Ada yang kangen????
Hari ini masih dengan Erin dan Virki.
Juannana eunthusiast harap bersabar dulu yaaaa
Yg sering nongkrong di ig pasti gabakal terlalu kaget sama part ini
🌹🌹
Kedua mata Vikri menatap lamat setiap detail dekorasi ruangan dihadapannya. Bunga-bunga mawar bewarna putih dan merah muda yang tersemat bersama hiasan lainnya itu kini membuat ruang utama rumah Vikri tampak nyaris seperti tempat resepsi pernikahan.
Nanti malam, acara pertunangan dan lamarannya dengan Jennie akan diselengarakan disini. Dengan lamaran. Karena kedua orang tua mereka setuju untuk meringkas segala prosesi agar rencana pernikahan mereka bisa lebih cepat diselengarakan.
Vikri sudah tak mau tau lagi. Bahkan ketika ia harus benar-benar menikah dengan Jennie, ia sudah siap menerima anak dalam kandungan Jennie meski itu bukan darah dagingnya. Meski Jennie masih berkeras hati dan enggan melanjutkan perjodohan ini.
Vikri tak peduli. Ia sudah kelewat pasrah, seolah nggak punya keinginan untuk melanjutkan hidup seperti yang ia mau.
Terserah. Terserah hidup Vikri mau dibuat seperti apa oleh orang tuanya. Vikri akan menurut saja.
"Bang, disuruh Umi ke kamar katanya ada yang mau diomongin," seruan Duta yang baru saja keluar dari kamar orang tua mereka menyadarkan lamunan Vikri.
Laki-laki itu tidak menjawab, hanya kakinya yang berjalan pasrah menuju kamar orang tuanya itu.
...
Sekitar pukul tujuh malam, tamu-tamu undangan mulai berdatangan ke rumah Vikri. Keluarga Jennie datang bersama rombongan keluarga besarnya nggak lama setelah para tamu berdatangan.
Vikri duduk diantara kedua orang tuanya menyaksikan Jennie yang tengah menggunakan kebaya berwarna navy berjalan diiringi orang tuanya.
Vikri harus mengakui kalau Jennie cantik luar biasa malam ini. Meski ia tentu saja yakin bahwa kalau bukan sosok Jennie yang ingin Vikri lihat menggunakan kebaya dan menggunakan cincin yang sama dengannya malam ini.
Semua mulai khidmat saat pemandu acara memulai prosesi pertunangan mereka.
Jennie tersenyum saat Vikri meraih tangannya untuk memasangkan cincin di jari manisnya. Sementara disisi lain Vikri bisa melihat umi memangis terharu dibangkunya.
Vikri melakukan hal yang benar bukan? Menurutui keinginan orang tua yang mengatakan kalau ini adalah untuk kebaikan dan kebahagiannya?
Tapi kenapa Vikri tidak merasa bahagia untuk ini?
Laki-laki itu menarik napas dalam. Merespi perannya dengan paling tidak balas melempar senyum bahagia pada Jennie. Mendukung kebahagian orang tua mereka yang menantikan moment ini.
"Cincinnya pas, kok lo bisa tau sih ukuran jari gue?" Bisik Jennie pada Vikri yang tengah berselonjoran malas di kursinya. Acara formal sudah usai sejak tadi, dan sekarang Vikri tengah menikmati sesi bermalasannya setelah sebagian tamu penting sudah meninggalkan rumah Vikri.
Laki-laki itu menegakkan duduknya, melirik sedikit pada Jennie sambil tetap menyuapi potongan semangka lain ke dalam mulut.
"Umi yang beliin, lo nggak mikir gue bakalan ngabisin waktu buat menerka-nerka ukuran jari lo kan?" Jawabnya sinis seperti sebagaimana Vikri ketika ia sedang dalam mode tidak mood.
"Udah gue tebak, lo nggak bakal pernah bisa jadi cowo yang romantis," Jennie balas tersenyum sinis. Ia dan rok sepannya yang mengunci pinggulnya itu duduk anggun dihadapan Vikri. Menikmati potongan semangka dari piring yang sama dengan Vikri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanteur
Random'Mungkin belum jodoh,' kata yang terdengar sepele dan sangat mudah diucapkan itu ternyata punya beban perasaan yang sangat berat. Nana ingin kabur, memulai hidup baru dan melupakan kata 'mungkin belum jodoh,' yang berulangkali ia ucapkan hanya u...