Hai sayaaaangkuww 😘😘
Asli baru ini nemu shipper yang minta kapalnya putus di booknya sendiri. Segitu bencinya kalian sama Vikri ? Hihihihi jangan buru-buru ambil kesimpulan loooh soalnya book aku masih panjang :(
Ini 3500words. Typonya banyak banget. Aku males ngedit :(
Hari itu aku mengerti kalau hati yang kamu genggam harusnya sudah sejak lama kamu lepaskan.
Semuanya sia-sia. Segala hal yang kita anggap akan baik dimasa depan, justru semakin buruk setelahnya. Membuang-buang waktu dan sungguh menyiksa.
Hari-hari itu membahagiakan, tapi juga miris untuk diingat.
Kita membangun kenangan manis dengan ketakutan dan kecemasan tentang hari esok. Tentang kamu yang tidak untukku, dan aku yang tidak bisa terus kamu pertahankan.
Hari-hari itu membuatku sadar bahwa, hari ini kita harus memutuskan jalan yang berbeda. Memisahkan diri pada persimpangan yang kita sebut takdir. Dan tidak ada aku di persimpangan yang kamu lewati.
Kita berbeda. Itu saja. Dan harusnya fakta ini kita terima sejak saat lama.
Tapi walaupun begitu, kamu sepertinya harus mendengar kalimat ini.
Vikri, aku sayang kamu.
Kaki Erin berjalan sempoyongan melewati pantry appartementnya. Meraih segelas air putih hangat dan semangkuk soup yang baru saja ia pesan lewat aplikasi online pagi tadi.
Semangkuk soup dan segelas air panas sepertinya menjadi cara yang tepat untuk menghilangkan hangover bagi Erin. Semalam benar-benar kacau. Tapi Erin menyukainya.
Sebab dibanding menghabiskan waktu didalam selimut dengan menangis, Erin lebih suka keluar dari rumah lalu menghabiskan malamnya secara gila-gila. Bagi Erin, ia terlalu berharga untuk terus-terusan menangisi hal yang dari awal memang bukan miliknya.
"Udah deh bego banget 8 tahun terbuang sia-sia," gerutunya pada diri sendiri dan semangkuk soup dihadapannya.
Erin meraih sendok, memulai sarapan paginya yang menyedihkan dengan kepala yang terasa seperti akan pecah. Hari ini ada banyak hal besar yang harus ia hadapi dan untuk itu setidaknya ia harus terlihat baik-baik saja.
Pukul 12 siang, Erin sudah siap dengan rok a diatas lutut bewarna hijau yang ia padukan dengan kemeja satin warna hitam. Tas kecilnya menggantung di tangan, dengan stilleto tinggi berbahan beludru yang berbunyi seirama saat ia berjalan melewati bassement appartementnya siang itu. Ia berkaca sebentar pada jendela mobilnya. Memastikan bahwa penampilannya itu bisa disebut layak untuk tempat yang akan ia kunjung. Hanya 'layak' Erin tidak punya ekpetasi lebih dari itu.
Erin berangkat tak berapa lama setelahnya menuju sebuah gedung perkantoran yang terletak tepat di jantung kota.
Gedung perkantoran itu berdiri tinggi menjulang tepat di tengah-tengah kota. Berlantai 18 dengan keseluruhan lantainya dipakai untuk perusahaan yang dipimpin oleh Vikri.
Iya, hari ini jadwal besar Erin adalah menemui Vikri di kantornya. Dan sekedar informasi saja, ini adalah kali pertama Erin mengunjungi kantor Vikri sejak 8 tahun mereka pacaran.
Erin tak suka dunia perkantoran, etos kerjanya atau bahkan lingkungannya. Segala hal yang berhubungan dengan perkantoran atau perusahaan entah bagaimana membuat Erin merasa sesak dan jenuh. Selain beberapa hal yang tidak perlu Erin ceritakan, hal itu juga menjadi salah satu alasan mengapa Erin tidak pernah mengunjungin Vikri di kantornya.
Begitu memasuki area perkantoran Vikir semerbak pendingin ruangan langsung menyapa Erin. Ia berdiam sejenak, memperhatikan berbagia macam lukisan abstrak yang mebggantung pada meja respsionis yabg sepertinya beberapa diantara lukisan itu pernah ia pesan berdua dengan Vikri. 3 diantaranya Erin yang memilih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanteur
Random'Mungkin belum jodoh,' kata yang terdengar sepele dan sangat mudah diucapkan itu ternyata punya beban perasaan yang sangat berat. Nana ingin kabur, memulai hidup baru dan melupakan kata 'mungkin belum jodoh,' yang berulangkali ia ucapkan hanya u...