya.
Abangnya itu sekarang sedang di kostnya Duta. Lemes nggak berdaya kaya mau mampus karena semaleman nangis-nangis nggak jelas. Habis diputusin katanya. Duta pura-pura kaget padahal udah memprediksi kalau hubungan kakaknya itu gabakal bertahan sampai ke jenjang pernikahan biarpun kakaknya jungkir balik, salto, sampai ke afrika sekalipun.
Nggak tah deh. Menurut Duta tuh hubungan kakaknya kaya yang imposible banget buat berakhir happy ending. Ya kecuali Vikri mau keluar dari kwluarga Atmawijaya supaya bisa menikah dengan kak Erin.
Tapi kalau keluar dari keluarga bukannya itu malah ga happy ending ya?
"Ta, mata gue ta.. mata gue nggak bisa dibuka. Apa gue buta ya Ta?" Rengek Abangnya yang masih memonopoli kasur dari pagi samlai sore ini.
Duta melengos cuek. Menaruh semangkuk mie instan goreng diatas meja laptopnya yang kecil.
"Lo semaleman nangis, terus tidur ampe sore. Apa nggak bengkak itu mata?" Sahutnya malas.
"Gue semalem nangis ya Ta? Berarti itu gue nggak mimpi? Gue beneran diputusin Erin Ta? Gue nggak mimpi Ta?" Vikri termenung dipinggiran kasur Dita. Memandang hampa pada lantai keramik kossan asiknya itu kaya nggak punya semangat hidup.
"Udah sih bang.. lo gila nggak usah dibuat-buat. Konsultasi ke psikolog mahal," balas Duta tak menghiraukan. Cowo itu lanjut makan indomie sambil ngerjain tugas di laptopnya.
"Noh di kotak p3k gue ada insto lo pake itu siapat tau bengkaknya berkurang," Duta memutar kursinya, cengo ngeliatin Vikri yang mirip zombie duduk nggak berdaya di kasur.
"ATAU LO MINIMAL CUCI MUKA KEK! PUTUS SIH PUTUS TAPI NGGAK BERUBAH JADI GEMBEL JUGA WOI!"
Beneran. Duta bukannya mau durhaka sama abangnya itu.
Tapi dari tadi malem ni orang bener-bener nyusahin Duta sampai rasanya Duta mau nendang dia keluar dari kossan.
Mulai dari curhat berjam-jam, nangis nggak berhenti sampai Duta nggak bisa tidur, minta buatin makanan, minuman, minta dihibur dan segala tetek bengeknya yang coba Duta hadapi dengan penuh kesabaran. Cuma satu yang nggak Duta lakuin buat Vikri, nyebokin.
Nggak tau deh kalau setelah ini abangnya minta cebokin Duta mau resign aja jadi adeknya Vikri.
"Laper Ta, pesenin gue bubur ayang dong," rengek Vikri maish ditempat todur Duta. Sama sekali mggak mengindahkan saran Duta buat cuci muka dulu.
"Kenapa harus bubur sih?! Itu udah gue bikinin mie goreng," Duta mencak-mencak lagi, menunjuk meja kecil disamping tempat tidurnya. Disana sudah tersedia sepiring mie goreng dengan telor ceplok dan sekotak susu yang ia beli di minimarket depan. Yang sengaja ia sediakan untuk abangnya itu.
Virki melengos, "kan gue sakit Ta, sakit hati. Orang sakit tuh makannya bubur,"
"Sakit hati mah makan baygon biar kelar semuanya,"
Ya allah, kenapa image Duta hancur banget ini ngadepin abangnya udah berasa kaya ibu tiri.
"Mau sih Ta, tapi gue takut mati,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanteur
Random'Mungkin belum jodoh,' kata yang terdengar sepele dan sangat mudah diucapkan itu ternyata punya beban perasaan yang sangat berat. Nana ingin kabur, memulai hidup baru dan melupakan kata 'mungkin belum jodoh,' yang berulangkali ia ucapkan hanya u...