Tension

1.2K 212 173
                                    

Haluuuuuuu

Sudah kangen belum?

Aku datang lagi ya heheh.
Tepuk tangan dulu dong soalnya aku jarang banget bisa update cepat kaya gini hehhe

Selamat membaca 💜💜

🌹🌹🌹

Pukul 8 malam, di hari sabtu penghujung tahun Nana mematut diru di depan cermin kamarnya. Memandangi pantulan dirinya yang tengah mengenakan dress off shoulders berbahan bridal dengan potongan sheath yang melekat pas di tubuh mungil Nana. Dress bewarna deep teal yang dibuat khusus di butik mbak Anggi untuk Nana kenakan pada acara pertunangan Vikri dan Erin malam ini.

Iya, 2 minggu setelah Vikri menemui kedua orang tua Erin acara pertunangan mereka resmi diselenggarakan di salah satu hotel mewah milik keluarga Bintara dengan mengundang semua kolega-kolega keluarga besar mereka.

Tentu saja akan ada clan keluarga tajir melintir seperti Wijaya dan Bintara disana. Dan juga Nana yang harus menyiapkan diri karena berada diantara keduanya.

Jangan tanya soal Juan. Nana konsisten untuk tak menghubunginya sampai saat ini.

Dan jangan tanya juga apakah Nana kangen Juan atau tidak? Karena itu pertanyaan yang jawabannya jelas sekali mudah ditebak.

Nana kangen Juan. Meski gengsinya selalu membuatnya menolak untuk menemui laki-laki itu lalu bertahan dengan semua egonya menikmati rasa rindu yang ia ciptakan sendiri.

Kaki Nana melangkah nyaman menuju hall tempat acara pertunangan Erin diselenggarakan. Erin sengaja memesankan kamar untuk keluarga terdekatnya menginap di hotel yang sama, dan Nana salah satunya. Jadi, ia tidak perlu repot repot muncul dari pintu utama lalu mendapat sorotan dari puluhan wartawan yang sudah menunggu para tamu disana.

Baru saja Nana ingin menyambut beberapa tamu yang ia kenal saat tiba-tiba Vikri berlari ke arahnya entah darimana.

"Mampus Na, gue lupa naro cincinnya dimana," panik Vikri yang sukses banget membuat Nana kaget bukan main.

"Vik? Ih sumpah bego banget! Lo taro dimana terakhir?" Nana geram memukul bahu cowo itu beberapa kali.

"Di kamar gue, perasaan tadi udah gue masukin ke kantong jas tapi nggak ada," Vikri tidak sempat memerotes meski pukulan Nana lumayan berbekas di bahunya.

"Tuh kan nggak ada.. gimana dong," paniknya memeriksa kantong-kantong jasnya yang memang kosong.

Nana menghela napas frustasi, "kunci kamar lo mana, biar gue yang ambilin," pasrah Nana pada akhirnya.

Padahal bisa sajakan Vikri menyuruh adiknya yang namanya Duta untuk kembali ke kamarnya, atau adik Erin yang namanya Iqbaal untuk dimintai tolong mengambilkan? Tapi kenapa harus Nana yang menjadi tujuannya disaat-saat genting seperti ini?Nana yang ribet sendiri dengan gaun panjangnya dan stiletto tingginya harus berbalik arah dan berjalan cepat dengan gaun yang potongannya sama sekali tidak mendukung.  Repot sendirian dan susah sendirian.

Perempuan itu sudah mengomel tanpa sadar saat pintu lift terbuka di lantai 6, berjalan tergesa gesa ke kamar Vikri dengan langkah kesusahan karena gaun yang ia pakai. Kalau bukan karena ini hari penting buat Erin, Nana ogah banget kayanya ngelakuin ini semua.

Nana menempelkan card ditangannya, lalu pintu kamar Vikri terbuka menampilkan kamarnya yang berantakan.

Selimut tebal tergeletak di lantai dekat tempat tidur, beberapa botol minuman kaleng di dekat meja, dan entah barang apa namanya bergelimpangan di sekitaran lantai.

EnchanteurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang