Dinding yang Runtuh

1.6K 262 186
                                    

Apa kabar kamuuuu???

Huhuhuhu makin berdebu aja ini Book jarang aku singgahi 😭😭

Gimana? Yang puasa pada lancar ga? Bisa nahan buat nggak baca yang aneh aneh kan? 🌚🌚

Sekarang aku suguhin yang aneh juga hehehhe

Semoga puasa kalian lancar tanpa harus basah-basahan 🌚


MAKSUD AKU MATA KALIAN JANGAN SAMPAI BASAH KARENA PART INI MENGANDUNG BAWANG.


🌹🌹


Erin ingat benar bagaimana semua selalu berakhir di meja makan untuk setiap malamnya. Meja makan marmer yang sudah ada sebelum Erin lahir kedunia itu, akan terasa dingin jika ada Papa disana. Papa yang selalu bertanya soal sudah seberapa jaih Erin melangkah hari ini, hal-hal apa saja yang harus Erin pelajari, dan segala perintah-perintahnya yang tidak bisa Erin elak.

"Kamu anak pertama, kamu harus meneruskan perusahaan sampai Iqbaal cukup umur,"

"Berhenti melalukan apa yang kamu sukai, lakukan apa yang berguna untuk kamu suatu saat nanti,"

"Papa tau kamu anak perempuan, tapi perempuan juga punya suara kan? Kamu harus jadi perempuan yang siap untuk memimpin,"

"Erin, papa pikir kamu harus mempelajari ini, kamu juga harus mengusai itu, kamu harus bisa semuanya,"

Selalu begitu.

Dari awal, Erin tidak pernah menyalahkan Papa soal betapa banyaknya keinginan yang ingin ia wujudkan lewat Erin. Erin paham, bahwa semua yang ia minta toh akan berguna untuknya.

Hanya saja, kadang Erin remaja ingin melewatkan acara makan malam dengan pertanyaan-pertanyaan yang lebih simple. Erin ingin Papa juga antusias mendengar cerita Erin tentang harinya. Tentang hidup Erin.

Lalu memberi pertanyaan seperti,

"Gimana hari kamu ?"

"Temen kamu yang kemaren datang ke rumah namanya siapa?"

"Kamu suka balet? Kalau kamu mau papa bisa daftarin kamu kursus balet,"

Lalu, semua pertanyaan-pertanyaan Papa yang menambah dinginnya meja marmer itu berhenti saat Erin akhirnya menyerah dengan kehidupannya.


"Pa, aku mau mengundurkan diri sebagai anak Papa, anak pertama, atau penerus perusahaan. Aku cuma Erina Shalsabilla yang ingin jadi orang biasa. Aku ingin hidup,"

Siapapun pasti setuju kalau waktu itu Erina Shalsabilla hanyalah gadis naif yang merasa bahwa menjadi orang biasa adalah hal yang lebih menyenangkan. Menanggalkan semua tetek bengek kemewahan yang biasa ia nikmati dan nama belakang keluarganya yang harusnya bisa membuat orang-orang hormat pada Erin.

Erin pergi. Dari rumahnya yang terdapat papa, mama dan Iqbaal disana. Erin membebaskan diri dari Papa si pemimpin dan Mama yang hanya menjadi bunga di meja makan, tak banyak membantah, tak banyak berpendapat. Erin pergi meninggalkan Iqbaal yang waktu itu belum mengerti banyak tentang hidup.

Tapi hari ini Erin disana lagi. Di rumah yang selalu sepi dengan meja marmer yang Erin harap tidak sedingin dulu lagi.

Seminggu setelah kepulangannya ke rumah, Mama dan Papa masih dalam perjalanan bisnis. Mama sudah mengetahui kepulangan Erin dan merasa bahagia karenanya. Tidak tahu dengan Papa. Mama Erin bilang ia akan mengulur sedikit waktu untuk pulang dan menjelaskan semuanya pada Papa secara perlahan.

EnchanteurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang