Ini panjang banget. Aku pikir 5k words ternyata cuma 3,5k heheh
Oke, nggak mau ngebacot panjang-panjang cus dibaca.
Aku rekomendasiin kalian buat dengerin Nadin Amizah - Amin paling serius pas baca part ini.
Heheheh dalem bgt ga tuh lagunya.
Sembilan hari.
Terhitung sembilan hari sejak Erin memilih untuk putus dengan Vikri dan hilang kontak begitu saja.
Gadis itu, mengenal Vikri dengan begitu baik hingga tau bagaiamana cara menghindar dari Vikri
Oh, atau hanya mereka saja yang memang tidak berjodoh sehingga tidak diizinkan untuk bertemu kembali?
Nggak. Ini cuma sembilan hari. Erin bisa bertahan dengan Vikri selama hampir 8 tahun dan itu berarti Vikri juga bisa bertahan untuk memperjuangan Erin meski harus memakan waktu yang lama.
Vikri mengangguk-anggukan kepala, ia dan pikirannya yang berkelana itu kini tengah meyakinkan diri kalau barangkali pemikirannya itu benar.
Jodoh. Pasti jodoh kalau berusaha buat menemukan jalannya.
Adam dan Hawa yang berpisah puluhan tahun dan puluhan juta kilometer saja akhirnya berjodoh setelah saling mencari satu sama lain. Kenapa enggak dengan Erin dan Vikri?
"Vikri," lamunannya terhenti saat suara berat wanita paruh baya memanggil namanya.
Vikri mengerjap sesaat, menoleh pada ibunya yang sedang berdiri di dekat manekin. Wanita berjilbab itu membelalak, memerintahkannya untuk mendekat.
"Ini coba dulu sana, susah bener disuruh fitting baju," katanya gemas sendiri. Ia menunjuk setelan jas yang terpajang pada manekin tepat disebelahnya berdiri dengan mata berbinar. Seolah bisa membayangkan betapa tampannya Vikri ketika mengenakan itu.
"Pas Mi, pas. Kan bener ukuran aku yg biasa dipake," jawab Vikri melengos malas. Ia memalingkan muka, bersandar lesu pada sofa putih di dekat ruang ganti.
"Umi nyuruh kamu pake bukan supaya kamu tau ini pas atau nggak, Umi mau kamu make ini biar keliatan ganteng nggak kamu make ini? Cocok nggak sama Jennie?" Omel wanita yang dipanggil Umi oleh Vikri dan Duta itu.
Ia berdecak gemas, mendatangi Vikri hanya untuk mencubiti paha anak laki-lakinya itu.
"Astaghfirullah, iya Umi," sentak Vikri seketika meringis sambil mengusap usap pahanya yang terasa perih kini.
Umi. Dari cara Vikri memanggil orang tuanya saja sudah kelihatan jelas kan kalau keluarganya bisa dibilang cukup agamis? Dan alasan kenapa Vikri paling nggak bisa buat membantah omongan orang tua adalah karena sejak awal ia dididik untuk patuh dan menyayangi orang tuanya.
Yah, walaupun semakin kesini Vikri semakin sansi sama pemikiran orang tuanya yang menganggap Jennie adalah jodoh yang tepat buat Vikri. Padahal Jennie jauh dari ekspetasi mereka tentang menantu idaman.
Cewe itu terbiasa bebas, hidup berlandaskan prinsip-prinsipnya tentang kebebasan yang membuatnya merasa menikmati hidup. Vikri tidak menyalahkan itu, hanya saja menurut Vikri ia terlalu tidak cocok untuk Jennie yang menganut gaya hidup seperti itu.
Jennie bukan orang yang mudah untuk dituntun. Gadis itu independent, terlampau mandiri hingga dalam sebuah hubungan ia bisa menjadi penguasanya. Sementata Vikri adalah seorang laki-laki yang ingin menjadi pemimpin di rumah tangganya nanti. Vikri ingin wanita yang bisa ia tuntun bersama mengayomi sebuah rumah tangga. Vikri ingin wanita yang memperlakukannya seperti seorang anak bayi, tapi juga menurutinya seperti anak anjing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanteur
Random'Mungkin belum jodoh,' kata yang terdengar sepele dan sangat mudah diucapkan itu ternyata punya beban perasaan yang sangat berat. Nana ingin kabur, memulai hidup baru dan melupakan kata 'mungkin belum jodoh,' yang berulangkali ia ucapkan hanya u...